20. Cobaan

487 75 38
                                    

Kehamilan Jihyo sudah memasuki trimester ke dua, dan anehnya Jihyo baru merasakan yang namanya morning sicknes, dan lebih parahnya tidak hanya pagi hari Jihyo mual-mual, jika dia mencium bau yang menurutnya tidak sedap, pasti langsung mual dan muntah. Kondisi ini yang menbuat Yoongi harus lebih ekstra lagi menjaga Jihyo.

Napsu makan Jihyo juga tidak seperti biasanya, dia pilih-pilih makanan yang tidak membuat dia mual.

"Kita kerumah sakit saja ayo Hyo. Kau lemas begini." Ini entah ajakkan Yoongi yang keberapa kalinya namun tetap saja ditolak Jihyo.

"Aku masih kuat Yoon." Alasan itulah yang terus saja diucapkan Jihyo."

"Sungguh?" Yoongi sangat cemas sebenarnya tapi dia juga tidak tahu harus memaksa Jihyo dengan cara apalagi

"Besok ke dokter yah, kita konsultasi sekalian minta obat untuk mualmu." Ucap Yoongi pelan tak lupa tangannya mengelus lembut perut Jihyo memberikan kenyamanan.

Jihyo hanya mengangguk lemah, malam ini dia kacau sekali, makan malam tidak ada yang masuk satu suappun, bahkan Yoongi sudah membelikan makanan kesukaan Jihyo tapi rupanya sama saja.

"Mau minum susu?" Tawar Yoongi dia tidak tega melihat Jihyo selemah ini.

"Mual Yoon." Keluh Jihyo. Dan benar saja mendengar kata susu saja Jihyo tiba-tiba mual.

"Okay okay mian." Yoongi langsung membawa Jihyo kepelukannya. Memberikan kenyamanan yang paling nyaman untuk Jihyo.

Drama malam ini belum selesai juga, jam 3 dini hari saat mereka tengah terlelap tiba-tiba Jihyo bangun karena rasa mualnya yang sangat-sangat tidak bisa ditahan, Jihyo langsung bangun dan berlari kecil menuju kamar mandi.

Jihyo sangat tersiksa sekali, rasa mual yang teramat sangat namun karena perutnya tidak terisi apapun yang keluar hanya cairan. Tubuhnya makin lemas hampir saja dia terjatuh, untung saja Yoongi datang dan sigap menolong Jihyo.

"Hyo! Kau masih bisa mendengarku? Heuh? Ya! Bangun." Yoongi panik saat tubuh Jihyo ambruk dipelukannya.

"Y-yoon." Mata Jihyo membuka perlahan suaranya lemah sekali. Belum sempat Jihyo meneruskan kalimatnya matanya tertutup lagi. Jihyo pingsan.

***

"Harus rawat Yoon, dia sangat kekurangan cairan" Yoongi mencerna kalimat dari dokter yang kebetulan teman saat disekolah menengah atas, pandangannya tak lepas pada Jihyo yang tengah berbaring di ranjang IGD rumah sakit terdekat.

Yoongi kalang kabut saat dia melihat Jihyo tidak sadarkan diri, pikiran buruk langsung menyerbu otaknya.

"Bagaimana? Kau setuju kalau Jihyo dirawat?" Lamunan Yoongi buyar seketika.

"Ya aku setuju, apapun yang bisa membuat Jihyo sembuh, aku akan setuju." Ucap Yoongi.

"Kau tenang saja Yoon, kasus seperti ini memang sudah biasa untuk wanita yang sedang hamil, yang terpenting kau harus siap siaga untuk menjaga Jihyo, dia tidak boleh sendirian." Yoongi hanya mengangguk lemah, pikirannya masih kacau.

"Ey tenang saja, kau harus semangat agar Jihyo juga semangat. Calon anakmu juga baik-baik saja kok, dia sehat." Entahlah kalimat itu rasanya belum bisa diterima dengan baik oleh Yoongi, benar-benar pikiran Yoongi sedang kacau sekarang.

Pada akhirnya Jihyo dirawat karena memang kondisinya sudah sangat lemah, bahkan setelah mendapat perawatan pun Jihyo masih sering mual dan muntah.

"Apa yang kau rasakan heum?" Yoongi menggenggam tangan Jihyo erat.

"Kau mau aku beli sesuatu? Kau mau makan sesuatu? Ayo katakan saja." Tanya Yoongi sungguh dia tersiksa melihat Jihyonya begini. Jihyo hanya menggeleng lemah, sungguh dia tidak ingin apapun sekarang.

My BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang