14/. Funday With Husband III

158 13 0
                                    

"Bahagia, itu sederhana. Bila kamu, ada disisiku."
Cita citata

















Selepas melaksanakan sholat Ashar di salah satu masjid, kini Aliza dan Adnan sedang berada di taman kota.

"Adnan, Adnan, gue pengen naik sepeda." Pinta Aliza memelas pada Adnan.

Sejak pertama datang ke sini, gadis itu lah yang terlihat sangat antusias. Adnan sampai tidak habis pikir.

"Ya udah, ayo kesana." Ucap Adnan yang membuat Aliza memekik senang.

"Pak, saya mau sewa sepedanya." Kata Adnan pada pria setangah baya yang memberi jasa sewa sepeda kepada pengunjung taman.

"Silahkan, Mas. Tapi, Mas sama Mbak kalau mau lebih romantis, bisa pakai sepeda ini." Tunjuknya pada sepeda yang memiliki dua tempat duduk.

Adnan dan Aliza saling menatap. Kemudian dengan cepat Aliza duduk di posisi penumpang. "Gue maunya di gonceng!"

Adnan terkekeh pelan. "Berapa pak sewanya." Tanya Adnan.

"Per lima belas menitnya, dua puluh ribu aja, Mas." Jawab di Bapak.

"Saya sewa sampai istri saya puas ya, Pak" Katanya sembari memberikan dua lembar kertas berwarna merah.

"Wah, gak kebanyakan ini, Mas." Kaget si Bapak.

"Gak papa, Pak. Rezeki buat Bapak."

"Mas nya kayaknya sayang banget ya, sama istrinya." Celetuk pria yang bernama Ahmad itu.

Adnan tersenyum sekilas sambil menatap wajah Aliza yang tak berhenti tersenyum.

"Dia keliatan bahagia banget soalnya, Pak." Ucapnya dengan lembut.

"Adnan, cepetan dong! Lama banget sih lo!" Kesal Aliza melipat kedua tangannya di depan dada.

Lagi lagi Adnan terkekeh geli. Aliza-nya sudah banyak berubah. Jadi lebih ceria, dan manis.

"Mbak nya beruntung banget punya, Mas. Dari cara Mas liat Mbak nya aja Bapak bisa tau kalau Mas secinta itu sama istrinya. Apalagi pas Mbak nya senyum, tanpa sadar Mas juga ikutan senyum." Ujar Pak Ahmad yang sejak tadi memperhatikan.

Adnan menoleh. "Saya gak punya alasan, Pak, buat gak secinta itu sama dia."

"ADNAN!"

"Iya iya, Sayang. Sebentar." Sahut Adnan.

"Saya permisi ya, Pak." Pamitnya yang dibalas anggukan Pak Ahmad.

"Lama banget sih lo!" Ketus gadis itu.

"Iya, maaf ya, Tuan Putri." Ucapnya dengan wajah yang dibuat menyedihkan.

Aliza menutup mulutnya terkikik geli. Lalu gadis itu menertalkan ekspresinya kemudian berbicara dengan tegas. "Maaf diterima wahai prajurit."

Detik kemudian tawa keduanya pecah. Adnan mengusap pucuk kepala Aliza gemas. "Siap berkeliling, Tuan Putri?" Tanyanya yang sudah menaiki sepeda.

"Siap!"

"1, 2, mulai!" Teriak Adnan dan langsung mengayuh sepeda dengan kencang.

Tawa Aliza kembali pecah. Gadis itu memeluk perut Adnan agar tidak terjatuh.

"Lebih cepet, Ad!"

"Gak bisa, Al. Kamu nya berat!" Jahil Adnan.

"Gue gak berat!"

"Iya gak berat. Tapi berat banget!"

"Adnan!"

"Iya, Sayang."

The Perfect Husband For AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang