22. khawatir erlangga

607 17 1
                                    

Erlangga menemani istrinya yang sedang duduk santai menonton siaran langsung di televisi. erlangga mengelus rambut erlina, sesekali ia mencium erlina membuat sang empu kesal.

Erlangga merebahkan kepalanya di paha erlina, ia mengangkat baju erlina memperlihatkan perut rata istrinya. "Pengen cium" rengek erlangga.

Erlina mendorong wajah Erlangga dari perutnya "geli! Mas" Mengangkat kepala erlangga "mas. enggak ke kantor?" Tanya erlina.

Erlangga menggeleng "enggak. Aku mau berduaan sama kamu" jawab erlangga memeluk erlina erat.

Erlina menghela nafas ia membalas pelukan suaminya. "Jangan sering enggak masuk sayang, Jangan mentang-mentang kamu bosnya, bisa seenaknya enggak masuk gitu, harus profesional" ucap erlina mendongak menatap suaminya.

Erlangga cemberut "aku cuman pengen berduaan sama kamu, apa salahnya? Di kantor juga lagi enggak banyak kerjaan"

"Terserah kamu deh, tapi jangan keseringan, ya"

Erlangga mengangguk cepat. "Sayang, kita bulan madu, yuk" ajak erlangga tiba-tiba.

Erlina menatap suaminya heran. Tumben Erlangga mengajaknya bulan madu. "Tumben, kamu lagi ada masalah, ya?" Curiga erlina. Ia tau sikap erlangga yang tiba-tiba mengajak ia bulan madu.

Erlangga menggeleng pelan. "E-enggak. Aku pengen berduaan sama kamu doang, ko, tanpa ada orang lain" lirih erlangga.

Erlina mengangguk paham. "Daripada bulan madu, mending kita nginep di rumah papah mamah, udah lama kita enggak nginep di sana"

Erlangga cemberut ia menggeleng pelan. "Aku pengen banget di dunia ini cuman ada kamu, mamah papah kita, tanpa ada orang lain yang berusaha memisahkan kita, aku takut kehilangan kamu, aku trauma" tidak terasa air mata erlangga mengalir.

Erlina tentu kaget melihat suaminya yang menangis, ia mengusap air mata erlangga, mengusap wajah erlangga. "Aku enggak bakal ninggalin kamu, mas, aku c-cinta sama kamu" lirih erlina.

Erlangga sedikit lega, setidaknya erlina cinta pada dirinya, walaupun ia belum sepenuhnya percaya. Ditambah ia mendengar jelas kalau erlina masih mencintai mantannya.
"Janji, enggak bakal ninggalin aku?" Erlangga menyodorkan jari kelingkingnya.

Erlina mengangguk. "Janji, kamu jangan mikirin hal yang enggak penting, soal aku yang nikah waktu aku amnesia itu, maaf, tapi aku udah nanya sama yang paham begituan kata dia itu enggak sah, karena menikah tanpa tau diri kira sendiri, dan wali nya juga tidak sah, ka---"

"Aku tau ko, aku juga enggak marah sama kamu, karena itu bukan kemauan kamu, dan kamu menikah tanpa kamu tau."

Drettt...dret...

Erlangga merogoh saku celananya. Menggeser tombol berwarna hijau. "Ada apa?" Tanya erlangga.

°^°^

"Cancel, saya tidak mau meeting" tolak erlangga.

°^°^

"Saya bilang cancel, kamu banyak bicara" marah erlangga.

°^°^

"Nanti saya kabarin lagi"

Tutt..

Erlina mengerutkan dahinya melihat perubahan sikap erlangga yang tiba-tiba berubah. "Kenapa?, Ada meeting mendadak?" Tanya erlina.

Erlangga mengangguk lesu. "Hm, tapi aku malas, aku mau berduaan sama kamu, aku mau disini, aku mau terus sama kamu" rengek erlangga.

Erlina tersenyum tipis. "Kalau gitu aku ikut kamu meeting, nemenin kam---"

"Enggak!. Aku enggak mau kamu ditatap pria lain" potong erlangga.

Erlina memutar bola matanya malas. "Kalau gitu aku ke rumah mamah aja, abis meeting kamu jemput aku, gimana?" Tawar erlina.

Erlangga menatap erlina lekat. "Tapi kamu enggak bakal kemana-mana?, Enggak bakal keluar rumah tanpa izin dari aku?" Posesif erlangga.

Erlina mengangguk kecil. "Iya. Kamu siap-siap sana" suruh erlina. Erlangga mengangguk ia langsung naik kelantai atas.

***

Erlangga mewanti-wanti mertuanya untuk tidak membiarkan istrinya keluar rumah, tanpa dirinya, tanpa seizin dirinya.

"Udah deh er, gue capek denger lo, meeting paling 3 jam doang nitip istri sampai kaya gitu" kesal Ridwan. Kakak---erlina.

"Bukan apa-apa, kak, diluar sana ada banyak orang yang mau rebut erlina" sahut erlangga.

Padil mengangguk. "Nanti papah ikat erlina di tembok, biar enggak bisa kemana-mana" ucap padil asal.

"Papah" pekik erlina.

Padil terkekeh geli melihat wajah putrinya yang kesal. "Bercanda sayang, udah sana er, berangkat nanti telat meeting"

Erlangga mengangguk lesu, ia berdiri memeluk istrinya erat. "Jangan kemana-mana, ponsel kamu harus aktif terus, jangan telat makan, jangan sentuh benda tajam, jangan kel---"

"Mas, aku udah dewasa aku tau mana yang baik mana yang buruk, udah sana berangkat" erlina melepaskan pelukannya.

Erlangga mengangguk ia mencium seluruh wajah erlina tanpa malu, setelah itu ia berpamitan dengan perasaan yang cemas.

Erlina menatap kakaknya. "Kita jal--"

"Enggak! Gue enggak mau kena omel suami, lo, mending lo di rumah aja" potong Ridwan tau arah pembicaraan erlina.

Erlina cemberut ia melipat kedua tangannya. "Ko gitu sih, aku udah lama enggak keluar rumah, enggak bisa jalan-jalan"

"Bukannya kamu Minggu kemarin jalan-jalan sama mertua kamu?" Tanya nadia---istri Ridwan.

Erlina mengangguk. "Iya, tapi aku enggak bisa bebas, karena mas erlan ikut sama kita, yuk kak kita jalan-jalan" rengek erlina.

"Enggak mau, lin, gue enggak mau bonyok gara-gara suami lo" tolak ridwan kekeuh.

"Pah" rengek erlina.

Padil menggeleng. "Papah juga enggak mau, kita di rumah aja, sambil nunggu mamah kamu pulang" tolak padil halus.

"Kalian nyebelin" teriak erlina ia langsung naik kelantai atas.

***

my protective CEO [TAMAT]Where stories live. Discover now