Dua Pilihan

12 4 0
                                    

# Happy Reading #

Jangan lupa vote sebelum membaca.

Fraya membersihkan sisa lulur yang menempel di kulit putihnya setelah Mbak Susan pergi. Perlu waktu setengah jam untuk menyelesaikan aktivitas pribadinya di kamar mandi yang ada di dalam kamar kosnya.

"Ah, segarnya." Fraya bergumam sambil keluar dari kamar mandi dan membungkus badannya dengan jubah handuk berwarna putih. Tak lupa dia juga mengeringkan rambut panjangnya yang basah dengan bath towel yang melingkar di lehernya.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar anggrek, kamar kos milik Fraya. Gadis itu segera membukakan pintu. Terlihat seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia sembilan tahun ada di balik pintu kayu yang sederhana itu.

"Tante, saya disuruh Ibu untuk mengantarkan ini. Maaf, kalo lama karena antrinya panjang." ucap anak lelaki yang sekilas mirip dengan Mbak Susan.

"Oh ya, terima kasih ya, Dek." Fraya mengucapkan terima kasih sambil mengambil bungkusan yang berisi makanan.

"Iya Tante," jawab anak tersebut singkat. Bocah itu hendak pergi setelah melaksanakan amanah dari ibunya tetapi Fraya mencegahnya.

"Eh, tunggu sebentar jangan pergi dulu," lontar Fraya mencegah kepergian bocah itu sambil mengambil beberapa lembar uang untuk diberikan kepada anak sulungnya Mbak Susan.

"Ini buat beli jajan."

"Terima kasih tante." Anak laki-laki itu mengucap syukurnya dan pergi dari depan pintu kos Fraya.

Fraya yang dari tadi memang sudah lapar, segera menyantap makanan yang di pesannya melalui Mbak Susan. Dia melahap habis gado-gado. Makanan itu menjadi menu makan siang yang terlambat dia nikmati.

Selesai makan Fraya membersihkan piring dan sendok bekas gado-gado. Kemudian dia hendak bersiap untuk bertemu dengan kekasihnya.

Ia duduk di depan meja rias. Kemudian Fraya mulai merias diri. Sejak dia bekerja, gadis cantik itu makin jago mengaplikasikan make up

Fraya mulai menuangkan pelembab di punggung tangannya dan mengusapkan secara merata di wajah. Agar riasannya bisa menempel tahan lama.

Setelah pelembab dia memakai alas bedak yang cocok dengan warna kulitnya. Lalu ia menyapukan bedak padat dengan tipis-tipis memakai kuas rias ke seluruh bagian wajahnya.

Untuk riasan matanya, Fraya nggak pengen ribet dengan eyeshadow. Dia cukup memakai maskara dan eyeliner untuk menghiasi tampilan mata. Sesudah itu, dia memakai blush on yang natural untuk menambah kesan cantik alami.

Selesai dengan riasan wajahnya. Fraya kemudian menata rambutnya. Dia mulai mengusapkan pelembab rambut secara merata di setiap helai rambut panjangnya. Dengan bantuan Hair Dryer dia mengeringkan rambut hitamnya.

Fraya menyisir rapi rambut hitamnya yang tebal. Dia membiarkan rambutnya terurai bebas.

"Rambutnya aku ikat atau aku urai, ya?" Fraya bingung menentukan gaya tampilannya.

"Kalo aku ikat, kelihatan segar. Kalo aku urai, sama cantiknya sih," gumam Fraya.

Gadis itu lebih memilih mengikat rambutnya tinggi ke atas.

"Rambutku di tata gini juga oke, kok." ujar Fraya menghibur dirinya.

Setelah itu dia berjalan ke lemari baju yang ada di sebelah kiri tempat tidurnya.

"Sore ini aku pakai baju apa ya?" tutur Fraya.

Sejak dia bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri, Ia cenderung konsumtif dengan hal-hal yang berbau fashion. Fraya selalu ingin tampil cantik dan modis di depan Omar.

Entah itu koleksi baju, tas, sepatu, sandal, atau aksesoris lainnya, ia membeli salah satu barang tersebut setiap minggu. Namun Fraya juga tidak segan untuk menghibahkan pakaian yang sudah tidak disukai kepada orang lain. Agar lemarinya tidak penuh.

"Aku lebih baik pakai dress atau celana jins, ya?" lagi-lagi Fraya bingung menentukan outfit yang akan dikenakan sore ini.

"Pake dress aja deh," putus Fraya yakin dengan pilihannya.

Selama ini aku nggak pernah pakai baju dengan model seperti ini. Lagian baju ini baru aku beli minggu yang lalu. Sayang kalau beli tidak dipakai.

Begitulah ungkapan Fraya di batinnya.

"Semoga saja Omar suka melihatku pakai baju ini." Dia berharap seraya mengenakan baju tersebut di depan cermin.

Senyum simpul terlukis di raut wajah Fraya. Dia larut akan imajinasinya. Entah apa yang menjadi fantasi di pikirannya hingga dia tersipu malu di hadapan cermin panjang yang menempel di lemari bajunya.

Tak lupa gadis itu menyemprotkan parfum dengan aroma bunga. Wangi segar nan sensual menyebar di ruang kamarnya.

Fraya memilih lipstik untuk sentuhan akhir dandanannya. Ia memilih warna lipstik yang cocok dengan warna baju yang dikenakannya.

"Kalau penampilan kayak gini, sih... Bagusnya aku harus pakai heels. Nggak lucu dong kalau aku pakai sandal jepit atau sepatu kets." Fraya berkata sambil mengambil sandal hak tinggi yang ada di rak sepatu.

"Pakai yang lima senti aja deh. Biar nggak terlalu capek kalau nanti jalan jauh." Fraya meracau sendiri.

"Nah ini sudah oke banget tapi ngomong-ngomong, Omar kok belum datang, ya. Biasanya dia nggak pernah terlambat." gumam Fraya sambil melepas alas kakinya dan meraih jam tangan yang ada di meja rias lalu memakainya.

"Tapi memang sih. Ini masih kurang 10 menit dari waktu yang sudah kita sepakati kemarin." Fraya mencoba menenangkan hatinya yang cemas.

Saat ini yang dirasakan Fraya campur aduk. Gelisah yang disebabkan oleh pujaan hati yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Jantung Fraya berdegup cepat karena akan bertemu dengan pacarnya.

Perasaan tak karuan ini diredam oleh Fraya dengan helaan nafas berkali-kali dan dia mencoba mengalihkan pikirannya dengan menonton televisi.

"Sayang, kamu kemana sih. Kok belum datang." Hati Fraya semakin gundah gulana.

❤ To Be Continued ❤

Versi novel bisa dilihat di Mangatoon dengan judul

"Menemukan Cinta"

Jangan lupa vote ya

May God have bless to you 😘

Menemukan CintaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz