PART 42

3.2K 212 21
                                    

huaaa

makasi ya semuanya atas partisipasi idenya, akhirnya dapat melanjutkan cerita ini lagi.


note: typo dan eyd belum diedit yah,


42

Malam kian larut, Sebastian duduk sendirian di tepian sungai mahakam. Ramainya pengunjung yang tadi menghiasi sepanjang tepian sungai, kini sudah berkurang banyak. Suara hiruk pikuk apa pun sudah memudar.

Dada sebastian sesak oleh penyesalan. Ia pikir, dengan selesainya masalah tentang clairin, maka semuanya akan baik-baik saja. Ternyata ia salah. Pamela tidak memaafkannya.

Sebastian menyeringai sedih. Satu kesalahan telah merenggut kebahagiaannya. Merenggut sinar di mata pamela, wanita yang ia cintai. Istrinya.

Tanpa sadar setetes air mata bergulir di pipi sebastian. Ia tidak mengusapnya. Ia sedang jatuh di jurang penyesalan yang dalam. Seandainya waktu bisa diputar, sebastian akan mengabaikan kehadiran clairin. Cinta pada wanita itu telah berlalu. Betapa bodohnya ia jadi lelaki!

Menit demi menit berlalu. Udara malam kian dingin, tapi sebastian tidak merasakan itu sama sekali. Ia benar-benar tersungkur dalam kegelapan berbalut kesedihan.

***

Langit masih gelap. Pamela yang baru tidur beberapa jam, terbangun. Ia duduk di bibir ranjang dengan perasaan merana.

Setelah beberapa saat, pamela beranjak ke kamar mandi. Ia terkejut saat mendapati bercak merah di celana dalamnya. Rasa panik seketika menyerbu pamela. Ia segera meninggalkan kamar mandi dan beranjak menuju kamar orangtuanya. Ia harus segera ke rumah sakit. Pamela takut terjadi apa-apa pada kandungannya.

***

Sebastian menggeliat lalu membuka mata perlahan. Silau dan sakit kepala membuatnya kembali memejam. Cukup lama, barulah ia kembali membuka mata.

Langit-langit yang menyambut pandangannya terasa asing. Sebastian memandang ke sekeliling. Ruangan luas nan mewah itu kini terang benderang. Cahaya matahari bebas masuk melalui dinding kaca yang membentang dari lantai hingga langit-langit. Gorden yang bisa digunakan untuk menutupi itu, tersingkap ke kiri dan kanan.

Kesadaran sebastian perlahan-lahan kembali. Ia mulai mengenali di mana dirinya berada. Ini kamar hotel di samarinda.

Sebastian duduk. Ia meringis saat merasakan sakit di kepala. Entah jam berapa ia meninggalkan tepian sungai mahakam tadi malam. Tiba di hotel, ia masih minum-minum di bar.

Perasaan sebastian nyeri teringat pamela yang tak mau memaafkannya dan melihat bagaimana mengenaskannya kondisinya saat ini. Mungkin ini hukuman yang pantas untuknya. Memiliki istri yang sangat baik, malah dikhianati.

Seandainya selalu ada kata maaf untuk setiap kesalahan ....

Sayangnya tidak.

Setiap kesalahan selalu ada konsekuensinya.

Sebastian meraih ponsel dari samping bantal. Berharap entah bagaimana tadi malam pamela berubah pikiran dan mengirim pesan padanya, mengatakan memaafkannya.

Saat tak mendapati pesan dari pamela, sebastian menyeringai samar. Ia terlalu berharap yang muluk.

Teringat sorot mata pamela kemarin yang penuh luka, hati sebastian semakin nyeri. Penyesalan ini benar-benar menghukumnya dengan amat sangat pedih.

Sebastian membuka galeri ponselnya, ingin melihat foto pamela.

Nihil.

Tidak ada satu pun foto pamela di sana.

Lagi-lagi sebastian merasa sedih. Sekian bulan menjadi suami istri, tapi ia bahkan tak punya foto pamela sama sekali.

Mengapa?

Mengapa sesuatu itu baru berharga setelah kehilangannya?

Mengapa sebastian tidak menyadari betapa berartinya pamela sejak awal?

Sebastian menghela napas berat dan melempar ponselnya dengan sembarangan ke ranjang.

Ia bangun. Hendak ke kamar mandi. Kepalanya kembali berdenyut. Ia kurang tidur. Juga terlalu banyak minum alkhohol.

Sepotong kenangan melintas di benak sebastian, yaitu ketika ia terbangun di pagi setelah pernikahannya dan pamela. Bagaimana di malam pengantinnya ia minum sendirian sampai mabuk.

Kala itu ia pengar, dan pamela membuatkan jus jeruk untuknya.

Sekarang tak ada lagi pamela, pikir sebastian merana. Bibirnya melengkung ke bawah.

Seumur hidupnya, sebastian pikir ia tak akan pernah patah hati seperti ini. Rasanya jauh lebih sakit dibandingkan ketika clairin meninggalkannya.

***

bersambung ....

part 43 sudah tersedia di karya karsa

follow karya karsa dan instgaramku yah: evathink


thanksss


Pamela and Her Bastard Husband [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora