23. penganggu

502 16 1
                                    

Erlangga menatap kesal deni, bagaimana tidak kesal deni bilang hanya ada satu clean, ternyata banyak, ia harus menghadiri banyak clean. Sampai-sampai ia pulang jam dua belas dini hari, Ditambah ponsel erlina tidak aktif.

Erlangga mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, sialnya ia malah terjebak macet yang sangat panjang, Memukul stir mobil kesal.
Menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobil, memijit pelipisnya. Ia terus mencoba menelpon erlina dan mertuanya, tapi sama tidak ada Jawaban dari mereka.

"Jangan buat saya khawatir gini, er" lirih erlangga.

Ia kembali menjalankan mobilnya setelah lampu berganti warna hijau, mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia ingin cepat-cepat sampai rumah mertuanya.

Memarkirkan mobilnya asal, ia tidak enak mengetuk pintu di waktu orang tidur pulas. Ia berjalan kesamping rumah, memanjat pohon mangga yang menjulur ke balkon kamar istrinya. Begitu lihai ia menaiki pohon mangga itu, ia menghela nafas, akhirnya ia sampai di balkon kamar istrinya.

"Pasti udah tidur" ucapnya pada diri sendiri.

Karena tidak mau membangunkan istrinya, ia berusaha mencolek kunci balkon kamar, tiga puluh menit ia sudah berusaha tapi masih belum bisa juga. Ia kembali berusaha membuka dengan semangat yang penuh akhirnya bisa dibuka.

Tatapan pertama kali yang ia lihat wajah istrinya yang sedang menghadap jendela kamar, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman manis. Ia duduk di samping erlina. Lama memandangi wajah cantik istrinya, tanpa menyentuh, bukan tak ingin tapi ia tidak mau debu menempel di wajah erlina, karena ia belum mandi.

Ia langsung mandi, setelah itu ia langsung merebahkan tubuhnya di samping erlina, mengangkat kepala erlina, ia tidak mau Erlina menggunakan bantal, ia cemburu, tangannya ia jadikan bantalan untuk erlina.

Erlina yang merasakan tidurnya terganggu, perlahan ia membuka matanya, sayup-sayup ia melihat wajah suaminya yang tersenyum manis. "M-mas, erlan" kaget erlina. Setelah nyawanya terkumpul.

Erlangga mengangguk. "Tidur lagi, kamu masih ngantuk" suruh erlangga, mengelus rambut erlina.

Erlina menatap wajah lelah suaminya. "Mas, kenapa enggak bangunin aku?, Mas masuk lewat pintu mana?" Tanya Erlina.

"Ck! Gimana mau bangunin kamu, ponsel kamu aja mati" kesal erlangga.

Erlina menepuk jidatnya. "Maaf, ponsel aku habis baterai, jangan marah dong" bujuk erlina.

Erlangga pura-pura marah, ia melepaskan pelukannya membalikkan tubuhnya membelakangi erlina. "Terserah, bikin orang khawatir aja" kesalnya.

Erlina tersenyum tipis, ia memeluk tubuh suaminya dari belakang, mengelus dada Erlangga. "Aku baik-baik aja, ko, jangan marah, ya, jelek tau marah mulu, nanti aku selingkuh dari kamu gim---"

"Erlina, kenapa ngomong gitu sih" kesal Erlangga, ia kembali membalikkan tubuhnya menghadap erlina "aku enggak suka kamu bicara seperti itu, paham?" Kesal erlangga.

Erlina bangun ia menatap suaminya. "Maaf, sebentar aku ambilkan minum dulu, biar kamu enggak marah-marah" erlina turun dari kasur.

Baru satu langkah, Erlangga langsung menarik tangan erlina sampai terjatuh ke atas tubuhnya. "Kamu mau goda saya, hm?" Tanya erlangga.

Erlina mengerutkan dahinya, tidak paham maksud suaminya. "Goda?, Aku enggak goda kam---"

Erlangga langsung mencium bibir erlina lembut, ia mengelus punggung erlina. "Aku menginginkan kamu, sayang" lirih Erlangga. Dan mereka melakukannya.

Drettt..dret...

Erlangga memberhentikan aktivitasnya, meraba-raba ponselnya yang tadi ia lempar asal. "Ganggu, pagi-pagi telpon" kesal Erlangga.

"Jawab dulu siapa tau penting" uvap erlina. Sambil merapihkan rambut erlangga yang berantakan.

Erlangga menggeser tombol berwarna hijau. "Hallo, mau apa sih mah telpon pagi-pagi, ganggu aja" tanya Erlangga sewot.

"Anak durhaka, mamahnya telpon bukannya senang malah marah-marah" marah suti.

"Hm. Mau apa?" Tanya Erlangga mengalah, tangannya tidak tinggal diam, ia mengelus bibir Erlina lembut.

"Kamu sama lina ke rumah mamah dong, mamah kangen mantu mamah"

"Minggu kemarin udah, kan, mah, kenapa masih kangen sih, erlan mau berduaan sama is--"

TUTT

Belum sempat Erlangga menyelesaikan ucapannya, mamahnya lebih dulu memutuskan sambungan telponnya. "Nyebelin banget" kesal Erlangga.

Erlina mendorong tubuh Erlangga sampai terjatuh kesamping. "Kita mandi, terus ke rumah mamah" ajak erlina.

Erlangga menggeleng. "Enggak mau, kamu kalau udah bersatu sama mamah, lupa sama suami" tolak Erlangga.

Erlina membujuk erlangga lembut, lama-lama erlangga luluh, Erlina lebih dulu mandi, ia tidak mau mandi berdua dengan suaminya, bisa-bisa melanjutkan aktivitas yang tertunda tadi.

Erlina dan Erlangga turun kebawah, menghampiri mamah papah mertuanya yang sudah duduk manis di kursi makan. "Pagi, maaf lina telat" ucap erlina mencium pipi kedua orangtuanya. Erlangga mendengus kesal, walaupun mereka orangtuanya tapi ia tidak mau istrinya mencium orang lain, selain dirinya.

"Enggak papa, erlan, kamu udah pulang?" Kaget padil.

Erlangga mengangguk. "Jam 12 pagi erlan pulang, pah" jawab Erlangga.

"Lho, kamu lewat mana, pintu rumah di kunci" heran sara.

"Manjat poho mangga samping balkon kamar erlina, mah"

"HAHAHAHAHAH, kaya monyet dong lo" tawa Ridwan.

Erlangga melirik sinis ridwan. "Daripada gue mati nahan rindu" sahutnya.

"Bucin" ucap Ridwan dan nadia berbarengan.

***

my protective CEO [TAMAT]Where stories live. Discover now