"Ini kasus yang rumit"
"Aku benci berurusan dengan pejabat, kau saja yang tangani"
"Hyung, bukankah kau ahlinya menangani kasus serupa?"
"Ini bukan penipuan biasa, tuntutannya bisa lebih lama dari satu setengah tahun"
"Apa maksudmu bukan penipuan biasa?"
"Ada pihak ketiga, ralat, pihak keempat yang memutar roda seakan pihak kedua tidak terlibat, sehingga pihak ketiga juga tidak bisa disalahkan"
"Tapi dari catatan transaksi korban, bukankah seharusnya pihak kedua bisa langsung mendapatkan tuntutan?"
"Tidak semudah itu, ada materai di atas kertas dan jaminan yang korban berikan berkaitan langsung dengan anak mereka yang masih sekolah"
"Apa tidak bisa diputus hanya pada titik ini?"
"Dan melepaskan para bajingan itu?"
"Bagaimanapun ada puluhan korban disini, mereka tidak akan tinggal diam kalau putusannya terlalu ringan"
"Sudah koordinasi dengan pengacara mereka?"
"Kau saja yang menghubunginya, kalian dulunya satu kampus kan"
"Siapa yang kau maksud hyung?"
"Pengacara Yoo, dia pengacara paling cantik di firma hukum BlueCore"
"Yoo? Yoo siapa... ?"
"Jimin-i, Yoo Jimin"
Percakapan yang cukup intens dan mendalam diatas adalah antar jaksa di kejaksaan negeri.
Dimana salah satu dari empat pria yang kompak memakai jas hitam itu, ada Heeseung diantaranya.
Di satuan ini, Heeseung adalah anggota termuda sehingga ia lebih banyak mendengarkan dan menerima banyak nasihat dari para seniornya.
Layaknya makanan sehari-hari, selain mengumpulkan berkas baik bukti dan lain sebagainya, jaksa juga sering berdiskusi seperti ini selama menangani sebuah kasus.
Saat berada di tahap seserius ini, tak ada satupun dari mereka yang bercanda, sekedar membuka pesan di ponsel atau bahkan menyeruput kopi yang cepat dingin. Mereka begitu fokus pada pekerjaan hingga kadang lupa waktu.
Ya benar, mereka sering waktu kalau sudah membahas pekerjaan. Termasuk Heeseung.
Sudah pukul 7 malam dan akhirnya mereka semua memutuskan untuk melanjutkan diskusi besok pagi, sekalian mendalami perkara malam ini.
Yah setidaknya bisa pulang dan menghirup dinginnya angin malam.
"Orang-orang di kantormu bilang apa tentangku?"
"Mereka bilang kau pengacara paling cantik di firma hukum BlueCore"
"Oh ya? Hahaha....lalu bagaimana denganmu sendiri?"
"Aku tidak setuju dengan pendapat mereka?"
"Ck! Menyebalkan"
"Kenapa hanya satu firma yang mereka sebutkan, seharusnya adalah kau pengacara paling cantik di semua firma hukum yang ada di Korea, bukan begitu sayangku...?"
"Yaa...."
Jimin tersipu malu dan menyenderkan kepalanya pada bahu kanan Heeseung, pacarnya.
"Kira-kira bagaimana reaksi mereka kalau tau kita pacaran?"
"Sejak kapan kita pacaran?" tanya Heeseung, menggoda Jimin.
"Coba tanyakan sekali lagi" tantang Jimin.
"Aku tidak sabar memberitahu mereka kalau wanita yang punya emosi buruk ini adalah pacarku" jawab Heeseung dengan santai, kemudian menyempatkan untuk mencium kening Jimin.
"Jangan menggodaku, aku lapar....kapan kita akan sampai?"
"Baru jam 8, kenapa harus buru-buru.... masih ada waktu semalaman denganku"
"Hentikan itu, kau membuatku malu"
"Aigoo...pacarku yang lucu"
"YAA! Berhenti"
"Oh ya, aku sudah bilang akan ke pesta pernikahan mantan pacarku padamu, kan?"
"Ya, kau mengatakannya lewat pesan kemarin"
"Kau tidak marah? Atau haruskah aku tidak pergi?"
"Tidak, kenapa aku harus marah. Pergi saja, lagipula aku juga tidak niat ikut"
"Baiklah kalau begitu"
"Tapi bawakan aku oleh-oleh!"
"Haha...apa kau pikir aku mau pergi liburan"
"Apa saja, bawakan aku sesuatu dari sana... sudah lama aku tidak mendapat oleh-oleh"
"Kalau begitu kenapa kita tidak liburan saja?"
"Dengan jadwalmu dan jadwalku yang sudah sepadat jalanan di New York, kau pikir bisa merencanakan liburan?"
"Apa akhir pekan kau juga bekerja?"
"Tidak, tapi aku sudah buat reservasi di salon langgananku"
"Biar aku yang antar"
"Siapa yang minta untuk diantar, aku dan Nayoung! Laki-laki tidak boleh ikut"
"Oh... okay....nah, sekarang kita sampai"
"Ah aku tidak sabar ingin makan kulit panggangnya"
"Jangan makan terlalu banyak, ini sudah larut"
"Urusi saja urusanmu sendiri!"
"Haha........"
Seperti yang terlihat dengan nampak jelas.
Heeseung dan Jimin pacaran.
Setelah beberapa hari lalu Heeseung mengantarkan Jaehee ke rumah sakit untuk check up dan bahkan meminta untuk ditemani keluar kota bersama.
Bersikap manis pada sosok yang dianggapnya TEMAN, tapi diam-diam di belakang ia sudah memiliki pasangan.
Jaehee juga tidak berharap apa-apa dari kedekatannya dengan Heeseung, tapi bagaimana dengan Jimin yang tidak tau? Kalau Heeseung masih suka mentreatment gadis lain dengan spesial sementara mereka terikat hubungan?
Mau tau titik baliknya?
Heeseung itu, dia tak ingin kehilangan Jaehee, tapi juga tak ingin mengikatnya.
Ia ingin berkencan dengan siapapun, tapi jika ia lelah dan hatinya terluka, ia harap Jaehee ada untuknya.
Jika Jaehee membutuhkannya dia akan datang membantu, tapi saat Jaehee ingin mendatanginya ia akan menutup pintu rapat-rapat.
Lalu, apakah itu artinya Heeseung menyukai Jaehee?
Jawabannya, iya.
Lebih dari ia menyukai semua gadis yang pernah ia pacari, Jaehee adalah gadis yang berada di puncak.
Itu juga yang membuatnya enggan memacarinya. Karena tak mau kehilangan dua hal yang berharga, satu adalah teman, dua adalah kekasih.
Itu semua benar adanya, fakta.
Sementara Jimin pergi ke toilet, Heeseung menelpon Jaehee.
"Kau sudah pulang?"
"Oh syukurlah..."
"Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya ingin mendengar suaramu saja"
"Nyalakan penghangatnya, malam ini sedikit dingin"
"Tidak, aku tidak keluar malam ini. Sedang menikmati kota Seoul di malam hari dari balkon kamarku"
"Siapa juga yang merokok, jangan menuduhku ck ck ck..."
"Ya, baiklah. Kau juga, cepat tidur.... mimpi indah"
Jimin datang dan duduk manis di depan Heeseung.
"Kau habis menelpon seseorang?"
"Hm. Tiba-tiba aku rindu ibuku"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE // SUNGHOON AU
FanfictionBased on author's imagination ⚠️🔞 Rank #1 parksunghoon (231215) Rank #1 leeheeseung (231208)