26/. Kesayangan Bunda Hafsyah

169 8 0
                                    

"Menurut aku, cinta itu manis dan indah. Lebih manis dari permen kapas yang pernah aku makan waktu kecil. Kalau menurut kamu, cinta itu apa?"

Aliza Saskia Zenara

"Kalau menurut aku, cinta itu, Aliza, Aliza, dan hanya Aliza."

Adnan Mirza Rafasyah.






"Apa kabar, Nak?" Tanya Hafsyah lembut.

"Alhamdulillah, baik Bun." Jawab Adnan seraya mencium pungung tangan Hafsyah lalu memeluk erat sosok yang sudah melahirkannya itu.

"Apa kabar, Yah?" Tanya Adnan pada Fahri.

"Alhamdulillah nya baik. Tapi-"

"Tapi apa, Yah?" Penasaran Adnan ketika Fahri menggantung ucapannya.

Fahri melirik pada sang istri sejenak. "Bunda kamu semakin menjadi karena kamu gak dirumah. Masak Ayah disuruh minum jus pare tiap hari." Adunya yang dihadiahi pelototan oleh Hafsyah.

Adnan terkekeh geli. Sudah tidak diragukan lagi kebiasaan unik Bundanya itu.

"Aliza-" ucapan Hafsyah tampak ragu saat tak mendapati keberadaan menantunya. Wajahnya mendadak murung. Berfikir jika Aliza masih belum menerima pernikahan ini.

Adnan yang mengerti lantas tersenyum lembut. "SAYANG! UDAH SIAP BELUM? INI BUNDA NYARIIN KAMU!" Teriak Adnan kemudian.

"IYA! BENTAR!" Balas Aliza ikut berteriak.

Hafsyah dan Fahri saling pandang dengan wajah kaget sekaligus tak percaya.

Tak lama setelahnya, terdengar suara pijakan dari arah tangga. Ketiganya menoleh bersamaan. Lagi-lagi Hafsyah dan Fahri saling bertatapan dengan wajah cengo. Sedangkan Adnan tersenyum manis menyambut istrinya.

"Lama banget, sih? Bunda nyariin kamu nih dari tadi. Kangen mantu katanya." Ujar Adnan mencium dahi Aliza lembut dengan satu tangan yang melingkar pada pinggang ramping Aliza.

"Ish, Adnan. Jangan cium-cium. Malu ada Ayah sama Bunda tau gak?!" Bisik Aliza kesal. Matanya menatap Adnan tajam.

Lantas Adnan tertawa pelan. Aliza mencabik kesal. Kemudian matanya bergulir menatap dua sosok paruh baya didepannya itu.

Memasang senyum manis yang sarat akan ketulusan, Aliza menyalimi keduanya. "Apa kabar, Bun, Yah?" Tanyanya lembut.

Hafsyah yang tersadar dari keterkejutannya menatap penampilan Aliza dari bawah hingga atas. "Kamu beneran Aliza? Anak Bunda? Istrinya Adnan?" Tanyanya dengan sorot mata tidak percaya.

Pasalnya, terakhir kali bertemu, penampilan Aliza sangat jauh berbeda dari sekarang.

"Kalau bukan Alizanya Adnan, terus siapa lagi, Bun? Ini Aliza. Putri kecil Bunda." Bukan Aliza, tapi Adnan yang menjawab.

Hafsyah tersenyum haru. Bahkan matanya sampai berkaca-kaca mengetahui bahwa sosok yang didepannya ini benar-benar Aliza. Putrinya!

"Masya Allah. Anak Bunda." Ucapnya dengan bergetar menahan tangis. Wanita itu langsung memeluk Aliza erat.

"Alhamdulillah, Alhamdulillah, makasih Ya Allah." Bisiknya yang terdengar Aliza. Tanpa bisa dicegah, Aliza menumpahkan air matanya. Membalas pelukan itu tak kalah erat. Hangat, nyaman, Seperti pelukan Mama. Aliza suka.

"Bunda," lirihnya.

Tangis Hafsyah langsung pecah. Wanita itu terus bergumam hal yang sama berulang kali. Anakku, anakku.

The Perfect Husband For AlizaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora