6•'°→'♪

561 17 0
                                    

Semalam hujan, dan dipagi harinya cuaca menjadi dingin. Eji memasangkan jaket tebal miliknya pada Naka. Eji sendiri pun menggunakan jaket.

Naka akan Eji antarkan ke rumah orangtuanya, karena di sana ada Yesa yang akan menjaga Naka. Naka tidak memakai sandal, boots salju lah yang Naka gunakan, tentu saja milik Eji. Seperti perkiraan Eji, jalanan tampak becek, maka Naka akan aman dengan boots itu.

"Eji, Naka lapar" Naka yang berada di samping Eji hanya diam, merasakan perasaan lapar. Eji dan Naka akan sarapan dirumah orang tua Eji.

"Naka makan biskuit ini dulu ya, biar gak terlalu lapar. Nanti sampe rumah Yesa, baru makan" biskuit yang selalu menjadi simpanan Eji itu diberikan kepada Naka. Eji melihat ke sampingnya, Naka anteng dengan biskuit dan pemandangan yang dilewati.

"Naka tunggu sebentar disitu ya, Eji keluar dulu" Naka mengangguk, ia semakin kedinginan. Cuaca diluar sana menjadi sangat dingin, sebab hujan turun kembali.

Eji membuka pintu keluar untuk Naka, mengangkat Naka ke gendongannya lalu memayunginya agar tak basah. Bagasi mobil dibuka oleh Eji, di dalamnya ada cemilan cemilan untuk Naka nantinya. Eji khawatir Naka rewel, karena Eji akan menitipkannya kepada orang lain, walaupun itu Yesa dan kedua orangtuanya.

Tuk tuk tuk..

Pintu di buka, tepat di depan Naka dan Eji ada seorang wanita. Tentu Biang nya Eji, atau kata lain adalah ibu. Mereka disuruh masuk oleh Biang, Biang tak menyangka jika Naka badannya berbeda dengan ekspektasinya. Karena terlihat tidak sesuai umurnya, Naka lebih kecil dari perkiraannya.

Jaket Naka dibukakan oleh Eji, sepatu Naka telah disimpan di rak sepatu. Yesa datang dari arah kamarnya langsung memeluk Naka. Naka sedikit sesak. Eji yang melihat itu langsung menjitak telinga Yesa. "Naka sesak, jangan seperti itu, Yesa!"

Naka melihat Eji sedang berpelukan dengan wanita yang tadi ia lihat. Eji memanggilnya dengan sebutan Biang, dirinya akan menyebut wanita itu dengan sebutan apa?

Eji memperkenalkan Biang kepada Naka, Naka dipeluk oleh Biang. "Ayah mana, Biang?" Eji melepaskan jaketnya sembari bertanya kepada Biangnya.

"Ayah lagi siap-siap. Eji sama Naka makan yuk, kita makan bareng" semuanya sudah berkumpul di meja makan. Naka dengan sikap malu, Ayah yang menatap Naka, dan Yesa yang terus mengajak Naka berbicara.

"Ayah, Biang, ini Naka. Naka yang Eji maksud. Naka anaknya sedikit malu, dan penakut. Hal yang paling ditakutinya adalah Yesa" Naka diperkenalkan oleh Eji kepada kedua orangtuanya. Naka mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk karena suruhan Eji.

"Bohong!! Naka gak takut sama Yesa" perkataan Eji sangat ditentang oleh Yesa, mana mungkin Naka takut kepada Yesa.

"Iyakan, Naka?" Yesa memastikan bahwa Naka benar benar tidak takut kepadanya.

"Naka nyaman gak, tinggal sama Eji?" Naka menatap Ayah yang bertanya pada dirinya. "Naka nyaman sama Eji, Eji baik sama Naka. Malahan Naka yang suka ngerepotin Eji" Naka mengakui jika dirinya lah yang merepotkan. Tapi Eji sabar terhadap Naka.

"Enggak Naka, kamu gak ngerepotin Eji. Kamu jangan mikir kayak gitu Naka, Eji gak ngerasa direpotin" dipeluknya Naka setelah Eji berkata seperti itu, tak seharusnya Naka berkata demikian. Naka merepotkan Eji? Justru tidak. Eji malah mendapatkan teman agar tak kesepian, teman yang menjadi keramaian disaat kesunyian.

Naka mendapat banyak pertanyaan dari keluarga Eji. Ayah, Biang, Yesa, terus menerus bertanya. Eji selalu membantu Naka menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Sarapan selesai, Eji pamit kepada Naka. Naka memeluk Eji, tak ingin ditinggalkan. "Gak mau sama Yesa, maunya sama Eji!" Setiap Eji pamit, Naka selalu memeluknya semakin erat.

Pohon Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang