02. permulaan

73 7 0
                                    

Ibaratnya sedang berjuang di tengah gelapnya malam, tak ada satupun yang datang menerangi.
Ibaratnya sedang berjuang di tengah teriknya sang mentari, semua hilang membutakan diri.

——

Keadaan kelas yang awalnya hanya berisi ocehan - ocehan yang tak terlalu terdengar ditelinga, berubah setelah kedatangan gadis di ujung pintu itu. Sejak masuk mulutnya tak henti berkomat - kamit. Sepertinya akan ada berita besar yang disampaikan.

Dia Laura, gadis yang menjabat sebagai bendahara itu kini nampak frustasi. Selembaran kertas berukuran A2, itu entah sejak kapan sudah terpasang di papan tulis. Gadis itupun berbalik menghadap ke teman - temannya,

" Noh baca sendiri, males gue njelasin. "

Dengan nada bicara yang tidak mengenakkan, Laura berlalu begitu saja meninggalkan teman - temannya yang mulai bergerumbul di depan.

Berbeda dengan Senja, gadis itu cukup melihat dari bangkunya dan selebihnya ia akan menguping pembicaraan mereka.

Tidak, Senja tidak dikucilkan. Hanya saja ia memang sangat meminimkan interaksi dengan teman sekelasnya. Semenjak masuk dibangku SMA, Senja menjadi sosok yang pendiam.

" HAH APAAN ANJIR TIBA - TIBA KOK CLASSMEET GINI !?!?! "

Caca, ia meluapkan keterkejutannya setelah membaca selembaran itu. Ya — mungkin tak hanya Caca yang terkejut tapi semua penduduk 10 mipa 2 juga menunjukkan respon yang sama.

" Lah iya, berarti kan ini 4 hari lagi coy ! Mampus deh ! " Seru lelaki bernama Haikal

Terlihat para perempuan makin panik dan kalang kabut. Kelasnya ini memang memiliki citra terpandang disetiap event - event sekolah, namanya tak pernah absen untuk setidaknya membawa pulang satu penghargaan.

Gadis bername tag Sekar itu mulai mengabsen semua bidang perlombaan yang tertera.

" Turnamen futsal, lomba solo vokal dan HAH - MARKET DAY !?!?!? "

Kategori lomba yang terakhir berhasil membuat semua bertanya - tanya. Bagaimana bisa mereka memasukkan jenis lomba yang lumayan ribet seperti itu dengan hanya memberi waktu semepet ini.

" Udah gila emang anak - anak OSIS tuh, padahal masih ada 2 minggu lo sebelum liburan dan mereka malah milih minggu depan, pinter banget ya mereka ! "

Komentar pedas yang keluar dari mulut Ajeng itu memang tak pernah salah. Sepertinya sebentar lagi akan banyak kelas - kelas lain yang mengutarakan demo di depan ruang OSIS.

Dan benar saja, tak berselang lama kelas sebelah sudah membawa pasukan dan bahkan dibelakangnya pun masih disusul kelas - kelas lain. Hal ini memancing anak 10 mipa 2 untuk bergabung.

" Halah udah langsung kita join mereka aja, percuma kita ngebacot disini ga ada yang dengerin. "

Akbar, lelaki yang memang hobi sekali dengan hal - hal semacam ini, sudah sangat siap untuk adu mekanik dengan anak OSIS.

Belum sempat keluar, gadis yang berada diujung pintu itu berhasil menahan teman - temannya yang akan melancarkan aksi.

" Udah masuk, ga usah ngikut mereka. " Walau terkesan santai, namun tak ada satupun dari mereka yang berani membantah.

dialog senjaWhere stories live. Discover now