15.

292 269 37
                                    

Pagi ini Braga harus pergi ke tempat part-time sebelum pergi ke kampus. Pikirnya ia pasti akan di mendapatkan omelan dari senior galak itu karena ia membolos selama seminggu lebih, tapi itu tidak jadi halangannya untuk ia kembali bekerja.

Braga masuk ke dalam lalu melihat sekeliling cafe. Cafe itu terlihat ramai oleh pengunjung dan membuat para karyawan sibuk dengan tugasnya masing masing.

Ia pergi ke belakang untuk mengganti baju, dan bersiap untuk bekerja. Seperti tak terjadi apa apa, Braga bekerja seperti biasa membuat minuman dan mengantarkan pesanan kebeberapa meja.

Dua jam berlalu, Braga sibuk membawa beberapa minuman di atas nampan lalu ia antarkan ke meja pelanggan. Setelah nampan itu kosong, ia kembali membantu temannya untuk membuat pesanan.

Alina datang ke cafe untuk pengawasan, datangnya agak terlambat dari biasanya. Ia tersenyum melihat cafe yang penuh dengan pelanggan dan karyawan yang bekerja dengan baik. Senyuman itu sontak hilang saat kedua bola matanya tertuju kepada laki laki yang sedang membuat kopi. Alina menghampiri laki laki itu, ia berdiri di sampingnya.

"Ngapain lo disini?" Tanyanya ketus.

Laki laki itu Braga, Ia membalikkan tubuhnya agar bisa melihat Alina dengan jelas.

"Kerja" Jawabnya tanpa dosa.

Alina terkekeh. "Kerja?... siapa yang ngizinin lo Kerja disini?" Tanyanya lagi.

Tanpa basa basi Alina langsung menarik tangan Braga ke arah ruang kerjanya. "Ikut gue...".

Sesampainya disana, Alina duduk di kursi belakang meja. Braga sudah berpikir ia akan di omeli habis habisan oleh Alina, senior di tempatnya part-time. Braga berdiri dengan kepala yang menunduk, ia tak berani menatap wajah sangar milik senior nya itu.

"Lo tau gak? kesalahan apa yang udah lo buat?!!" Tanya Alina.

Braga mengangguk, namun itu tak membuat Alina puas dengan jawabannya itu. "Saya salah... maaf" Kata Braga.

"Harusnya lo tuh punya malu setelah bolos Seminggu lebih tanpa kabar!".

"Apalagi lo anak baru disini, belum ada apa apa nya dan kerja pun baru dua hari!!".

Alina membuka laci meja nya, ia mengambil selembar kertas lalu ia berikan kepada Braga.

"Surat pemecatan lo udah gue tanda tanganin, dan upah nya udah gue transfer" Katanya membuat kepala Braga menegak.

"Lo bisa pergi sekarang."

Tak ada perlawanan apapun dari Braga, ia mengakui kesalahannya dan ia menerima segala konsekuensinya.

Braga menerima surat itu. "Terimakasih dan sekali lagi saya minta maaf" Katanya lalu pergi.

Alina tak habis fikir kepada Laki laki yang baru ia pecat tadi, tak ada niat menjelaskan sama sekali agar ia tetap bekerja disini. "Aneh."

Di toilet... Braga langsung mengganti bajunya, setelah itu baju, apron dan topi cafe ia taruh kembali di loker bekasnya.

Braga keluar dari cafe itu lalu ia pergi menjauh bersama motor kesayangannya. Hari ini ia datang ke kampus lebih awal 3 jam. Tak tahu harus pergi kemana, ia memilih untuk menunggu di kampus.

Ia duduk di salah satu bangku yang ada di taman, melihat langit yang begitu cerah membuat suasana semakin panas. Sesekali ia terpikirkan sesuatu yang membuatnya langsung membuka ponsel.

Terlihat beberapa panggilan tak terjawab dari Isa, Braga berniat untuk meneleponnya balik namun ia mengurungkan niatnya itu.

"Nanti aja deh" Batinnya kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.

Tiga jam berlalu, Braga pergi ke kelas sebelum dosen datang. Duduk di tempat biasanya lalu mengeluarkan laptop dan buku dari dalam tas nya.

Setelah dosen itu datang, kelas pun di mulai hingga beberapa jam kedepan. Braga tertinggal banyak pelajaran akibat ia masuk penjara kemarin. Pulang dari kampus ia berniat meminjam catatan kepada teman sekelasnya untuk mengejar pelajaran yang terlewat.

Salah satu teman yang ia pinjam catatan nya itu bertanya soal bolosnya Braga. "Kemana aja lo Ga?."

"Gue sibuk" Jawabnya singkat.

"Oh gitu... yaudah nih bukunya."

"Tanks ya, nanti gue balikin secepatnya."

"Iya Ga santai."

Di perjalanan pulang Braga terjebak macet sekaligus hujan deras. Ia bingung harus meneduh dimana, secara jarak ke rumah lumayan jauh. Ia pun menyalip sana sini berharap ada tempat untuk meneduh, sialnya hingga ujung jalan ia tidak menemukan tempat meneduh. Terpaksa ia menerobos hujan hingga sampai dirumah.

Tubuhnya basah kuyup dan beruntung ia menggunakan tas anti anti air jadi ia tak perlu khawatir dengan isi di dalam tasnya.

Braga mengetuk pintu dengan tubuh yang gemetar, angin yang kencang membuatnya semakin kedinginan. Tak lama dari itu pintu pun di buka oleh bi Karsih.

"Astaga aden" Katanya langsung mendekati Braga.

"Masuk den, sini tasnya biar bibi yang bawa" Sambungnya membuat Braga memberikan tas nya kepada bi Karsih.

Bi karsih langsung mengantarkan Braga ke kamarnya. Ia juga menyiapkan air hangat untuk Braga mandi. "Aden mandi ya... air nya udah bibi siapin" Katanya mendapat anggukan dari Braga.

"Bibi ke bawah dulu ya mau buat teh buat aden" Braga kembali mengangguk.

Bi karsih langsung keluar dari kamar Braga dan Braga pergi ke kamar mandi.  Tubuhnya sangat nyaman saat terkena air hangat di bethtup dan Braga mulai memejamkan matanya. Berendam sembari menikmati suasana yang sunyi di kamar mandi membuatnya enggan untuk keluar dari bethtup itu.

-to be continued

Braga Praditama Where stories live. Discover now