33.

125 86 0
                                    

Kecelakaan yang terjadi di sebrang rumah sakit medika kencana membuat pagi ini begitu ramai, korban dinyatakan meninggal usai dibawa ke rumah sakit, dan pengemudi truk yang menjadi pelaku tersebut hanya luka kecil hingga tak perlu perawatan lebih lanjut.

Tempat itu sudah ditandai oleh garis polisi, disana para polisi yang bertugas mulai menyelidiki asal mula kejadian dari kecelakaan itu, namun Cctv disekitar sana tak terlalu menyorot kearah Tkp, hanya terlihat saat korban terpental saja.

Sang sopir truk juga mulai di interogasi oleh penyidik, dan ia sudah di tetapkan sebagai pelaku karena mengemudi dengan keadaan mabuk, ia juga terkena pasal 311 UU nomor 22 tahun 200 LLAJ.

"Ada apa ini?" Batin Adrian setelah melihat banyak sekumpulan orang yang berada di sebrang rumah sakit.

Adrian mulai menyadari adanya kecelakaan setelah ia melihat truk yang sudah ringsek akibat menabrak pohon. "Kecelakaan?."

"Korban nya kasian banget ya..."

"Mana cantik lagi..."

"Kasian mana masih muda."

"Semoga si eneng di ampuni segala dosa dosa nya."

Pembicaraan itu terdengar jelas di pendengaran Adrian, ia menyimpulkan bahwa korban dari kecelakaan itu adalah perempuan muda. Setelah itu Adrian masuk ke dalam rumah sakit dan tak terlalu ingin tahu akan kecelakaan tersebut.

Ia menggunakan lift untuk sampai ke ruang rawat Braga, namun pikiran nya tiba riba tertuju pada korban kecelakaan tadi. Adrian tak ingin tahu menahu soal kejadian itu, namun hati nya merasa tak enak setelah mendengar korban kecelakaan itu adalah seorang gadis.

Sesampainya Adrian di ruang rawatnya sang putra, ia melihat Braga sedang di suapi oleh suster. "Braga..." Panggilnya membuat Braga dan suster itu menoleh kearahnya.

"Isa dimana? semalam dia disini kan jagain kamu?" Tanya Adrian beruntun.

"Braga belum liat dia dari tadi pas bangun, Pah" Jawab Braga.

"Tapi semalem dia disini kok sama Braga" Sambungnya.

"Kemana dia?" Tanya Adrian.

"Oh ya sus, udah biarin saya aja yang lanjutin suapin Braga" Kata Adrian mengambil alih mangkuk sarapan milik Braga.

"Baik kalau begitu" Sahut suster itu segera pergi dari ruang rawat Braga.

"Terimakasih sus."

Adrian duduk di tempat Suster tadi duduk, ia mulai menyuapi Braga secara perlahan lahan. "Oh iya Braga..." Kata Adrian berniat menceritakan tentang kejadian pagi tadi yang ia lihat.

"Di sebrang rumah sakit ada kecelakaan" Lanjutnya.

"Katanya sih korban nya perempuan."

"Kasian tau" Sambungnya.

Mendengar itu hati Braga tetiba lemas tak karuan. "Perempuan?" Katanya membuat Adrian mengangguk.

"Kejadiannya pagi tadi kayanya."

"Jejak darah nya juga masih ada, tapi udah di garisin polisi" Sambung Adrian sembari menyuapi suapan terkahir.

Adrian menaruh mangkuk itu dan menggantinya dengan sebotol air minum kemasan botol. "Nih minum dulu" Titahnya.

"Kejadian kaya gitu diluar kendali manusia, yang tau cuma tuhan."

"Korban nya meninggal? Pah?" Tanya Braga membuat Adrian mengangguk.

"Denger denger sih gitu" Jawabanya.

Jam begitu cepat berlalu, kini telah menunjukkan pukul 9 pagi. Nikita dan Deri berniat kerumah sakit menjenguk Braga yang tengah berjuang untuk penyakitnya. "Bu... kabarin Isa dulu kalau kita mau kesana" Kata Deri.

"Iya ini ibu lagi telepon Isa" Sahut Nikita sembari menunggu jawaban dari telepon sang putri.

Beberapa saat kemudian panggilan itu masih belum mendapatkan jawaban dari Isa, Nikita dan Deri pun pergi tanpa memberitahu sang putri. "Isa nya gak jawab telepon ibu, Yah. Kita berangkat sekarang aja deh biar ga kesiangan ke sana nya" Kata Nikita membuat Deri mengangguk.

"Yaudah ayo bu masuk ke mobil" Ajak Deri.

Mobil Deri segera meninggalkan pekarangan rumah, mobil itu melaju kearah sesuai seperti di maps yang tertera di layar ponsel Deri. "Ini beneran di rumah sakit medika kencana kan, Bu?" Tanya Deri memastikan.

"Kata asisten di rumah Braga sih gitu, Yah" Jawab Nikita.

Setelah memastikan itu rumah sakit dimana Braga di rawat, Deri mempercepat laju mobilnya agar sampai tepat waktu dan tidak kehabisan waktu jenguk.

25 menit kemudian...

Mobil Deri telah terparkir di parkiran rumah sakit medika kencana, kedua pasang suami istri itu segera turun dari mobil sembari membawa buah tangan untuk menjenguk Braga.

Mereka berdua pergi ke tempat resepsionis untuk mencari tahu kamar rawat Braga. "Permisi, Pasien bernama Braga Praditama dirawat di kamar nomor berapa ya?!" Tanya Nikita dengan sopan. Penjaga resepsionis itu langsung mencari yang dimunta oleh Nikita. "Pasien bernama Braga Praditama berada dikamar tulip vvip nomor 3" Katanya.

"Baik, terimakasih" kata Nikita, lalu ia dan sang suami segera pergi ke kamar tersebut.

Sesampainya disana kedua pasang suami istri itu langsung masuk kedalam ruang rawat Braga, Keduanya disambut baik oleh Braga dan Adrian.

"Eh ibu... Ayah..." Kata Braga tersenyum lebar.

"Braga... ya Allah kok kamu gak ngabarin ibu sih kalau kamu di rawat, Ga" Kata Nikita menyampaikan segala kekhawatiran nya.

"Braga, maafin ayah sama ibu ya baru jenguk kamu kesini" Kata Deri.

"Maafin Braga juga ya bu, ayah..."

"Kenapa kamu sembunyiin ini semua dari kita, Ga!" Kata Nikita.

"Braga gak mau buat kalian khawatir" Sambung Braga.

"Kamu kaya gini malah bikin ibu sama ayah khawatir, Ga" Kata Deri.

Adrian yang sedari tadi mengamati dua pasang suami istri itu hanya bisa diam, ia merasa gagal menjadi orang tua bagi sang anak. "Saya aja gak sedekat itu sama Braga, tapi kenapa mereka bisa dekat dengan anak saya?" Batinnya.

"Pah..." Panggil Braga kepada sang ayah yang sedang melamun.

"Pah..." Panggilnya lagi.

"Papa!" Panggilan terkahir membuat lamunan sang ayah buyar.

"I-iya?" Sahut Adrian.

"Papa kenapa?" Tanya Braga.

"E-engga! Papa gak kenapa napa" Jawab Adrian.

Braga mengangguk. "Oh iya, ini Ayah sama Ibu nya Isa, Pah" Braga mulai memperkenalkan dua pasang suami istri itu yang tengah menjenguknya.

"Oh ya, saya Papa nya Braga" Adrian mulai berjabat tangan dengan kedua pasutri itu.

"Isa dimana ya?" Tanya Nikita.

Wanita paruh baya itu belum juga melihat keberadaan sang putri, pikirnya dari semalam sang putri berjaga di rumah sakit menemani Braga.

"Isa? semalam sih ada disini, cuma dari pagi Braga belum liat dia lagi" Kata Braga.

"Emangnya dia gak pulang, bu?" Tanya Braga balik membuat Nikita menggelengkan kepalanya.

"Isa kemana ya? apa dia ke bandung? ah gak mungkin" Kata Deri.

"Ayah sama ibu udah telepon dia berkali kali tapi gak di angkat, hp nya juga gak aktif" Sambung Dery.

"Kemana ya dia?" Kata Braga ikut bingung dengan keberadaan Isa.

Gadis itu benar benar membuat semua orang khawatir, tak ada kabar sama sekali dan ponselnya pun tak aktif.

—to be continued

Braga Praditama Where stories live. Discover now