23/. Truth or Dare

165 8 0
                                    

"Ketika kita hidup bersama dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita, dunia terasa indah layaknya di surga."











Sejak dimana Aliza mengungkapkan perasaannya pada Adnan tadi, kini gadis itu tidak lagi merasa malu untuk bermanja pada sang suami. Seperti saat ini contohnya. Dengan santai Aliza duduk dengan kepala bersandar pada bahu Adnan.

Dengan mata yang fokus menonton kartun kesukaannya di handphone Adnan, Aliza bersikap manja dengan meminta Adnan menyuapinya makanan.

"Adnan, haus." Adunya pada Adnan.

Dengan sabar, Adnan menyodorkan segelas air putih yang diterima senang hati oleh Aliza. "Aku tadi pesen sepatu sama tas dari handphone kamu. Gak marah, kan?" Tanya Aliza mendongakkan kepalanya.

"Enggak, pesen aja apa yang kamu mau." Jawab Adnan tenang.

"Kamu yang bayar?"

"Iya."

"Baik banget sih, suami aku." Puji Aliza.

"Baru sadar, Yang?" Sindir Adnan membuat Aliza tertawa.

"No, aku dah kenyang." Tolak Aliza saat Adnan menyodorkan sesendok nasi padanya.

"Tapi kamu baru makan sikit, Al."

"No, Adnan. Aku udah kenyang." Kekeh Aliza.

Adnan menghela nafas pelan. "Ya udah." Ucapnya sambil mengelus lembut pucuk kepala Aliza yang kini tertutupi hijab.

Setelahnya, Adnan memasukkan sisa makanan Aliza ke dalam mulutnya. Aliza yang melihatnya melotot kaget.

"Adnan! Itu kan bekas aku!"

Adnan menatap Aliza sebentar kemudian lanjut memakan nasi dan lauk yang tersisa. "Memangnya kenapa?" Tanyanya santai.

Aliza terdiam sebentar sebelum menjawab dengan nada ragu. "Kamu gak jijik?"

Adnan menaikkan salah satu alisnya bingung. "Jijik kenapa?"

"Ya kan itu bekas aku." Cicitnya.

"Memangnya kenapa kalau bekas kamu? Kamu kan istri aku."

Dengan santai Aliza menyandarkan kepalanya pada dada Adnan. "Ya kan kebanyakan gitu. Siapa tau aja kamu sama."

Adnan terkekeh geli mendengarnya. "Aku kan beda." Ucapnya sembari mencium pucuk kepala Aliza.

Aliza mengulas senyum tipis. "Adnan, ini cocok gak buat aku?" Tanyanya menunjukkan gambar sebuah gamis.

"Cocok." Jawab Adnan.

"Aku pesen, ya? Tapi kamu yang bayar." Aliza mendongak dengan mata berbinar cerah.

Dengan gemas Adnan mencium hidung Aliza. "Iya, Sayang."

"Nih." Aliza mengembalikan handphone Adnan.

Mata Adnan melebar sejenak saat mengetahui seberapa banyak barang yang Aliza pesan.

"Serius kamu beli barang sebanyak ini, Al?" Kaget Adnan.

"Iya. Habisnya semuanya cantik. Aku kan jadi bingung harus pilih yang mana." Jawabnya dengan memainkan jari jemari Adnan.

"Kamu marah?"

Adnan menggelengkan kepalanya. "Enggak, cuman kan sayang aja gitu kalau nanti ujung-ujungnya gak kepakai. Jatuhnya jadi mubazir."

"Iya sih. Tapi aku suka semua Adnan. Jadi gimana? Apa aku cancel aja?"

Adnan tersenyum lembut. "Ya udah gak papa kalau kamu suka."

The Perfect Husband For AlizaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon