3. Tentangnya

6K 218 1
                                    

Sebulan telah berlalu sejak anak baru yang bernama Daniel itu pindah ke sekolah Anjani. Tidak ada yang berubah selain sekarang disekolahnya ada idola baru yaitu Daniel sendiri.

Daniel yang tampan, punya tubuh ideal, yang jago dalam bidang olahraga dan bahkan pintar dalam pelajaran lainnya. Anjani bisa tuli lama-lama mendengar pujian tentang Daniel selama satu bulan ini, sayang sekali Anjani tidak bisa menutup telinga dengan earphone terus-menerus sehingga ia harus terus mendengarkan semua teman-temannya membicarakan tentang Daniel.

Sungguh kehadiran Daniel benar-benar mengguncang sekolah karena tidak ada pemuda setampan itu disana. Oleh karenanya meskipun sudah lewat satu bulan, pembicaraan tentang pemuda itu tidak berhenti.

Katanya Daniel pindahan dari ibukota, pemuda itu pindah karena alasan pekerjaan orangtua. Jadilah pemuda itu berada di kota Anjani yang jauh sekali dari ibukota karena memang berbeda pulau. Anjani merasa ada yang janggal dengan kepindahan pemuda itu. Kalaupun pemuda itu pindah ke daerahnya, kenapa tidak disekolahkan saja di pusat kota daerahnya? Sedangkan sekolah Anjani berada di pelosok yang cukup jauh dari pusat kota.

Anjani menggelengkan kepalanya pelan, apa urusan dirinya sampai memikirkan pemuda itu. Karena semua teman-temannya membicarakan tentang Daniel jadilah sekarang otaknya dipenuhi pemuda itu. Padahal pemuda itu saja tidak tahu dirinya hidup dan mereka satu sekolah, kenapa lelah-lelah berpikir. Sungguh Anjani tidak habis pikir dengan dirinya sendiri.

Aksi geleng-geleng kepala itu tak luput dari pandangan Arumi yang selalu berteori dan otaknya. "Kenapa gelang-gelang An? Kamu lagi mikirin Fathan ya?"

"Ha? Kok tau-tau Fathan?" Jelas Anjani bingung, kenapa tiba-tiba Arumi membawa nama Fathan dipembicaraan mereka.

"Kamu ditembak kan sama dia?" Tuh kan lagi-lagi otak Arumi berteori sembarangan.

"Ih ngomong gak usah sembarangan deh Rum, mana ada begitu." Balas Anjani tidak habis pikir.

"Dia kan suka sama kamu. Emang beneran belum di tembak ya?"

"Aku sama dia cuma teman organisasi. Gak akan ada juga yang namanya tembak-menembak begitu." Jelas Anjani apa adanya. Lagipula Anjani saat ini sedang tidak tertarik dengan siapapun dalam artian naksir atau suka pada seseorang, apalagi teman-teman sekolahnya tentu tidak ada yang Anjani pandang. Dimatanya hanya ada cowok gepeng, cowok halu di novel dan oppa Korea saja.

"Haduh yang peka dong An, dia tuh suka loh sama kamu. Kemarin Dandi kamu cuekin juga, sekarang Fathan. Gak capek ya jomblo mulu? Atau kamu masih belum move on dari mantan cinta monyet kamu itu?" Runtut Arumi geregetan.

"Belum move on itu kan cuma alibi Rum." Bela Anjani pada dirinya sendiri. Masalah cinta monyet di zaman SMP itu sudah benar-benar selesai, Anjani tidak menangisi ataupun menyesali karena masa-masa itu sudah lewat. Nyatanya sekarang Anjani memang sedang nyaman sendiri dan tidak memiliki seseorang yang ia sukai.

"Yaudah pacaran, biar kita bisa double date. Kamu betah banget jomblo padahal banyak yang suka. Apa perlu aku comblang-" belum selesai Arumi bicara, Anjani sudah menutup mulut temannya itu dengan tangannya. Anjani pusing mendengar ocehan Arumi.

"Nanti aku bakal punya pacar kalau hati aku mau. Jadi gak usah bawel." Anjani berucap demikian dengan tegas. Ia tidak mau memperpanjang pembicaraan tentang pacaran itu, membuat Anjani merasa terpojok.

Memang benar, setelah putus dari mantan pacar terakhirnya itu ada beberapa cowok yang mendekati Anjani. Tapi mereka semua tidak ada yang membuat Anjani mau berpacaran lagi, Anjani benar-benar ingin menikmati kesendiriannya. Bukan masalah fisik atau sikap para lelaki itu, hanya saja ini memang dalam diri Anjani sendiri yang ingin berisitirahat dari hubungan berpacaran.

Bahkan bisa dibilang cowok-cowok yang mendekati Anjani itu termasuk kalangan cowok-cowok ganteng, makanya Arumi kesal sekali dengan Anjani karena menolak mereka. Seorang Anjani yang tidak populer disekolah dan tidak menonjol pula, bagaimana bisa membuat mereka semua kena cantol? Itu masih jadi misteri bagi Arumi.

Meski demikian, Arumi juga tidak begitu heran sih kenapa cowok-cowok cakep itu naksir dengan Anjani karena temannya itu memang kepribadiannya menyenangkan. Nyatanya cowok-cowok yang pernah berpacaran dengan Anjani dan juga cowok-cowok yang ngajak pacaran itu teman Anjani semua, benar-benar teman dalam artian teman kenal lama.

Jadi Arumi mengambil kesimpulan jikalau daya tarik dari sohibnya itu adalah kepribadiannya yang membuat orang nyaman dan berakhirlah para cowok-cowok itu akhirnya naksir. Karena untuk masalah fisik, Anjani itu bukan tipe orang yang bisa sekali lihat langsung memberikan kesan untuk disukai. Malah wajah Anjani itu tipikal cewek judes yang berbanding terbalik dengan kepribadiannya.

Saat pertama kali melihat Anjani pasti yang terpikir adalah cewek judes. Tapi setelah sekali bicara akan cepat nyaman, kemudian image diawal akan hilang. Yang terlihat setelah kenal dengan Anjani adalah ia gadis yang manis dan tidak bosan untuk dilihat.

"An, nanti kita keburu kelas dua belas loh. Belum kesampaian juga double date. Kalau sudah kelas dua belas kan kita bakal fokus belajar untuk kelulusan." Arumi masih tidak mau berhenti dengan pembicaraan mereka meskipun Anjani sudah minta ia bungkam.

"Kalau kamu punya pacar sebelum kenaikan kelas, aku traktir makan mie ayam di kantin." Mie ayam dikantin sekolah Anjani dan Arumi itu cukup mahal untuk kantong anak sekolah yang duit jajannya pas-pasan. Jadilah Arumi merasa traktirannya adalah apresiasi yang cukup besar untuk merayakan Anjani jikalau punya pacar nanti.

"Untuk saat ini aku belum temukan seseorang yang buat aku mau pacaran Rum." Kembali Anjani memberi pengertian. "Sudah deh, aku mau ke perpustakaan balikin buku." Tak mau berada dekat Arumi lagi, Anjani langsung kabur dari kelas begitu saja tanpa mengajak Arumi untuk menemaninya seperti biasa.

Keluar dari kelas, Anjani segera menuruni tangga mengingat kelasnya memang berada dilantai atas. Saat hendak berbelok setelah menuruni tangga, tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seseorang sehingga Anjani bersandar di dinding karena terkejut.

"Aduh, maaf-maaf. Kamu gak papa?" Anjani dengan panik meminta maaf dan bertanya kondisi seseorang yang ia tabrak itu, hingga mata mereka berdua bertemu. Ternyata itu Daniel, si anak baru.

"Aku gapapa kok. Kamu gapapa? Tadi sampai kena dinding." Pemuda itu juga tampak khawatir melihat dirinya. Kepala belakang Anjani memang terbentur sedikit sih, tapi tidak apa setidaknya ia tidak jatuh ke bawah.

"Aku gapapa juga. Maaf ya untuk yang barusan, permisi." Anjani mengangguk kecil dan melanjutkan perjalanannya. Ia tidak mau berinteraksi banyak dengan Daniel mengingat pemuda itu punya fans di sekolah, bisa habis Anjani dikuliti kalau sampai para fans pemuda itu tahu dirinya menabrak Daniel dan berbicara dalam jarak cukup dekat.

Sedangkan didekat tangga, Daniel sama sekali belum beranjak dari sana bahkan masih memandangi Anjani dari belakang yang kemudian menghilang di persimpangan.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang