Bagian 11 🍂

33 38 31
                                    

Follow dan vote sebelum membaca! 

Happy reading!

🎵 Aziz Hedra : Somebody's Pleasure

"Cerita sama Papah Al, sekarang!" ucap Fauzan, yang kini  sudah berada di mobilnya dengan Alnaira yang berada di sampingnya.

"Tapi Papah jangan marah ya" cicit Alnaira pelan.

Fauzan menoleh ke arah Alnaira lalu ia fokus kan kembali ke arah jalanan yang sudah sedikit sepi, Fauzan hanya mengangguk pelan.

"Alnaira tadi cuman bantuin Kak Reifan doang kok Pah, soalnya tadi mobil nya Kak Reifan mogok, yaudah jadi Alnaira nawar–"

"Nawarin pulang bareng gitu? Jadi kamu yang nganter dia pulang? Ngga kebalik emangnya?" Fauzan berucap dengan menggelengkan kepalanya heran dengan putrinya.

"I-iya gitu deh Pah, tapi Alnaira cuma bantuin Kak Reifan doang kok Pah"

Fauzan hanya diam menanggapi, sebenarnya ia tidak marah hanya saja Alnaira selalu membuatnya khawatir.

"Maafin Al, karena udah bikin Mamah sama Papah khawatir" Alnaira menunduk dengan jemari yang di tautkan.

"Kita bicarin di rumah nanti."

"Terus motor Al, gimana Pah?"

"Nanti di bawa sama teman Papah" jawab Fauzan tanpa menoleh ke arah Alnaira.

Alnaira lalu menghembuskan nafasnya pelan, lalu ia arahkan pandangannya ke jendela mobil.

20 menit akhirnya Alnaira tiba di rumah, dan di depan halaman rumah sudah ada Ulfa yang berdiri sejak tadi.

Ulfa lalu melihat mobil suaminya, lantas ia membuka pintu gerbang dan melihat Alnaira keluar dari pintu mobil.

"Sayang, kamu baik-baik aja kan? Mamah itu khawatir sama kamu Al, jam segini kamu belum pulang" ucap Ulfa dengan nada yang khawatir.

"Maafin Al Mah" Alnaira langsung memeluk Ulfa. Ulfa lalu mencium pucuk kepala Alnaira.

Fauzan yang melihat kedua perempuan yang sedang berpelukan itu lantas ia masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Mah, Papah marah sama Al" Alnaira berujar dengan sangat pelan.

"Papah cuma khawatir Al sama kamu, besok pagi coba kamu ajak ngobrol Papah ya," Ulfa mengusap pelan punggung Alnaira.

Alnaira mengangguk dengan lesu.

"Yaudah yuk mending sekarang ke dalam, di luar cuacanya dingin gak baik buat kesehatan."

Ketika Alnaira masuk ke dalam rumah, ia melihat Fauzan yang sedang berjalan lalu duduk di sofa dengan memangku laptop dan beberapa lembar kertas yang sedang ia baca.

Lalu Alnaira pergi ke kamarnya dan segera membersihkan tubuhnya.

15 menit Alnaira sudah membersihkan tubuhnya, kini ia tertidur terlentang dengan menghadap langit-langit atapnya.

Lalu tiba-tiba ia menjadi teringat bagaimana tadi ia berinteraksi dengan Reifan dan keluarganya, ia tidak percaya bahwa Ibu Reifan dan Ayah Reifan begitu baik memperlakukannya. Sikapnya sangat berbeda dengan Reifan yang selalu berucap ketus kepadanya dan selalu memperlakukannya dengan seenaknya.

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Alnaira, kejadian di cafe dengan Revan dan Tari membuatnya berfikir bahwa Revan sungguh menyukai Tari. Alnaira memutuskan bahwa ia harus menjaga jarak dengan Revan, ia takut ada kesalahpahaman antara dirinya dengan Revan dan Tari.

"Al, kamu udah tidur?" terdengar suara Ulfa di luar pintu, membuat lamunan Alnaira buyar dan melihat pintu yang bercat pink.

"Sebentar Mah" Alnaira beranjak dari kasurnya lalu membukakan pintu untuk Ulfa.

"Kirain Mamah kamu udah tidur."

"Belum kok Mah, Al baru beres mandi," ucap Alnaira dengan mendudukan dirinya di sebelah Ulfa.

"Kamu udah makan belum sayang?" tanya Ulfa kepada Alnaira.

"Udah kok Mah tadi di cafe."

"Gimana kerja nya hari ini?" tanya Ulfa. Lalu mengambil tas Alnaira yang tergeletak di kasur, lantas ia masukkan tas Alnaira ke lemari tas.

"Lancar kok Mah, Alhamdulillah."

"Mamah khawatir sama kamu, Mamah takut kamu sakit Al. Kamu selalu pulang malam, liat aja sekarang badan kamu makin kurus aja," ucap Ulfa lalu mengusap rambut hitam Alnaira yang tergerai.

"Namanya juga kerja di cafe Mah, pasti pulangnya malem. Mamah gak usah khawatir, kalo Alnaira sakit kan Mamah yang ngurusin Alnaira sama Papah."

"Bisa aja kamu" kekeh Ulfa dan mencubit pelan pipi Alnaira.

Beberapa menit keadaan menjadi hening antara mereka berdua.

"Kamu ngga mau cerita sesuatu gitu sama Mamah?" tanya Ulfa lalu menatap Alnaira.

"Cerita tentang apa Mah? Alnaira ngga ada yang perlu di ceritain sama Mamah."

"Cerita tentang kamu gimana kerja di cafe, Mamah pengen tau juga keseharian kamu di cafe" Ulfa berucap dengan tangan yang masih setia mengelus rambut Alnaira.

"Boleh, sambil tiduran yuk Mah" ajak Alnaira.

"Boleh" Ulfa tersenyum lalu ia membaringkan dirinya tepat di sisi kanan Alnaira.

Alnaira menatap ke atas langit-langit kamarnya dengan selimut sebatas bahunya.
"Al suka kerja di cafe, suka suasananya yang tenang, cafe nya yang nyaman, temen kerja Al juga pada baik kok Mah. Salah satu temen Alnaira namanya Lola dia itu cerewet banget, tapi baik sama Al."

Ulfa masih setia mendengarkan perkataan yang Alnaira lontarkan, sedikit demi sedikit bola mata indah dengan bulu mata yang lentik itu tertutup dengan rapat.

Ulfa lalu terbangun dari kasur Alnaira, lantas ia beranjak dan segera keluar dari kamar Alnaira.

Ketika Ulfa sudah berada di ruang tengah, ia melihat Fauzan yang tengah tertidur dengan posisi laptop yang masih berada di pangkuannya dan tidak lupa kertas-kertas yang berserakan di meja. Ulfa lalu menghampiri suaminya dan melihat wajah kelelahan Fauzan.

"Pah, bangun yu pindah ke kamar" Ulfa berucap dengan sangat pelan di telinga Fauzan.

Fauzan sedikit terusik, lalu ia membuka matanya dan melihat istrinya yang sedang membereskan kertas-kertas  yang berserakan di atas meja.

"Tidurnya di kamar aja Pah, biar Mamah yang bereskan kertas-kertas nya."

"Mamah mending tidur aja, Papah mau lanjutkan pekerjaan Papah dulu." Fauzan mengucek matanya.

"Udah malem loh Pah, mending Papah tidur aja ya jangan terlalu di porsir" ucap Ulfa.

"Al udah tidur?" tanya Fauzan.

Ulfa mengangguk lalu ia taruh kertas-kertas di atas nakas, "Al udah tidur Pah. Oh iya, Papah marah sama Alnaira?"

"Papah ngga marah sama Al" Fauzan menjawab. Lalu ia berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Jangan marahin Alnaira Pah, besok kita bicarakan baik-baik ya," ucap Ulfa lalu ia mengikuti suaminya dari belakang.

Fauzan hanya diam menanggapi, Ulfa yang melihat suaminya terdiam hanya menghembuskan nafasnya dengan pelan.

°°°°°°

Next?

See you the next chapter ya guys!

Singgah (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang