On The Way

1 0 0
                                    


Pukul empat sore di hari Sabtu. Di mana suasana di indekos Fraya mulai ramai. Banyak penghuni kamar yang sudah pulang. Mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Ada yang pulang kerja, ada yang pulang dari kuliah, atau yang hanya sekedar jalan-jalan keluar dari kamarnya.

Tok-tok-tok

Suara pintu kamar kos Fraya diketuk. Kamar pribadi yang ditinggali Fraya berada di lantai dasar.

Gadis yang sudah berdandan sangat cantik itu segera beranjak dari tempat dia duduk. Fraya melangkah dengan enggan untuk membukakan pintu.

"Sayang, maaf terlambat," sapa Omar dengan nada manja saat pintu terbuka.

Wajah Omar tertutup dengan buket bunga yang sangat indah nan harum. Fraya mengambil rangkaian bunga mawar merah. Muka cemberut terlihat jelas di wajahnya. Ia lalu bertanya, "Ini suap, ya?"

Omar hanya tersenyum simpul sambil menatap dengan takjub penampilan gadisnya sore ini. Kemudian pria itu berkata, "Udah jangan manyun lagi. Berangkat sekarang, Yuk," ajak Omar.

"Bentar, ya." Fraya mengambil tas selempang dan menaruh buket bunga pemberian kekasihnya di meja riasnya

Gadis yang tingginya 165 cm itu berjalan keluar dari kamar kos. Tak lupa dia juga mengunci pintu kamarnya.

Omar dan Fraya berjalan beriringan dengan mesra bahkan mereka tidak peduli dengan tatapan para penghuni kos yang lain. Mereka melangkahkan kaki ke arah mobil sedan milik Omar yang terparkir di luar area kos.

"Kenapa sih kok senyum senyum gitu? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Fraya ketika berada di dalam mobil Omar dan memakai seat belt.

Fraya bingung melihat tingkah Omar yang dari tadi selalu tersenyum ketika sedang memandangnya.

"Ah, nggak ada apa-apa kok," jawab Omar sambil mengenakan sabuk pengaman juga.

"Lalu?" Fraya masih tetap saja tidak mengerti. Raut muka kebingungan terlukis jelas di wajah Fraya.

"Oke..oke..oke aku ngaku. Tau nggak. Penampilan kamu hari ini cantik banget, sayang. Riasan dan baju yang kamu pakai benar-benar membuatmu terlihat cantik sempurna," sanjung Omar dengan nada yang lembut.

Hujan pujian dari Omar membuat hati Fraya meletup-letup. Ia sampai salah tingkah dibuatnya.

Kemudian Omar segera menyalakan mesin mobil. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Terima kasih atas pujiannya. Tapi tunggu dulu, apa itu artinya kemarin-kemarin aku nggak cantik begitu?" protes Fraya sambil menyunggingkan bibirnya.

"Bukan begitu. Setiap hari kamu cantik kok. Tapi entah kenapa, hari ini kamu tampil berbeda." Omar mencoba berkata jujur.

"Bener hanya itu saja?" Fraya memandang lekat-lekat paras tampan sang kekasih.

"Iya sayang tapi untuk selanjutnya aku nggak mau kamu pakai dress ini lagi ya." Omar mengutarakan pendapatnya.

"Kenapa? Bajunya jelek ya! Apa berpakaian seperti ini membuatmu malu?" sindir Fraya dengan nada yang meninggi.

Dia tidak terima saran dari Omar. Fraya membuang mukanya. Membelakangi Omar.

"Bukan seperti itu. Kamu salah paham. Dengarkan dulu jangan ngambek dong. Bajunya terlihat bagus kamu pakai, tapi dress itu terlalu pendek." Omar menjelaskan dengan nada lembut.

Kemudian dia menyambung penuturannya, "Apalagi saat kamu duduk seperti ini. Hanya separuh pahamu saja yang tertutup. Untung aja sekarang kita di dalam mobil. Bayangkan kalau di tempat umum aku bener-bener nggak rela ketika cowok lain menatap bagian kakimu yang terekspos itu dengan pandangan mesum." Omar menerangkan alasannya panjang lebar sambil berkonsentrasi saat menyetir.

"Cowok lain atau kamu yang mesum?" tanya Fraya jengkel.

"Hehehehe sedikit sih." Omar mencoba mencairkan suasana yang tegang dengan candaannya.

Sayang sesungguhnya aku sangat bernafsu melihatmu berpakaian seksi seperti ini. Penampilanmu seakan membangunkan hasratku yang selama ini aku kubur hingga di dasar jiwaku. Ingin rasanya aku melakukan hal yang biasa dilakukan oleh suami istri. ucap Omar dalam hati.

"Pokoknya kamu harus janji sama aku. Kamu pakai baju terbuka seperti ini hanya saat ada aku aja." Omar berkata dengan tegas.

"Iya iya. Cerewet banget sih," gerutu Fraya kesal.

"Aku juga punya permintaan. Dan kamu harus mengabulkannya," imbuh Fraya.

"Apa itu?" Omar bertanya singkat.

"Kamu nggak boleh memakai baju yang berwarna hitam seperti ini. Aku nggak suka," protes Fraya dengan ketus.

"Kenapa? Apa seperti orang yang baru pulang dari pemakaman?" tanya Omar yang tidak mengerti dengan larangan dari kekasihnya.

"Atau kamu tidak suka dengan warna hitam?" cecar Omar.

"Bukan. Tau nggak, sih. Kamu terlalu tampan kalau pakai baju warna hitam," ungkap Fraya sembari menyunggingkan bibirnya.

"Ih, bikin gemes," rajuk Omar sambil mencubit lembut pipi Fraya.

"Ahhh, sakit." Fraya mengerang kesakitan. Omar mengelus pipi pacarnya dengan refleks.

"Aku ngomong jujur dari kacamata seorang cewek." Fraya menjelaskan alasannya. Dia masih dongkol dengan cubitan Omar.

"Untung hanya ada kita berdua di sini misalnya kalau kita lagi jalan. Pasti para cewek itu melongo melihat ketampananmu." Fraya meneruskan omelannya.

"Baiklah kalau gitu aku sekarang sudah tahu kita harus ke mana," tutur Omar sambil menginjak pedal gas dan mengemudikan mobilnya dengan kencang agar sampai di tempat tujuan dengan cepat.

Fraya tidak terkejut dengan tingkah ngebut pria yang dicintainya. Hanya 15 menit berkendara mereka sudah sampai di tempat yang dimaksud Omar. Padahal kalau dengan kecepatan normal bisa memakan waktu sekitar 25 menit.

Omar memarkirkan mobilnya dekat dengan pintu utama. Dia keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk gadis yang disayanginya.

"Sayang, tunggu sebentar." Omar berkata sambil membuka bagasi belakang mobil.

Di bagasi mobil Omar bak lemari baju mini. Di sana berisi pakaian ganti darurat untuk Omar. Dia mengambil jas miliknya dan membuka plastik laundry yang membungkus jas hitam itu.

"Sementara kamu pakai jasku dulu ya. Ini buat menutupi bahu kamu yang terbuka," saran Omar lirih di telinga Fraya sambil memasangkan jas untuk menutupi penampilan seksi Fraya.

"Sayang, tapi aku nggak nyaman pakai ini. Terlihat aneh kalau dipandang orang," rengek Fraya.

"Lebih baik terlihat aneh daripada cowok-cowok itu melihatmu dengan pandangan yang bikin aku marah," kilah omar dengan kesal.

"Oke, deh." Fraya dengan berat hati menuruti kemauan lelaki kesayangannya.

Kedua tangan mereka saling bertaut. Mereka melangkahkan kakinya memasuki area perbelanjaan terbesar di ibu kota. Mereka berjalan dengan mesra tanpa memperdulikan tatapan iri orang lain.

Sayang kadang aku gregetan lihat kamu posesif dan cemburuan kayak gini. Tapi entah kenapa justru membuatku senang. Karena itu bukti bahwa kamu sangat perhatian dan mencintaiku. Fraya berkata di dalam batinnya.

❤ To Be Continued ❤

Menemukan CintaWhere stories live. Discover now