Hari Ini Berbeda

41 0 0
                                    

Hari sudah malam. Dia berjalan menuju stasiun kereta api. Hari ini berbeda dari biasanya. Hari ini dia sendirian. Teman-temannya sudah berpencar entah kemana. Dia menempelkan kartu uang elektroniknya di mesin pengecekan saldo. Sisa saldonya hanya dua ribu rupiah. Hari itu tubuhnya sedang letih. Dia ingin cepat-cepat masuk kereta lalu duduk dan beristirahat sampai stasiun tujuan. Setelah mengisi saldo, dia langsung bergegas menunggu kereta. 

Hari ini berbeda. Tidak seperti biasanya. Memang jam sudah cukup malam. Namun penumpang yang menunggu kereta datang masih cukup padat. Memang tidak sepadat penumpang pada jam pulang kantor dimana orang harus menyelipkan diri untuk masuk ke dalam kereta. Namun cukup padat sampai harus berlomba mendapatkan tempat duduk dengan penumpang -- yang mungkin sama atau lebih letih darinya-- lain. Kereta yang ditunggu pun akhirnya tiba. 

Hari ini berbeda. Pintu kereta berhenti tepat di depannya. Dia tersenyum. Kemungkinan dia memenangkan perlombaan "mendapatkan tempat duduk di kereta" sudah di depan mata. Dia sudah membayangkan akan duduk di kursi kereta favoritnya: pojok dekat pintu masuk. Pintu terbuka. Sebelum masuk, dia menunggu penumpang yang ingin keluar dari dalam kereta. Terlalu baik memang. Beberapa penumpang letih yang berada di sebelahnya sudah memaksakan diri untuk masuk tanpa mempedulikan yang keluar. Dia tidak mendapatkan kursi favoritnya. Dia duduk di kursi bagian tengah di mana terdapat garis yang memisahkan satu tempat duduk dengan tempat duduk lain. Sebuah tempat yang tidak nyaman untuk tubuhnya yang sudah letih. Jarang-jarang dia duduk di kursi tengah. Biasanya dia duduk di kursi favorit atau tidak duduk sama sekali.  Dia tidak nyaman dengan tempat duduknya. Alih-alih beristirahat, dia jadi memperhatikan para penumpang lain. Dia tertarik dengan dua penumpang waria yang duduk tidak jauh darinya. 

Hari ini berbeda. Dia tertarik dengan dua penumpang waria yang duduk tidak jauh darinya. Waria pertama duduk tepat di kursi seberang. Duduk juga di kursi tengah yang tentu sama tidak nyamannya. Waria kedua duduk di barisan yang sama dengannya, hanya saja di kursi favoritnya. Kursi di gerbong ini sudah hampir dipenuhi oleh penumpang. Satu-satunya kursi kosong di gerbong hanya kursi yang berada di sebelah kedua waria tersebut. 

Dia memperhatikan seorang penumpang datang dari gerbong lain sambil melihat ke kiri dan kanan. Tanda-tanda orang mencari tempat duduk. Seperti tidak mendapatkan apa yang diinginkan, penumpang tersebut melewati gerbong ini. Setelah penumpang ini pergi,  dia kembali memperhatikan. Ada seorang bapak yang datang. Dia memperhatikan dengan detail gerak-gerik si bapak yang berjalan ke arah kursi kosong. Sudah dekat kursi kosong, si bapak melihat si waria. Sontak, si bapak merubah rute berjalannya dan berpindah gerbong. Kejadian ini terjadi berulang-ulang .

Dia menyadari, kedua waria itu mempunyai kesamaan. Tidak ada satupun penumpang lain yang ingin duduk di sebelah mereka. Dia yang sudah sering naik kereta tahu bahwa bangku kereta di jam malam merupakan sesuatu yang diperebutkan. Penumpang yang sudah letih dengan aktivitas hariannya berlomba-lomba untuk duduk dan beristirahat. Namun hari ini berbeda. Kursi di sebelah kedua waria itu tidak laku sama sekali. 

Dia akhirnya sampai di stasiun yang dituju. Dia beranjak dari kursinya untuk mendekat ke pintu yang sebentar lagi akan terbuka. Hari ini berbeda. Tidak seperti biasanya. Hari ini sebuah perspektif baru tertanam di kepalanya. Terlepas dari setuju atau tidak dengan pilihan hidup kedua waria tersebut, dia berjanji kepada dirinya sendiri: jika mengalami kejadian yang sama dengan hari ini, dia akan melakukan sesuatu yang berbeda. Dia harus menjadi orang yang pertama kali duduk di kursi kosong itu. 


Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jun 26, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Cerita MingguanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora