Bab 7 [FIN]

239 29 2
                                    

Selamat membaca!

⚠️kissing⚠️








Perasaan sepi yang tiba-tiba selalu menyelimuti relung hati. Dua bulan yang lalu aku dan Jevian terakhir berkirim pesan. Dan dua bulan ini aku dan Gavin tak ada kemajuan, begitu-begitu saja.

Percayakah kalian, jika do'a ku dikabulkan beberapa waktu setelah ku panjatkan?

Sungguh, sekitar satu bulan yang lalu tiba-tiba saja di otakku terlintas jika saja tiba-tiba aku bertemu sebuah akun yang ternyata itu akun dari Jevian.

Tak lama dari aku berpikir begitu, tiba-tiba aku bertemu sebuah akun yang ku rasa tak asing. Lalu ku coba untuk melihat lebih dalam tentang akun itu, dan benar saja itu akun Jevian.

Rasa senang membuncah sesaat, namun setelah itu hilang begitu saja.

Bingung, bimbang, sepi. Jevian yang bisa dibilang semakin asing, dan Gavin yang sepertinya akan begitu-begitu saja.

Mungkin aku harus terlepas dari kedua orang tersebut?

Cting! Cting!

Aku membuka handphone ku, ada dua pesan masuk dari dua orang yang berbeda.

Tepat seperti tebakan ku, dari Gavin dan Jevian.

'haloo' Dari Jevian.

'RAIN RAINN' Dari Gavin.

Oh, sungguh. Haruskah aku mulai memilih dari sekarang? Sialan. Sialan. Sialan.

Aku membalas pesan Gavin terlebih dahulu,

'IYAAAA, ada apaa?'

Lalu pesan Jevian.

'haloo, lagi sibuk yaa?'

Setelah membalas pesan itu, aku pergi mengambil air minum sebentar. Tapi ternyata aku melihat kakak ku di meja makan, aku mendekat padanya.

"Kak." Panggilku lesu.

"Hum? Kenapa?"

Aku menggeleng, pergi mengambil minum. Lalu berjalan kembali menuju kamar.

"Pilih yang menurut kamu bisa bikin kamu seneng."

Aku mendengar kakak ku mengatakan itu, aku pun berbalik menatapnya. Lalu menganggukkan kepalaku.

Setibanya di kamar, aku membuka kembali handphone ku. Aku melihat Gavin sudah membalas pesanku.

'nanti night ride ayo, sambil lihatin bintang'
'ada yang mau aku omongin sama kamu'

Entah lah, tiba-tiba jantung ku berdegup kencang. Dengan ragu-ragu aku mengetikkan balasan.

'ayoo, apa tuu'

'ya tunggu nanti rainnn'

'yah oke dehh'

Beberapa jam berlalu dengan perasaan gusar yang kian mendekam di hati. Aku sudah bersiap, menunggu gavin datang.

"Adek, temennya dah dateng!" Teriak bunda dari bawah.

"Iya bun!"

Aku segera keluar dari kamar ku, menuruni tangga menuju ruang depan. Ku lihat Gavin sudah berada di sana, berbincang dengan ayah.

"Ayok!" Ucapku ketika datang.

Gavin tersenyum lalu mengangguk padaku.

"Rain nya Gavin pinjem ya om."

"Bawa bawa aja itu anak satu dah."

"Hahaha, permisi dulu ya om."

Aku hanya menyimak jalan mana saja yang Gavin lalui, sembari bercakap-cakap dengannya.

Semakin lama pemukiman yang di lalui semakin sedikit, udara juga senakin terasa dingin.

"Kemana?" Tanya ku pada Gavin.

"Lihat bintang itu cocoknya dari atas, kalau di bawah ngga kelihatan kena polusi cahaya."

Aku hanya mengangguk menanggapi ucapannya.

Terlalu nyaman melihat pemandangan sekitar, membuat mataku sedikit mengantuk. Aku menyenderkan kepalaku pada bahu Gavin.

"Ngantuk?" Tanya nya padaku.

"Sedikit, suasananya tenang jadi ngantuk dikit."

"Hahaha, bentar lagi nyampe kok sabar yaa!"

Entah aku yang baru sadar atau bagaimana suara tawa Gavin begitu nyaman bergema di telingaku, aku sedikit menarik senyuman ku karena hal itu.

Tak begitu lama, kami sampai di sebuah, taman? Lapangan? Entah ini apa, seperti hamparan tanah yang tak begitu luas, namun terlihat teduh dan nyaman. Kita bisa melihat perkotaan di bawah dari sini, bintang-bintang juga terlihat sangat jelas. Indah sekali.

Aku berjalan ke tepi, menikmati pemandangan indah di depan mataku. Gavin mendekat, dia berdiri di sampingku. Kami duduk disana.

"Rain, kamu pernah kesini?"

"Engga, belum. Cantik banget disini."

"I have something to confess to you."

Aku menoleh padanya, dia menatapku.

"Aku tau, sehabis aku ngomong ini kita bisa aja canggung atau sebaliknya. Tapi aku harus ngomong ini ke kamu."

Kami masih terus bertatapan, tanpa ada sedikit pun niatan untuk melepas tatapan itu.

"Bintang-bintang di atas pasti iri sama kamu, kamu cantik banget. Cantik. Mata kamu indah. Bibir kamu, kelopak mata kamu, semua di diri kamu indah. Orang yang ngga suka kamu, pasti dia gila."

"Aku suka kamu."

Tiga kata itu bergaung di telingaku, aku terus menatap matanya tak ada pancaran kebohongan dari sana. Aku memantapkan hatiku sebelumnya, aku harus menentukan pilihanku saat ini juga. Kakak wish me luck.

Kami terus bertatapan untuk beberapa waktu.

Aku mendekat kan wajahku padanya, aku menciumnya. Dengan pelan dan terasa ragu aku memangut bibirnya. Tangannya berada di leherku, menekanku memperdalam pangutan ini. Dia mengambil alih, dia menggigit kecil bibirku agar aku membuka mulutku. Langit-langit mulut ku serasa digelitik olehnya. Lenguhan kecil keluar dari mulutku. Dia menyudahi pangutan tadi, untaian saliva terjalin setelahnya. Dia tersenyum padaku, aku menatapnya dengan binar.

Dia mengusap bibirku lembut, lalu menangkup wajahku. Kita terengah, berusaha mengisi kembali pasokan oksigen di dada. Dia menatap ku dalam.

"Aku.. Suka." Ucapku halus.

"Rain.."

"Iya.."

Dia membawaku kembali ke dalam ciuman lembut dan dalam.

Ini pilihanku, memilih yang pasti daripada harus menyakiti diri sendiri. Jevian selamat tinggal, mungkin masa mu di kehidupan ku memang sampai disini.

Pada akhirnya, aku tidak berakhir dengan sosok itu.

Aku tidak menyesal, tidak akan.


FIN







Terimakasih untuk yang sudah mau membaca cerita ini. Ini cerita pertama saya, yang pasti ada banyak kekurangan dalam penulisan.

Saya akan sangat berterimakasih jika kamu mau terus mendukung saya di cerita selanjutnya.

Terimakasih banyak!

Can I Be Your Boyfie? [Woongri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang