31. Sempurna

36.4K 1.9K 95
                                    


31. Sempurna

Aku mendengus gusar saat menyaksikan pelayan menghidangkan beraneka makanan di atasmeja. Terlalu banyak jenis makanan yang ada membuatku mual.

Arga lebay, huh!

Please dong! Aku cuma wanita hamil bukan gajah kelaparan juga.

Feeling Arga benar. Dokter mengatakan usia kehamilanku 5 minggu. Ya Tuhan, selama itu dan aku sama sekali tak menyadarinya. Aku juga tak merasakan apapun termasuk mual yang katanya sering dialami wanita hamil di trisemester pertama. Semua berjalan biasa saja.

"Tidak semua wanita mengalami mual, Bu!" jelas dokter yang menanganiku tadi. "Pada setiap wanita berbeda-beda."

Ah, aku tak peduli apapun yang akan kualami selama kehamilan, yang penting aku harus memberikan yang terbaik untuknya.

Tumbuh dengan baik ya, Nak! Mama menunggumu...

"Dimakan, Aina! Kok malah senyum-senyum?"

Teguran Arga menarik kesadaranku. Sedetik kemudian aku merengut. Kepalaku menggeleng. "Kebanyakan ini, Ga!"

"Kata dokter kan kamu harus banyak makan, jaga kondisi tubuh. Aku yakin kamu belum makan juga kan?"

Aku mengangguk pelan. Terakhir makan memang bersama Mahira tadi siang, tapi kan nggak segini banyak juga. "Iya. Tapi nggak segini juga, Ga. Aku itu cuma hamil bukan nggak makan sebulan!"

Arga tergelak, "Siapa juga yang bilang kamu nggak makan sebulan, Ai?"

Aku melotot, "Nggak lucu!"

"Oke! Oke! Maafkan aku, lagian aku bingung tadi kamu ditanya mau makan apa terserah yaudah aku pesenin semua."

Aku mendesah panjang. Iya juga sih. Kalau begini aku yang salah. Aku terlalu bahagia mendengar hamil, sampai setiap pertanyaan Arga kujawab terserah sepertinya.

"Maaf," kataku kemudian.

Arga tersenyum lalu mengusap puncak kepalaku dengan lembut, "Ya udah makan yang kamu mau, nanti aku bantuin."

"Bener ya?"

"Iya." Arga mengangguk. "Udah makan! Ingat ada bayi di perut kamu yang butuh makan!"

Spontan aku mengelus perutku, lalu tersenyum tipis. Ya, sekarang aku harus lebih memperhatikan makanan serta asupan gizi yang baik untuk anakku. ah, tak sabar rasanya menantinya muncul ke dunia.

Mama sayang kamu, Nak.

"Aina...,"

Aku mendongak dan nyengir. Tau Arga tengah menggeleng gusar karena aku tak juga makan. "Iya-iya. Aku makan." ujarku sambil memilih makanan yang ingin kumakan.

Arga manggut-manggut. "Nah gitu, dong!"

Tak lama setelah memindahkan beberapa makanan ke piring , aku pun mulai mengunyah. Kuperhatikan Arga yang hanya diam memperhatikan. Aku penasaran ingin bertanya, namun setelah kupikir-pikir kubiarkan Arga diam sejenak. Mungkin ada hal yang tengah mengusiknya.

"Ai,"

"Hmm,"

"Makasih ya,"

Senyumku merekah. "Aku bahagia banget," lanjutnya seraya menggenggam tangan kiriku dengan lembut. Kuanggukkan kepala kemudian.

Aku juga bahagia...

***

Kabar gembira soal kelahiranku disambut baik oleh semua orang. Keluarga Arga yang tentunya paling bergembira. Agni melompat- lompat saking senangnya. Ia memelukku dengan sangat erat hingga berujung pelototan tajam Arga.

Senandung Cinta AinaWhere stories live. Discover now