03. bencana besar

29 7 4
                                    

Rotasi kehidupan : Kita sengaja dipatahkan untuk kembali tumbuh

——

Setuju atau tidak, sekolah dan hujan itu perpaduan yang sangat Senja sukai. Contohnya hari ini, sejak pagi gerimis sudah melanda bahkan sampai di sekolah, hujan tak sedikitpun mereda. Merepotkan memang namun percayalah, suasana seperti ini tidak ada tandingannya dan akan selalu jadi pemenangnya.

Hari ini Senja memutuskan untuk membawa motor sendiri. Karena ketika hujan seperti ini, angkot biasanya susah untuk dijumpai. Dengan keadaan yang sedikit basah, Senja menjadi orang pertama yang hadir di kelasnya. Biasanya saat seperti ini, teman - temannya akan datang mepet dengan jam masuk.

Senja sudah mengagendakan, ketika sampai di kelas ia akan langsung sarapan. Nasi goreng dan telur, menu andalan yang tidak akan ada kata membosankan baginya.

Sambil mendengarkan musik yang ia mainkan dengan volume pelan, Senja mulai melahap bekal miliknya. Sesekali ketika makanan nya sudah tertelan, ia akan ikut bersenandung melagukan liriknya.

Dengan botol minum yang sudah berada di tangannya bak sebuah mic. Senja yang sudah menunggu part ini datang, langsung menyanyikan lagu milik Keshi yang tengah ia dengarkan itu .

Maybe we can try it if you let me
Take you by the hand
You're the only one who understand

Tak sadar kedua matanya kini sudah terpejam ketika menyanyikan part tersebut. Mungkin saking dalamnya ia memaknai dan merasakan lagu itu. Senja selalu merasa iri dengan sosok yang diabadikan Keshi dalam lagu - lagunya.

Kedua mata itu kembali terbuka, dan betapa terkejutnya Senja ketika mendapati sosok basah kuyup itu, tengah memperhatikannya dari depan pintu. Senja langsung kalang kabut, ia kembali menyuapkan nasi goreng itu kemulutnya, berakting seolah tak terjadi apa - apa.

' Dia Jevano kan ? ' Batin Senja dalam hati.

Ia sedikit mencuri pandang ke arah depan dan ia semakin terkejut setelah mendapati lelaki itu berjalan ke arahnya. Senja, gadis itu langsung menundukkan kepalanya dalam - dalam.

" Ekhem. " Deheman yang keluar dari mulut Jevano itu, berhasil membuat Senja terjengkit kaget.

" Emm — sorry ganggu, ini kata Kinan lo butuh gitar kan ? " Ucap lelaki itu sambil meletakkan sebuah gitar disamping mejanya.

Berarti semalam, Kinan meminjamkannya gitar pada Jevano ya ?

" Oh i — iya, m - makasih ya. "

Entah, Senja tiba - tiba jadi gagap begini. Ia baru pertama kali ini bertatap muka dan berbicara langsung dengan Jevano, padahal sudah satu tahun lamanya mereka berada di kelas yang sama.

Tanpa berkata apapun, Jevano berlalu meninggalkan kelas begitu saja. Senja menghela nafasnya lega, ia bersyukur tak ada interaksi lanjutan yang ditujukan lelaki itu padanya.

——

Gerbang sudah mulai dipadati oleh siswa - siswi yang hendak meninggalkan sekolah. Di minggu - minggu akhir semester seperti ini, memang sudah tidak diisi dengan kegiatan pembelajaran lagi. Sehingga hampir setiap hari, Senja bisa pulang sebelum jam menunjukkan pukul 12 siang.

Sambil membawa tas sekolah dan gitar yang sudah tergendong dipundaknya, Senja berjalan meninggalkan area sekolah dan menuju ke parkiran.

Sesampainya di sana, ia bersyukur motornya berada didekat pintu keluar , sehingga ia dapat langsung menjumpainya tanpa harus mencari terlebih dahulu.

dialog senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang