28.

98 65 0
                                    

Kini nyawa Braga seakan sedang diombang kematian, detak jantung yang tak stabil membuat kondisinya memburuk, apalagi setelah dokter mengetahui bahwa ginjal Braga sudah benar benar rusak. Hal itu membuat Braga harus operasi kembali jika penyakitnya itu kambuh lagi.

"Darah nya kurang, cepat cari pendonor darah untuk pasien!" Kata dokter yang menangani operasi itu.

Dua suster yang berada di tempat operasi pun segera keluar mencari darah yang sesuai dengan golongan Braga, namun sayangnya kedua suster itu kehabisan dan mengharuskan keluarga pasien mencarinya sendiri.

"Darah golongan A sedang kosong..."

"Pasien benar benar sedang membutuhkan dua kantung darah dengan golongan yang sama."

"Mohon untuk segera di dapatkan ya, Pak."

"Baik, Sus" Sahut Adrian.

Adrian pun menghubungi beberapa rekan kerjanya agar mereka berminat mendonorkan darah nya kepada Braga, namun lagi lagi seribu sayang Adrian tak dapat menemukan darah dengan golongan yang sama seperti Braga.

"Harus cari kemana lagi coba!"

Beberapa jam kemudian... Setelah mencari sana sini akhirnya Adrian mendapatkan pendonor darah untuk Braga, alhasil proses operasi Braga akan secepatnya dilanjutkan.

Dua kantung darah pemberian orang baik itu berhasil menyelamatkan Braga setelah diombang kematian sejak beberapa jam lalu. Adrian sangat bersyukur bertemu orang itu dan berhutang budi kepada beliau.

"Terima kasih ya Pak! saya berhutang banyak kepada anda" Kata Adrian.

"Sesama manusia harus saling tolong menolong" Sahut beliau.

"Semoga saya bisa membalas kebaikan anda hari ini" Balas Adrian.

"Kalau begitu saya harus pergi sekarang, kasian anak saya sudah menunggu diluar" Pamitnya sembari bangkit dari duduknya.

"Iya Pak! hati hati ya" Kata Adrian saling berjabat tangan dengan pria paruh baya itu.

Berkat pria paruh baya tadi Braga berhasil melewati masa kritisnya, jika beliau tidak ada mungkin Braga tak lagi bernyawa hingga saat ini.

5 jam kemudian...

Dokter telah mengizinkan Adrian untuk masuk keruang pemulihan, ia pun segera masuk dan bertemu dengan sang putra. Begitu bahagia hingga air mata menetes membasahi pipinya, rasa syukur selalu Adrian panjatkan, atas seizinnya Braga masih bernyawa dan mampu bernafas walaupun perlu bantuan dari alat alat medis.

"Braga... Papa disini, Nak!" Katanya sembari mengusap kepala Braga.

Braga membuka matanya perlahan lahan dan mencoba merasakan kehadiran sang ayah di sampingnya. "Pap-a" Lirihnya.

"Mama dimana?" Tanya Braga membuat Adrian sontak terdiam setelah mendengar itu.

"Mam? Mama?" Kata Adrian tak mengerti.

"Ta-di ada Mam-a pa-ke baju puti-h" Jelas Braga dengan nada yang tak begitu jelas akibat CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) yang terpasang di bagian hidung hingga mulut nya.

"Dimana?" Tanya Adrian semakin penasaran.

"Di-rua ng ope-ras i" Jawab Braga.

"Bahkan saat sedang seperti ini Maila masih ada di sisi kita, Braga" Batin Adrian tak kuasa menahan air matanya.

Hal itu disadari oleh Braga. "Pap-a kenapa na ngis?" Tanya Braga membuat Adrian segera menghapus air matanya yang sudah banjir itu.

"E-engga Papa gak nangis" Sahut Adrian berbohong.

Braga Praditama Where stories live. Discover now