8/. Mulai Posesif

262 14 1
                                    

"Karna pria yang baik, pasti akan memperlakukan wanitanya layaknya seorang ratu."









Samar-samar mata indah yang terpejam itu terbuka. Mengamati sekitarnya dengan linglung, Aliza merasakan sesuatu menempel di dahinya. Tangannya bergerak meraba. Mendapati sebuah handuk kecil yang sudah mengering.

Dengan perlahan, Aliza bangkit dan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Melirik pada jam kecil diatas meja dekat tempat tidurnya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Melihat pada penampilannya, gadis itu memutuskan untuk membersihkan diri.

Aliza memijakkan kakinya menuruni tangga setelah selesai membersihkan diri. Dengan menggunakan hoodie berwarna putih yang menenggelamkan  hampir separuh tubuhnya, Aliza mengernyit bingung saat melihat keadaan rumah yang sepi. Dimana Adnan?

"Al?" Panggil seseorang dari belakangnya.

Aliza memutar tubuhnya. Mendapati Adnan berjalan ke arahnya dengan segelas susu juga senyum tipis di bibirnya.

Sesampainya di depan Aliza, Adnan mengulurkan tangannya menyentuh dahi Aliza. Senyuman yang tadinya  tipis kini berubah semakin lebar saat mendapati Aliza tidak lagi panas.

"Alhamdulillah, demam kamu turun juga." Ucapnya diiringi helaan nafas lega.

Kemudian laki-laki itu menyodorkan segelas susu ditangannya pada Aliza. "Saya bikinin kamu susu hangat. Biar  kamu lebih enakan." Katanya.

Mengingat jasa laki-laki di depannya ini ketika merawatnya semalam, Aliza dengan berat hati menerima susu itu.

Saat ingin meminumnya, tangan Adnan mencegahnya. "Apa lagi?" Malas Aliza.

"Rasulullah menganjurkan, apabila kita ingin makan atau minum, lebih baik kita melakukannya dalam keadaan duduk." Ujar Adnan.

Aliza mendengus kesal. Tapi tak ayal juga menurutinya. Gadis itu melangkah lalu mendudukkan dirinya di atas sofa. Kemudian menghabiskan susu itu dalam sekali tegukan.

Adnan tersenyum tipis saat Aliza mau mendengarkannya. Sedangkan Aliza menatap tajam ke arah Adnan sambil menggerakkan gelas yang sudah kosong itu ke kanan dan ke kiri.

"Puas lo?"

"Iya. Makasih, ya." Ucapnya lembut sambil mengusap pucuk kepala Aliza sebentar.

Aliza tertegun. Darahnya berdesir bersamaan dengan degub jantungnya yang menggila. Namun itu tak berlangsung lama karena teriakan seseorang yang memanggil namanya dari luar rumah.

"Gibran?" Beo Aliza saat mengenali suara siapa itu.

Aliza segera berjalan mendekati pintu utama. Tersentak saat melihat Gibran berdiri tepat di hadapannya dengan wajah khawatir. "Gibran?"

"Lo baik-baik aja kan, Za? Sorry gue baru denger kalau Tante Sarah udah-" ucapannya terpotong saat terdengar suara dari belakang Aliza.

"Siapa yang dateng, Sayang? "

Aliza hendak memutar tubuhnya tapi terhenti saat ada seseorang yang menutupi wajahnya menggunakan tudung hoodienya. Aliza juga dapat merasakan sebuah tangan bergerak melingkari pinggangnya dengan erat.

Dengan kasar gadis itu membuka tudung hoodienya dan melayangkan protes pada si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Adnan. Laki-laki yang berstatus sebagai suaminya.

"Lo ap-"

Cup

Lagi-lagi Aliza tertegun saat dengan santainya Adnan mencium pipinya.

"Dia siapa, Yang?" Tanya Adnan lagi.

Aliza hanya diam lantaran masih syok.

"Lo siapanya Aliza?" Tanya Gibran penasaran.

The Perfect Husband For AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang