BAB 1: Naraya Clandestine

62 13 8
                                    

|Word: 2192|
|Jangan lupa vomment guys. Disini gak ada bom kok, jadi jari gak bakal meledak kalo pencet apa-apa.|

Sudah hampir satu jam an aku teronggok disini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah hampir satu jam an aku teronggok disini. Setelah dimarahi oleh ibu guru tadi karena tidur di kelas dan tidak mengenalinya, aku langsung ditendang keluar. Butuh waktu 15 menit bagiku menelusuri sekolah ini hanya untuk mencari toilet. Akhirnya ketemu setelah bertanya pada seorang siswa, namun tentu saja dia menjawab sambil memandangku seperti melihat beruang yang bisa bersekolah.

Penglihatanku beradu pandang dengan cermin yang menampakkan refleksi seorang gadis muda yang sama sekali bukan diriku. Gadis ini memiliki wajah indah rupawan bak seorang artis layar kaca. Rambut berwarna cokelat tua bergelombang sepanjang punggung, mata sewarna permata kecubung, kulit mulus putih bersih bagaikan pualam, dan tubuh berlekuk mirip finalis Putri Indonesia. Yang minus ditubuh gadis ini hanyalah tinggi badan tidak sampai 160 sentimeter dan pipi putih yang memerah.

Plakk!

Satu tamparan lagi aku layangkan pada wajah gadis ini. Menambahkan ruam merah pada pipi sebelah kanan. Refleksi gadis ini ... sungguhan diriku?

Hang on a second!

Beberapa menit yang lalu aku masih berada di gedung jurnalis. Menaiki tangga darurat bersama pujaan hati untuk terakhir kalinya, ditembak oleh teman seperjuanganku, jatuh dari ketinggian 20 meter, dan ditembak lagi hingga tempurung kepala pecah. Lalu, bagaimana pula ceritanya aku tiba-tiba berada di sebuah sekolah antah-berantah dengan tubuh yang sama sekali tak kukenali?!

WHAT THE F*CK??!!!

Aku tidak mungkin masuk ke isekai 'kan? Atau masuk kedalam cerita romansa dengan karakter utama wanita menye-menye sok kuat yang memiliki segudang pria psikopat merangkap sebagai mafia dan CEO termuda di dunia? Sungguh, yang kualami sekarang mirip dengan adegan prolog cerita romansa picisan di aplikasi oranye. Yang berbeda hanyalah aku ter-summon di tengah kelas, sedangkan para karakter itu bangun di dalam rumah masing-masing.

Aku menundukkan kepala dalam. Akal sehatku sama sekali tidak bisa menerima kenyataan ini. Ini sangat tidak masuk akal! Hal semacam ini tidak pernah masuk ke penelitian mana pun, dan tidak ada yang membenarkannya juga karena memang tidak masuk akal.

Aku sungguhan bingung. Otakku rasanya seperti akan meledak lalu menari-nari bersama sel endorfin untuk menebar bibit-bibit kebingungan.

Bagaimana bisa?

Sekali lagi aku melihat cermin, memandangi tubuh gadis ini dari atas sampai bawah untuk kesekian kalinya. Mataku terpaku pada nametag yang terjahit di dada, Naraya Clandestine. Kok kayak pernah dengar?

Sekuat tenaga aku mengulik isi pikiranku yang hampir meledak. Terus mencoba mengingat-ingat kembali nama gadis yang kurasuki ini.

Naraya Clandestine, Naraya Clandestine, Naraya Clandestine, Na ... ra ... ya Clan ... des ... tine?

Velox et Exactus: I Become The Stupid ProtagonistWhere stories live. Discover now