BAB 2

410 31 2
                                    

Tandai typo Readers
Happy Reading...
****

Sore hari setelah semua pekerjaan rumah beres. Aku berniat bersantai, menikmati waktu dengan menonton drama favoritku. Menonton satu episode saja sebelum beranjak mandi sore.

Jangan lupakan setoples kripik pisang buatan ibu mertuaku yang enaknya luar biasa ini.

Aku mulai memutar satu video drama di laptop sambil selonjoran di karpet ruang tv. Tak perlu waktu lama untuk ikut terhanyut ke dalam suasana dan alur drama.

Bahkan tak ayal aku ikut tertawa apabila ada yang lucu, dan menangis jika ada adegan yang menyayat hati.

"Loh?! Kenapa Mia?!" Tanya Mas Gian padaku. Ia terlihat panik mendapati diriku yang menangis tergugu di atas karpet ruang tv.

Mas Gian melempar tas kerjanya ke sofa di belakangku. Ia langsung memelukku dan mengusap punggungku.

"Kenapa? Ada yang bikin kamu sakit hati? Siapa Mia?" Cecarnya padaku seraya tetap mengusap lembut punggungku.

"Duh Mas, minggir ah. Aku lagi nonton drama itu, nggak keliatan kalau kamu peluk gini," ucapku seraya menarik ingus di hidung.

Mas Gian melepaskan pelukannya, ia menoleh kearah laptop yang ku taruh di atas karpet. Tepat di hadapanku. Aku mendengar hembusan napas lega darinya.

"Kamu bikin Mas kaget. Pulang kerja lihat istri mas nangis-nangis gini."

Mas Gian ikut duduk selonjoran di sampingku. Ia menggulung lengan kemejanya, menyandarkan kepalanya di bahu kiri ku.

"Ih berat Mas."

Mas Gian tak menghiraukan protesku. Ia malah mengulurkan tangannya ke hadapanku. Segera ku raih tangannya untuk di cium. Kebiasaan yang sering di lakukan untuk menyambut kepulangannya.

"Mandi dulu sana, habis dari lokasi proyek kan? Pasti banyak debunya nempel itu," kataku lembut, mengusap kepalanya yang bersandar di bahuku.

"Rambutmu udah agak panjangan ya Mas?" Tanyaku ketika merasakan rambutnya di antara jemari tanganku.

Aku menjeda drama yang terputar di laptop, dan mengalihkan fokus ke arah suamiku.

"Emang udah lebih panjang dari sebelumnya. Nggak sempat mau potong, sibuk banyak kerjaan."

"Aku ikut ya kalau mau potong rambut. Biar aku jadi yang pertama lihat suamiku punya rambut baru," ucapku antusias. Aku paling suka kalau lihat Mas Gian selesai potong rambut di salon, auranya ada yang beda gitu. Makin cakep.

Mas Gian mengangguk di bahuku. Bisa ku lihat matanya mulai sayu, pasti kelelahan kerja hari ini.

Aku menggoyangkan bahuku pelan. "Mandi dulu Mas, habis itu baru tidur. Kan lebih nyaman tidurnya kalau udah mandi."

"Kamu udah mandi belum?"

Aku menggeleng. Sebenarnya sih tadi mau mandi, tapi kebawa suasana yang rencana mau nonton satu episode drama malah bablas sampe empat episode ini.

Mas gian menegakkan tubuhnya. Ia menatapku dengan senyuman berbinar. "Mandi bareng yuk."

***

Look Like A Normal HusbandWhere stories live. Discover now