🦉DUA PULUH ENAM🕯️

40.6K 2.1K 23
                                    


Aksa duduk di atas motornya, dia menatap langit hitam tanpa bintang itu, bulan pun juga tidak terlihat karena tertutupi awan, suasana malam ini sangat sepi angin berhembus cukup kencang tak ada kendaraan yang berlalu lalang di depan gang tak terpakai itu.

rumornya gang ini adalah tempat angker yang dihuni makhluk tak kasat mata, namun kenyataannya tempat ini adalah tempat pembantaian sempurna bagi psikopat sepertinya.

Sesaat dia meraih ponsel dan menghubungi seseorang, dia mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

"Tetap awasi Delta, jangan sampai ada orang asing masuk ke rumahnya, Kalian juga hati-hati jangan sampai ketahuan keluarga Delta."

Aksa terdiam cukup lama, "Kalo sampe dia kenapa-napa gue pastiin kalian semua mati."

Aksa menjauhkan ponsel dari telinganya lalu memutuskan sambungan itu, dia terdiam lalu merogoh korek api dan sebuah rokok, mengapit rokok itu di mulutnya lalu menyalakan ujung rokok dengan korek di tangannya.

Asap mulai mengepul tinggi di gelapnya malam saat itu, sesaat ponselnya berbunyi khas pesan masuk.

Aksa, ini target berikutnya, dia sopir pribadi yang akan lewat di gang itu beberapa menit lagi, pastikan kamu membawa organnya untukku.

Aksa tersenyum miris, hidupnya dikendalikan oleh pria berjas dongker, dia tidak bisa keluar dari lingkaran hitam yang dibuat oleh pria itu, satu-satunya cara untuk tetap bertahan hidup adalah menuruti semua perkataan pria itu.

Semua ini adalah sisi gelap Aksa yang tidak ingin dia tunjukkan pada Delta.

Benar kata pesan itu, tak lama kemudian sebuah mobil terlihat dari ujung jalan, Aksa menghidupkan motornya lalu melaju mendekati mobil itu dari arah yang berlawanan.

Mobil itu berusaha keras menghindarinya, akibatnya mobil itu kini menabrak salah satu gedung tua yang tak terpakai Aksa turun dari motornya lalu memasang sarung tangan hitam yang selalu di bawanya.

Pria yang di dalam mobil bangkit sambil memegangi kepalanya yang terluka, dia susah payah keluar dari mobil, matanya membulat sempurna menatap paksa yang kini menodongkan pistol ke arahnya.

"A--apa-apaan ini? Kamu siapa ha? Berani sekali kamu pada saya!"

Aksa tak menjawab, Dia menempelkan ujung pistolnya ke kening pria itu, "APA SALAH SAYA HA? SAYA BAHKAN TAK MENGENALMU!"

"Ini semua karena Lo udah mengkhianati 'dia'."

Pria itu meneguk ludah dengan susah payah, seakan tahu siapa 'dia' yang dimaksud Aksa.

Pria itu mengepalkan tangan lalu menonjok pipi Aksa, dia menarik kerah baju Aksa lalu membenturkan tubuh cowok itu ke sisi mobil.

Aksa menyeringai kecil, lidahnya menjilat darah di sudut bibirnya yang terluka.

Dia mengarahkan pistolnya ke kening pria itu, Aksa menarik pelatuk pistol, sontak suara keras dari benda itu menggema, darah dari kepala pria itu memuncrat mengenai wajah Aksa.

Aksa menunduk, dia mengeluarkan sebilah pisau kecil lalu merobek perut pria itu, dia mengeluarkan organ-organ utama, seperti ginjal dan jantung, dia memasukan organ itu ke dalam plastik hitam lalu meletakkan plastik itu ke dalam jok motornya.

Aksa mengangkat tubuh pria itu lalu meletakkan mayat itu ke dalam mobil yang dikendarainya tadi.

Tangannya terangkat mengusap wajahnya yang penuh darah, dia melirik ke kursi belakang mobil, disana ada seorang gadis kecil yang pingsan dan terluka akibat mobil yang ditumpanginya tadi membentur tembok.

Gadis itu bangkit perlahan sambil memegangi kepalanya, Aksa mengeluarkan pistolnya lalu mengarahkannya ke arah gadis kecil itu.

Gadis kecil itu keluar dari mobil, dia adalah Rara, adik kandung Liam.

Putus Or Mampus? [Terbit]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt