1 1 : 𝘁𝗿𝘂𝘁𝗵

96 6 11
                                    

GESSEKAN pada tali-temali violin berhenti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

GESSEKAN pada tali-temali violin berhenti. Keluhan kasar dilepaskan. Beberapa kali sudah dia melakukan kesalahan sewaktu menggesek violin. Not-not yang dicipta tiap kali penggesek bertemu dengan tali akan lari dan membentuk melodi yang sumbang.  Penggesek dilontar kasar ke atas lantai studio. Serabut sungguh otaknya sampaikan dia tidak fokus untuk berlatih.

Punggung dilabuh di atas lantai. Violin itu diletakkan di sisi. Wajahnya diraup  dengan nafas yang masih menderu kasar. Tegang sekali wajahnya ketika ini. Lutut dipeluk ke dada. Nafas ditarik berkali-kali cuba menenangkan jiwa yang bergelora menahan perasaan.

Seisi studio kosong itu disampuk sepi yang lama bila langsung tiada bunyi yang keluar dari bibirnya itu. Namun, tidak apa. Dia lebih suka begini. Suasana yang sepi amat menenangkan jiwanya.

Seriously? Again?”

Satu suara menegur dari depan pintu studio. Lambat-lambat kepalanya diangkat. Seketika matanya berlaga dengan sepasang anak mata berwarna biru laut itu.

Wajahnya kekal tidak beriak. Mata menjeling sekilas penggesek dan violin di atas lantai. Keluhan terlepas lama sebelum tangan naik memicit pelipis.

“Nak apa?”

Soalnya dingin. Kepala ditundukkan ke bawah semula, pelukan lutut pada dada semakin dieratkan.

You need to stop, seriously. Kau practice lah lama mana pun, if she's still running inside your head, then you're going nowhere.”

“Kau tak tahu apa-apa.”

Balasnya keras. Kepalanya diangkat semula. Tajam anak mata itu menikam wajahnya itu.

“Aku tahu, Elijah. Kau tu bukan kawan yang aku kenal sehari dua but already for years. Kalau otak kau asyik-”

“KAU TAK TAHU APA APA!”

Kedua bahu terhinjut saat suara Elijah memetir kuat. Membulat matanya melihat riak wajah Elijah yang tegang. Urat-urat biru timbul pada permukaan kulit.

I know what am I saying. Kau tu je yang tak reti bukak mata. Tak reti untuk terima kenyataan yang Kakia dah tawar hati dengan kau.”

Balasnya dengan riak tenang walaupun suasana sekeliling sangat tegang. Tanpa riak, mata memaku pada wajah tersebut.

You know nothing, Ed. Kau tak tahu apa-apa yang jadi between me and her. Kau tak tahu satu benda pun. Kau tak tahu why she choose to left Vector High, kau tak tahu kenapa she choose to left me, you know nothing! So, berhenti. Berhenti cakap yang kau lebih kenal dia berbanding aku cause it's making me sick that kau acah tahu everything sedangkan you aren't at all!”

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐓𝐄𝐀𝐑Where stories live. Discover now