Sore

854 25 0
                                    

"Hah, Bali??" tanyaku kaget. Orang-orang di sekitarku sampai menengok saking kerasnya suaraku.

Sore itu aku sedang ngopi bareng Karin di coffee shop kantor. Rutinitas kami sepulang kerja, setiap kebetulan sedang work from office bersama, sekaligus menunggu macet Jakarta mereda.

Karin baru saja mengabariku bahwa Clove International, lewat mbak Ina, menawari syuting di resor mereka di Bali karena suka dengan hasil-hasil liputan liburan kami. Kebetulan yang lucu. Soalnya, belum lama ini Bali muncul lagi di kepalaku, seperti mengirimkan pesan telepati untuk minta disinggahi lagi.

"Sssst, berisik," Karin menaruh telunjuknya di depan bibir sambil menyuruhku diam. "Iya, jadi kan mereka tap in di program kita sebulan tuh, udah dua episode syuting di hotel mereka yang di Jakarta kan. Nah, mereka pengin episode terakhir di Bali, di resort mereka yang baru launching akhir tahun kemarin itu."

Tiba-tiba aku teringat yang dikatakan Alex waktu itu kalau mereka punya resort di Ubud. "lokasinya?"

"Ehmm.." Karin memiringkan kepalanya seolah berusaha keras mengingat sesuatu," duh, lupa. Nanti deh gue tanyain. Pokoknya di Bali dan kata mbak Ina lo harus ikut juga. Jadi nggak tim lo-nya doang."

"Ngapainn? Ntar over budget! Kantor mana ngasih."

"Nahhh ada kabar baik juga nih, sar," mata Karin berbinar-binar, seperti anak kecil sedang membeberkan rahasia tentang lokasi harta karun. Jari-jarinya yang lentik menyapu rambut ikalnya ke samping. "Kita baru aja ada deal sama maskapai. Jadi nanti pesawatnya PP pakai klien kita itu, sekalian ada syuting juga di pesawat. Transport lokalnya disediain sama Clove. Beres, deh!"

"Oh..wow?" sahutku pura-pura kaget.

"Belum selesai... Nanti kita juga ada barter ya sama resto. Nah sisanya tim produksi lo dehh yang tentuin mau ke mana aja. Ih..akhirrnya deh kita ke Bali barengg," kata Karin sambil menepuk-nepuk lenganku gemas.

"Lo ikut juga?"

Wajahnya berubah masam, "ikut dongg. Kan gue sales yang handle Clove. Lo kenapa sihh dari dulu kalo main ke Bali kayaknya ogahh banget sama gue."

Aku baru sadar selama ini selalu gagal pergi ke Bali bareng Karin. Dua tahun lalu, kami gagal liburan ke Bali karena urusan kerjaan. Sebelumnya, setelah lulus kuliah, kami juga batal pergi karena Elsa wisuda. Sebelumnya lagi, Karin bahkan sempat ngambek karena aku ke Bali sendiri dan tinggal di sana lebih dari sebulan tanpa bilang-bilang.

Alasan terakhir bikin kami tak saling kontak hampir satu bulan dan baru saling sapa lagi karena dipertemukan situasi, saat foto wisuda Lia yang tertunda gara-gara aku sedang di Bali.

"Yee..masih aja ngambeknya... by the way nanti extend, yuk? Cuti gue kayaknya masih banyak," ucapku.

Raut wajah Karin berubah kembali segar dan tiba-tiba bersemangat lagi mendengar kata cuti, "ih ayoo. Gue mau tanya mbak Ina ah nanti siapa tau mau kasih diskon! Clove kan ada banyak hotel tuh di Bali. Gue mau nginep di tempat yang banyak bulenya, ah. Siapa tau ada yang nyantol!"

Mendengar kata "bule", tiba-tiba aku jadi ingat Alex. Lagi. Lalu beribu pertanyaan memenuhi kepalaku.

Apa nanti dia bakal ikut ke Bali? Kalau iya, itu bakal jadi pertama kalinya lagi aku menginjakkan kaki di Pulau Dewata bersama dia. Lalu, gimana kalau resort yang disebut Karin adalah yang resort di Ubud yang dimaksud Alex waktu itu? Tapi gimana kalau dia justru nggak ikut?

Tiba-tiba aku jadi sedih. Aku benci diriku yang doyan bernostalgia. Usiaku sudah kepala tiga, sudah tak seharusnya melankolis begini. Saraah, ayo buang jauh-jauh pikiran tentang Alex!

My Client is My Ex-FWB [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang