Bab 6: Kadisdikbud Bogor

39 10 1
                                    

|Word: 1910|
|Chap ini agak pendek, soalnya sekalian ngerjain prolog S2-nya si Snow. Jangan lupa vote, kalo gak rumah kalian saya ledakin. Ciao~|

Sebelum turun ke lantai bawah, aku sempat melacak GPS Keranu melalui nomor ponselnya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Sebelum turun ke lantai bawah, aku sempat melacak GPS Keranu melalui nomor ponselnya. Kebetulan ia bergabung dengan grup obrolan khusus kelas, tentu mudah untuk mendapatkan nomor ponselnya. Ketika makan malam tadi Keranu masih berada di rumah, namun sekarang ia sudah di perjalanan menuju rumah Kadisdikbud.

Ponsel kusematkan diatas dasbor motor menggunakan tripod khusus yang biasa digunakan para ojol. Entah mengapa, Pak Handoko memiliki tripod ini tetapi yang pasti ini berguna untukku. Layar ponsel menunjukkan peta dengan jalan berliku-liku. Tampak kursor berwarna hijau yang melambangkan keberadaan Keranu berjalan melewati jalanan utama. Dia telah berada cukup jauh dari jangkauanku, terpaksa aku harus mengegas hingga 100 km/jam untuk mengejarnya.

Nmax perpaduan warna hitam dan merah itu melaju di tengah jalan raya yang tampak padat. Melihat kepadatan itu, aku langsung membelokkan stang ke jalan tikus yang kuketahui merupakan jalan memotong dari jalan utama. Dibawah langit yang mulai menggelap, motor ini tidak berhenti melaju hingga menciptakan suara menggeber yang cukup mengganggu orang tengah tidur. Jauh dibelakang sana, aku dapat mendengar umpatan orang-orang yang marah akan keributan yang kuciptakan. Tetapi masa bodoh lah, tujuanku saat ini hanyalah mengejar Keranu dan temannya.

Tampak persimpangan bercabang dua didepan. Aku memilih belok kekanan yang mengantarkanku kembali ke jalan utama. Kali ini jalan terlihat senggang, sempurna untukku melajukan kecepatan. Tepat setelah sampai di lampu merah aku memperlambat kecepatan lalu berhenti, barulah aku dapat menemukan keberadaan Keranu. Bocah itu mengendarai motor Scoopy dan berada di barisan paling depan. Keranu tampak tengah berbincang dengan gadis yang ia bonceng.

"Serius amat, mbak. Itu pacarnya, ya?" celetuk pria yang berhenti disampingku. Barangkali ia mengira aku tengah memergoki pacarku sedang berselingkuh.

Tanpa memiliki minat untuk menjawab, aku hanya memutar bola mata malas dan men-stater motor. Suara geber terdengar kencang diikuti dengan diriku melaju mengejar Keranu yang telah pergi lebih dulu. Sekilas aku dapat mendengar orang-orang menegur caraku mengendarai yang terlihat ugal-ugalan.

Tenang saja kawan-kawan, walaupun cara berkendaraku mirip preman, tetapi percayalah aku sangat terlatih berkendara dengan kecepatan tinggi. Terkadang agen intelijen harus memiliki skill berkendara seorang pembalap MotoGP demi bisa mengejar target yang kabur, hal itu yang kuterapkan saat ini. Keranu adalah targetku, aku tidak bisa melepaskannya begitu saja hanya karena protokol lalu lintas.

Walaupun posisiku tengah membuntuti cowok itu, aku tetap menjaga jarak sekitar 10 hingga 15 meter dibelakangnya. Ditakutkan ia menyadari keberadaanku dan berkilah ke jalan lain—yang tentu saja merepotkan—agar aku kesulitan mengejarnya. Belum lagi pakaianku yang serba hitam dan mengenakan fullface helmet yang hanya menampakkan bagian mata saja ketika kaca helm-nya dibuka.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Aug 13, 2023 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Velox et Exactus: I Become The Stupid ProtagonistDove le storie prendono vita. Scoprilo ora