2

48.2K 4.8K 127
                                    

Sudah dua hari ini Cova merawat pria yang saat ini sedang berbaring di kasurnya. Beberapa kali mengganti perban yang membalut luka di dada, kepala, tangan serta kakinya.

Malam itu saat Cova menemukannya di tepi jurang dengan keadaan yang memprihatinkan sebenarnya dia dengan tega berpikir untuk meninggalkannya saja tergeletak disana. Namun saat dia beranjak pergi, jubahnya ditahan oleh pria itu yang masih dalam keadaan pingsan. Semngat hidupnya tinggi sekali, batin Cova.

Sisi kemanusiaannya pun tersentuh hingga dengan terpaksan dia membopong pria yang berat badannya 2 kali lipat dari dirinya ditambah lagi berat dari Zirah besi yang dia kenakan. Usahanya yang diselangi umpatan duniawi malam itu hanya author yang mengetahuinya.

Malam ini adalah jadwal untuk mengganti perban yang membalut dada pria itu. Untungnya luka di kepala dan kaki sudah kering berkat racikan obat yang Cova berikan, dan untuk luka di dada membutuhkan waktu karena lukanya lumayan dalam, sepertinya tertusuk. Untuk luka di tangan juga sudah kering namun sepertinya beberapa jarinya patah hingga Cova pun harus mengikatnya kuat dengan kayu agar kembali lurus.

Cova sudah selesai membuka perbannya, sekarang saatnya dia membersihkan luka pria itu agar dapat kembali diobati dengan tumbuhan herbal yang sudah Cova tumbuk.

Selesai, bantinnya. Dia pun beranjak pergi ke dapur untuk memasak makan malam.

Pria itu perlahan bergerak, dia sudah sadar.

Dengan bersusah payah dia berusaha membuka matanya, mengumpulkan kekuatan untuk dapat memperjelas pengelihatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan bersusah payah dia berusaha membuka matanya, mengumpulkan kekuatan untuk dapat memperjelas pengelihatannya. Melihat lokasi yang asing baginya membuat kewaspadannya meningkat, dia memegang dadanya yang sedikit nyeri. Sial, ternyata tanganku lebih nyeri, batinnya.

Dia memperhatikan beberapa jari tangan kanannya di balut perban dan kayu, sepertinya patah, pikirnya lagi. Dia memperhatikan balutan perban di dada dan di tangannya, sangat rapi untuk sekelas orang biasa-biasa saja, besar kemungkinan dia diselamatkan oleh orang yang terbiasa mengobati luka atau terbiasa terluka?

"Dimana ini?" Monolognya, perlahan dia bangun dari kasur lalu mulai melangkah pelan menjelajahi gubuk kecil tempatnya sekarang.

Prang!

Suara itu mengalihkan atensinya, pria itu mulai melangkah pelan menuju sumber suara yang terletak di belakang gubuk. Sesampainya disana dia bisa melihat punggung seorang wanita sedang mengomeli seekor anjing hitam besar yang setinggi setengah badan manusia dan dia menyuruh untuk anjing itu keluar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akrasta: The Return [Terbit] {Part Tidak Lengkap}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang