halo!

8 2 2
                                    

•••
Hidup adalah penantian
sebab mengabjad hari-hari
setelah kata "selamat tinggal!"
untuk membuktikan siapa yang lebih tabah
: aku, kamu, atau waktu.

•••

Itu adalah penggalan dari puisi Siapa yang Lebih Tabah, di FILOSOFI KATA. Entah kenapa setiap saya baca ulang puisi-puisi di sana, selalu ada adegan/cuplikan/episode di kepala saya, terkhusus untuk puisi ini. Mungkin saking jatuh cintanya, ya.

Rindu dan Ruang Tabahnya dibuat dalam rangka merealisasikan puisi di atas. Agaknya ini bisa dikatakan impulsif dan grasak-grusuk, sebab saya masih punya tanggungan lain yang belum terselesaikan. Namun, kalau dipendam terus juga sayang idenya.

Cerita ini (mungkin) agak melenceng dari zona nyaman saya—atau mungkin ini adalah zona nyaman saya(?)—entahlah, rasa-rasanya saya perlu banyak belajar untuk mengenali diri saya sendiri terlebih dahulu. Maka dari itu, saya ingin mencoba.

Menulis saya gunakan sebagai ajang untuk mengasah kemampuan diri, salah satunya dengan Rindu dan Ruang Tabahnya. Saya yakin, cerita ini (akan) memiliki banyak sekali kekurangan. Saya minta maaf, ya.

Oh iya, terima kasih untuk kamu yang sudah, sedang, atau belum membaca cerita ini. Terima kasih banyak atas dukungannya. Selamat menikmati cerita ini, ya. Semoga suka❤️

Salam,

Lin.

Rindu dan Ruang TabahnyaWhere stories live. Discover now