30

22K 1.9K 45
                                    

Sepi banget mana isinya makian semua lagi wkwkwkwk

Thanks buat semua dukungan kalian, aku harap kalian tetap setia sampai cerita ini end ya guys🥺

Thanks buat semua dukungan kalian, aku harap kalian tetap setia sampai cerita ini end ya guys🥺

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Axinella menundukkan badannya menyamai Rosella akan tetapi tidak sampai terduduk di lantai. Rosella memengadahkan kepalanya membalas tatapan Axinella dengan mata berkaca-kaca.

"Aku Permaisuri negeri ini yang dikenal bijaksana bukan yang dikenal lemah lembut Putri Mahkota. Sebelum habis kesabaran dan kesopananku pada Kekaisaranmu, tarik semua omong kosongmu itu. Kekaisaran kami tidak menerima selir siapapun itu. Dinegeri ini hanya dipimpin seorang kaisar dan permaisuri, tidak ada lagi. Hanya kami! Aku bisa saja meminta suamiku untuk meruntuhkan Kekaisaranmu. Kau tahu sangat mudah bagi suamiku untuk meratakan sebuah Negeri." Bisik Axinella kemudian bangkit dengan dagu terangkat meninggalkan Rosella.

Sepanjang lorong, Axinella hanya menghela nafasnya. Begitu bertumpuk masalah serta beberapa omongan yang masuk ke kepalanya. Sebenarnya ia tidak tega pada gadis itu, namun ia juga manusia biasa yang ingin egois untuk kebahagiaannya. 

Sedangkan Rosella diam termangu dengan ucapan Axinella yang terngiang-ngiang dikepalanya. Ia terisak meremas dadanya yang sesak. Kenapa bukan ia yang menikah dengan Rodolfo? Kenapa perempuan lain yang menjadi istri pria tersebut? 

Axinella terduduk di tepi ranjangnya memijat dahinya yang berdenyut. Namun ia seorang Permaisuri. Ia tidak bisa terpuruk dalam kesedihan hingga terlarut-larut. Masih banyak yang menanti untuk ia selelsaikan. Negerinya membutuhkan seorang  pemimpin yang tangguh. Dengan raut tegas, Axinella menarik tuas rahasia dan bergabung di ruang bawah tanah menemui Death Zodiac. 

Kelima pria tersebut ada yang menikmati makanan, ada yang tertidur pulas dan ada pula yang diam merenung serius. Demond yang menyadari perempuan itu datang, segera menghampiri. Raut wajah dan ekspresi tidak asing membuat Axinella merasa dejavu. 

"Aku terima penawaranmu. Aku ingin sebagai bentuk tanggung jawab kalian terhadapku yang telah menjebakku dalam tragedi pemberontakan dan upaya pembunuhan."

"Apa yang bisa kami lakukan untuk menebusnya Yang Mulia Permaisuri?" Ucap Demond membuat keempat rekannya menatap tak percaya. Selama ini, laki-laki ini tidak pernah menundukkan tubuhnya pada siapapun. Ia akan dengan sombong dan angkuh memandang siapapun lawan bicaranya. 

"Bersumpah setia padaku dan jadilah prajurit bayanganku. Seluruh fasilitas dan kebutuhan kalian akan dijamin kekaisaran serta perlindungan nyawa dan keselamatan ada di bawah kuasaku sendiri. Tingkat kalian akan aku tempatkan dengan jabatan Ksatria tertinggi."

Siapa yang tak terkejut mendengar ucapan Axinella? Keempat pria tersebut melongo tak percaya. Bukankah mereka seorang penghianat? Sudah seharusnya mereka ditempatkan penjara paling menyiksa dan dipenggal di alun-alun kota. Namun apa yang dipikirkan perempuan ini?

"Apakah anda serius?" Ucap Leo tak percaya.

"Apakah penawaranku kurang memuaskan?" Balik Axinella membuat keempat pria menggeleng kompak tak percaya.

"Aku rasa Permaisuri ini sedikit bodoh." Bisik Taurus pada Aqua yang langsung dapat pelototan mata dari Axinella.

"Jaga ucapanmu Taurus. Sebaliknya, dia sangat memperhitungkan rencananya. Tidak mungkin seseorang membuat keputusan yang bisa merugikannya. Dia tahu kemampuan dan kehebatan kita. Jika kita dihabisi begitu saja juga sebuah kesia-siaan. Dia ingin memanfaatkan kita. Dengan cara balas budi dan rasa bersalah kita padanya." Ucap Demond dengan manik tajamnya menatap Axinella, kemudian menyunggingkan smirk saat mengetahui ekspresi Axinella yang terkejut.

"Kalau begitu berjanjilah diatas lembar suci ini." Ucap Axinella menyerahkan lembaran bertinta emas yang sudah ia persiapkan.

"Baiklah Permaisuri, atas nama ketua Death Zodiac kami bersedia menjadi prajurit bayangan anda dan bersumpah mati setia. Tidak akan mengingkari dan hanya akan mati ditangan anda." Ucap Demon mengiris telapak tangannya dan menadahkan tetesan darahnya di kertas tersebut.

"Aku terima sumpahmu dan tetaplah pegang janji kalian dengan kutukan yang menyertai kalian apabila kalian berani melanggarnya." Tegas Axinella menggulung dan menyimpan kertas perjanjian yang telah dibuat Death Zodiac padanya.

"Lalu apa tugas kami?" Tanya Aqua masih dengan kesibukannya mengunyah coklat.

"Tugas kalian membawa para pemberontak beserta bukti dan menjagaku selama Kaisar pergi meninggalkan Kekaisaran."

"Baiklah Permaisuri."

"Kalau begitu kalian perlu pakaian baru sebagai identitas kalian. Jika kalian ingin menjalankan profesi kalian, maka lakukanlah tanpa mengganggu pekerjaan kalian sebagai Ksatria bayanganku. Mari aku perkenalkan kalian pada suamiku."

Axinella menghela nafas panjang. Tepat kedatangan kedua bersaudara itu sebelum senja dan para Death Zodiac sudah mengganti pakaian mereka dengan jubah Ksatria serta pedang yang masing-masing didesain khusus oleh Axinella. Mereka berdecak takjub dengan pedang yang diberikan Axinella. Ukiran dan desainnya yang ringan namun begitu tajam seperti senjata ini sudah dibuat sejak lama dan dipersiapkan Axinella jauh-jauh hari. 

Memang, senjata itu sudah dipersiapkan Axinella selama ia melatih bela dirinya. Ia sendiri yang telah mendesain khusus agar mudah digunakan olehnya ketika takdir novel tidak dapat ia belokkan lagi. Dengan senjata itu, setidaknya ia dapat melawan Rodolfo didetik-detik kehidupannya. Namun sepertinya, alur novel sudah berbeda. Senjata itu lebih tepat ia serahkan pada Death Zodiac. Ia juga masih menyimpan belati kematiannya, Blood Dark. Belati yang selama ini ia gunakan dan sangat efektif ia simpan dalam kondisi apapun.

Dilain sisi, Rodolfo dan Sagaf terkejut melihat kelima prajurit yang tak asing. Kedua netra tajam saling beradu antara Rodolfo dan Demond namun tak ada satupun yang menyadarinya.

"Salam Yang Mulia Kaisar." 

"Death Zodiac? Bagaimana bisa?" Heran dengan ekspresi meminta penjelasan pada Axinella.

"Bisa Axinella gitu lohhhhh...... Jadi sepakat kan sayang?" Ucap Axinella membuat Rodolfo mendesah berat. namun tidak disadari oleh kedua sepasang suami isteri tersebut bahwa ada dua manusia yang menatap mereka dengan ekspresi yang sulit terbaca.

"Baiklah Ella. Aku setuju. Aku harap kalian menjalankan tugas kalian dengan baik." Tukas Rodolfo menarik pinggang Axinella dan mencium kening istrinya. 

Ahhhh... sebentar lagi, ia akan berpisah dengan Axinella. Bagaimana nanti dengan tidurnya? Apakah akan nyenyak tanpa memeluk tubuh istrinya? Untuk itu ia ingin menghabiskan waktu bermesraan dengan Axinella. 

"Aku sudah menyiapkan makanan yang banyak ada bakso kesukaanmu juga." Ucap Axinella merebahkan kepalanya dengan nyaman di dada bidang suaminya.

"Sungguh? Pasti sangat lezat. Bagaimana kondisimu?"

"Emm lebih baik." Dengan nada manjanya membuat Sagaf tidak bisa menahan diri dan memilih untuk meninggalkan pasangan dimabuk cinta tersebut dengan bahu yang lesu.

"Mengapa Duke ada disini?" 

Sagaf melirik Demond dengan alis terangkat. Bukankah dia ketua Death Zodiac ? Bukankah dia terkenal dingin dan tak ingin basa-basi? Apa tujuannya mendekati bahkan menyapanya?

"Aku tidak ingin mengganggu kemesraan kakakku dan kakak ipar." Ucap Sagaf meskipun terasa kelu dibibirnya.

"Hahahaha... Naif sekali. Kau menyukai Permaisuri tak lain kakak iparmu sendiri. Apakah aku bisa mengawasi pergerakanmu? Siapa tahu kau berniat memberontak pada kakakmu sendiri." Ucap Demond dengan kekehan menyeramkan khas yang berhasil membuat tubuh Sagaf menegang.

"Kau?"

"Hahaha... Kau berniat melenyapkan kakakmu sendiri dalam perjalanan esok kan?"

Deg.



180 Degrees (END)Where stories live. Discover now