Hari Jum'at ketika jam pulang. Nathan seperti biasa berdiri bersama dengan Melvan di depan gerbang.
Melvan bertanya. "Cintaku, apa kau sudah mendaftar kelas vocal?"
Nathan menjawab dengan acuh tak acuh. "Sudah. Hari Selasa jadwal kelas vocal."
"Benarkah? Kita di hari yang sama."
"Kegiatan seni, semuanya di jadwalkan pada hari Selasa."
Melvan mengangguk. "Oh."
Jemputan Melvan datang lebih dulu. Melvan berkata. "Aku pergi dulu. Bukankah kau akan pergi ke panti asuhan?"
"Mn."
"Baiklah sampai jumpa."
Sebuah mobil BMW 7 series berhenti. Nathan segera menghampiri dan masuk ke dalam.
Nathan berkata. "Paman Liam, apakah semua box sudah di masukkan."
Liam, "Sudah, Tuan muda."
"Bagus."
Mobil melaju meninggalkan sekolah. Dua puluh menit Nathan tiba di pinggiran kota B.
Ketika Nathan turun. Dia tidak melihat orang-orang yang dimintanya. "Paman, bukankah aku meminta orang lain untuk membawakan box."
Liam tersenyum, "Sudah, Tuan muda. Mereka dalam perjalanan. Di tengah perjalanan mereka mengalami sedikit kerusakan pada mesin mobil."
Nathan mengangguk. "Mn."
Kemudian dia bertanya. "Paman, apa kau lapar?"
Liam menolak dengan lembut. "Tidak, Tuan muda."
"Jika Paman Lapar katakan saja. Kita bisa pergi ke restoran yang tidak jauh dari sini."
"Tidak, Tuan muda. Terimakasih."
Liam selalu menyukai sifat baik Tuan mudanya. Dia sudah menganggap seperti anaknya sendiri.
Sepuluh menit mobil taksi tiba di depan mereka. Tiga orang keluar dari taksi. Dua wanita dan satu pria. Mereka semua pegawai di Mansion.
Nathan berkata. "Kenapa kalian menggunakan taksi?"
Tidak ada jawaban. Mereka hanya menundukkan kepalanya. Nathan menghela nafas. "Aku tidak marah. Yang aku tanyakan kenapa kalian menggunakan taksi? Bukankah di mansion ada begitu banyak mobil."
Salah satu dari mereka menjawab. "Maaf, Tuan muda. Kita tidak berani memakai salah satu dari mereka."
Seorang wanita menyahut. "Betul Tuan muda. Lagi pula kita semua tidak bisa mengendarai mobil."
Nathan menghela nafas. "Baiklah. Mari tolong bawakan box itu."
Mereka serentak mengambil box. Dua wanita masing-masing membawa dua box. Dua lainnya membawa masing-masing tiga box.
Nathan mengatakan pada mereka bahwa dia ingin membantu. Mereka semua dengan lembut menolak nya. Dan tidak membiarkan dia membawa box.
Mobil mereka tidak bisa masuk, karena gang itu terlalu sempit mungkin hanya kendaraan dua roda saja.
Begitu masuk. Penduduk pinggiran kota B. Memerhatikan mereka dengan rasa penasaran.
Nathan tersenyum ramah pada mereka. Mereka juga membalasnya dengan ramah. Bahkan memberitahu jalan menuju panti asuhan.
Lima belas menit. Mereka tiba di depan salah satu rumah sederhana. Memiliki halaman kecil. Rumah itu terlihat sudah tua.
Nathan berkata. "Kalian tunggu di sini sebentar. Aku akan masuk. Taruh saja box nya di bawah. Jika kalian keberatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutu Buku Dan Ketua Gangster (Tamat)
Teen FictionNathan Mario Almerzio, seorang kutu buku, manis, kaya, nilai bagus. Tetapi pendek, tidak mengerti soal cinta. Mark Alvarez Webber, ketua gangster, tinggi, tampan, tidak kaya, tidak bersekolah. Sering melakukan balapan untuk mendapatkan uang, terkada...