Hari ini berkumpul lah semua orang di ruang kerja Raja Johnatan. Di sofa yang melingkar itu terdapat Duke Arthur, Duchess Zamberg, Archduke Max, Pangeran Mahkota, Countess Alana, Raja dan Ratu Akrasta, Archduke Airon dan Grand Duke Asher yang sebenarnya dirinya pun tidak tau mengapa diikut sertakan.
Sedangkan Alana, setelah satu jam berada di penjara, kehadirannya diminta untuk menjadi saksi atau tersangka dalam khasus ini.
"Yang mulia, Lord Arthur, aku akan langsung pada intinya. Terhitung kurang lebih sudah 10 hari Lady Katrina tinggal di kediamanku karena hari itu aku menemukannya di pinggir hutan Desa Hostile dengan keadaan yang memprihatinkan karena tengah di lecehkan oleh seorang lelaki tua"
Deg!
Duke dan Duchess Zamberg tidak bisa menyembunyikan raut terkejut mereka, mata mereka memerah menahan marah dan tangis. Tangis Duchess terdengar menyakitkan di telinga semua orang yang hadir.
Duke Zamberg mengepalkan tangannya kuat mendengar penghinaan atas putrinya yang dia jaga sedemikan rupa bak barang yang berharga.
Raja dan Ratu tidak kalah terkejutnya, bahkan saat ini Ratu tengah berpindah tempat ke posisi Duchess Zamberg untuk menenangkannya sambil ikut terisak kecil.
Pangeran Mahkota menatap tak percaya pada ucapan Max, dada nya terasa sesak hingga tanpa sadar dia meremat pakaian nya erat.
"Dan lelaki tua itu adalah ayah dari Countess Alana Hernia"
Brak!!
Sudah cukup, tidak bisa dia menahan amarahnya. Duke Zamberg menggebrak meja itu marah dan hendak melayangkan pedangnya pada Alana dan dengan tanpa sadar Pangeran menghalanginya.
"Duke tenang lah !" Bentak Pangeran
"Bahkan ketika kau tau dia adalah sumber dari kesengsaraan anakku yang tidak lain adalah sahabat karibmu! Tunanganmu! Kau tetap membela wanita rendahan ini" desisnya tidak perduli lagi dengan rasa hormat, sopan santun dan tata kramanya.
"Dia mungkin memang ayah dari Lady Alana, tapi bukan berarti dia ikut bertanggung jawab dengan kebengisan ayahnya!"
"Kau tidak dengar pengakuannya tadi ?! Apa kau tidak cukup pintar untuk menebak gelagatnya ?! Cinta memang buta TAPI BUKAN BERARTI AKALMU PUN IKUT BUTA PANGERAN!"
"Jaga batasanmu Lord ! Kita juga harus mendengar kesaksian Alana"
"Kesaksian ? Kesaksian kau bilang ?! DIA ADALAH TERSANGKA! Setidaknya gunakanlah hatimu, sahabat mu di lecehkan oleh ayahnya dan kau hanya diam ?"
"Aku tidak terima sahabat ku di perlakukan seperti itu, Iya! Tapi bukan berarti kita akan menghukum seseorang tanpa bukti"
"Bukti ?! Dia baru saja mengatakan bahwa dia tau orang yang memperkosa anakku gila dan itu tidak cukup menjadikannya bukti pengakuan ?!"
"Lord, maksudku-"
"Diam Avez!" Bentak Ratu
"Cukup sudah, simpan suaramu sebelum aku menghampirimu dan menamparmu mulut bodohmu itu!" Desisnya menahan marah sedari tadi mendengar ucapan putranya yang seakan membela selingkuhannya.
Akrasta tidak pernah mengizinkan adanya selir. Hal itu di sah-kan untuk menghindari perebutan hak waris, perselisihan selir dan lain sebagainya. Akrasta sungguh memikirkan segalanya sematang mungkin untuk kerajaan ini tetap aman dan damai, jauh dari konflik amatiran seperti kerajaan-kerajaan pada umumnya.
Maka dari itu, pertentangan perihal Alana yang akan menjadi putri mahkota adalah karena dia seorang janda dan sudah memiliki anak. Hal itu menjadi pertimbangan yang sangat berat untuk sekedar di bahas, tidak ada yang bisa menebak bagaimana perselisihan anak itu dengan keturunan Akrasta murni di kemudian hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrasta: The Return [Terbit] {Part Tidak Lengkap}
Historical FictionJudul lama = Transmigrasi Cassie Judul baru = Akrasta: The Return [Part tidak lengkap] Jasmine Cassandra Prismagana adalah seorang perempuan cantik berumur 20 tahun yang biasa-biasa saja. Hobby membaca novel, traveling, dan rebahan di kasur. Cassie...