Bagian 2 🍂

70 71 61
                                    


Happy reading!

🎵Kangen : Yura Yunita

Sudah 2 minggu Alnaira bekerja di cafe dan ia sangat nyaman dengan pekerjaannya saat ini.

Sebenarnya keinginan Alnaira bukanlah menjadi pekerja di cafe, melainkan ia ingin menjadi Dokter Psikolog. Itu adalah cita-cita Alnaira dari bangku Sekolah Dasar sampai sekarang.

Mungkin bagi kalian itu hanyalah khayalan yang biasa, Alnaira pun berpikir sama seperti kalian mungkin hanya khayalan di pikiran saja. Mungkin kalian pasti bertanya "kenapa ngga coba aja sekarang, pasti bisa kok" awalnya Alnaira ingin masuk ke jurusan Dokter Psikolog, tetapi ia tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.

Orang tua memang wajib mengurusi pendidikan putra dan putrinya hingga mereka sukses atau sampai sarjana, tetapi beda dengan Alnaira ia ingin bekerja terlebih dahulu dan menabung baru nanti ia akan membiayai kuliahnya sendiri dan masuk Universitas impiannya dengan jurusan Psikolog.

Dan malam ini Alnaira sedang menaiki motornya dengan menikmati suasana dingin di jalan Asia Afrika Bandung, Alnaira lalu melihat ke atas awan yang gelap dan terlihatlah bulan sedikit cerah yang indah. Alnaira lantas melihat lampu merah didepannya dan segera berhenti.

Ia melihat di pinggir jalan terdapat sepasang kekasih yang sedang menikmati makanan yang di pesannya di pinggir jalan, kedua pasangan tersebut tertawa satu sama lain dengan menikmati suasana malam mingguan ini.

Ah ya, Alnaira barui ingat bahwa sekarang adalah malam minggu, pantas saja banyak pasangan kekasih yang berjalan jalan dan makan di pinggir jalan meskipun ini sudah larut malam tetap saja jalanan kota Bandung sangat ramai oleh para pengunjung yang datang. Alnaira menggelengkan kepalanya melihat banyaknya orang orang yang berpacaran.

Menurut Alnaira berpacaran itu tidak ada manfaatnya, bagaimana jika sudah pacaran lalu putus? Memang setiap berhubungan pasti salah satu ada yang pernah mengatakan "kita putus" tapi tetap saja itu membuat kita sakit hati dan justru membuat kita gagal move on. Benar bukan?

Melihat lampu merah berubah menjadi warna hijau langsung saja Alnaira melanjutkan perjalanan malamnya untuk pulang ke rumah.

~••~

"Assalamualaikum, Al pulang" Salam Alnaira yang sudah membukakan pintu dan di jawab oleh Mamah dan Papah Alnaira dengan di sambut hangat oleh Papah nya Fauzan.

"PAPAHHH" Teriak Alnaira dan langsung memeluk Papahnya dengan erat.

"Jangan teriak-teriak udah malem!" Sahut Mamahnya yang sedang menonton sinetron.

"Anak Papah udah pulang, mana oleh-olehnya sayang?" Tanya Fauzan dengan senyum tampannya yang sudah melepaskan pelukan Alnaira.

"Ini Al bawa kopi sama roti Pah, Al mau ke atas dulu mau mandi dadah Papah ku sayang" Alnaira mengecup pipi Papahnya dengan senyum di pipi nya yang manis.

Fauzan hanya menggelengkan kepalanya, Fauzan melihat ke arah Alnaira yang sedang menaiki tangga, Fauzan pun tersenyum melihat punggung Alnaira. Lihatlah, Alnaira tidak pernah mengeluh soal pekerjaannya. Fauzan tahu Alnaira ingin seperti teman-teman yang lainnya yang bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi tetapi Alnaira tetaplah Alnaira si gadis keras kepala.

Fauzan tahu Alnaira ingin lebih mandiri lagi, tapi entahlah biarkan Alnaira dengan keputusannya. Fauzan sangat amat menyayangi putri semata wayangnya, jadi ia akan menuruti keputusan dari Alnaira karena Alnaira adalah putri satu-satunya yang ia miliki.

Ulfa lantas beranjak dari sofa menuju ke dapur dan membawa piring, dan meletakkan roti yang di bawa Alnaira.

"Enak loh Pah rotinya" Ucap Ulfa kepada suaminya yang kini sudah duduk di sofa.

Singgah (On Going) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora