11 || Sehari saja, aku ingin ketenangan

573 48 3
                                    

      SESUAI janji Bulan pada Bintang kemarin, seharian ini Bulan akan menemani Bintang untuk mencari bidang apa yang dapat Bintang tekuni dan membuktikan pada ayah kalau Bintang juga bisa produktif seperti Bulan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

      SESUAI janji Bulan pada Bintang kemarin, seharian ini Bulan akan menemani Bintang untuk mencari bidang apa yang dapat Bintang tekuni dan membuktikan pada ayah kalau Bintang juga bisa produktif seperti Bulan. Bintang akan membuktikan pada ayah kalau dirinya juga pantas dibanggakan atas kemampuan yang dia miliki.

Sambil menunggu Bintang bersiap di kamarnya, Bulan menyeruput kopi susu buatan bunda beserta cookies paling enak sejagat raya. Karena itu adalah cookies buatan bunda yang dibikin dengan campuran kasih sayang.

Namun saat Bulan sedang asyik mengamati berita pagi di televisi sembari menyantap cemilannya, tiba-tiba ayah datang duduk tepat di sampingnya. Di tepuknya bahu itu, kemudian menatap Bulan dengan senyum sumringah.

"Hari ini kamu libur kan?"

Bulan mengangguk kecil.

"Ayah mau ajak kamu main golf. Mumpung dibayarin sama temennya ayah." Dilihat dari tatapan ayah, sepertinya ayah sedang bahagia. "Kamu juga udah siap kan? Yuk, tinggal jalan aja."

Bulan menggelengkan kepala. "Kalau untuk hari ini ngga bisa, Yah.. Bulan udah ada janji sama Bintang mau mengajak dia eksplor beberapa bidang."

Mendengar itu ayah seperti tak percaya. Ayah tertawa sedikit meremehkan, karena ayah pikir Bintang tidak akan bisa seperti Bulan mau bagaimanapun Bintang berusaha. Karena bagi ayah, mereka tetap berbeda.

"Terus kamu mau bawa dia kemana? Emangnya ada bidang yang cocok untuk anak lemah seperti dia?" tanya ayah masih dengan kekehan.

"Bulan juga belum tau bidang yang cocok apa. Makanya hari ini kita mau eksplor dulu," jawab Bulan.

"Apa ngga ngerepotin kalau dia ikut aktif di beberapa bidang? Nanti kalau tiba-tiba jantungnya kambuh gimana? Emang ada orang lain yang mau direpotkan sama penyakitnya selain kamu?"

Perkataan ayah selalu menyakitkan.

Bahkan Bintang yang tidak sengaja menguping pembicaraan itu tiba-tiba jadi tidak bersemangat untuk mengeksplor beberapa bidang yang mungkin bisa cocok dengannya.

Sialnya ucapan ayah selalu benar. Memang tidak ada orang lain yang mau dia repotkan karena penyakitnya selain Bulan.

"Aku bakal tempatin Bintang ke bidang yang tepat. Jadi setiap Bintang melakukannya ngga akan membuat dia merasa lelah," jelas Bulan yang masih belum menyadari keberadaan Bintang di dekat sana.

"Tetap aja, sewaktu-waktu pasti jantungnya akan kambuh. Orang-orang di sekitarnya juga lama-kelamaan ngga akan sanggup mengurus dia. Memangnya kamu yang rela ngurusin dia, padahal ngga ada untungnya juga buat kamu."

"Bintang adik aku, Ayah.. Jadi udah seharusnya aku rawat dia di saat dia membutuhkan. Aku juga ngga mengharapkan untung apapun dari dia. Karena memang seperti itu kan tugas seorang abang untuk adiknya?"

Ayah kembali tekekeh sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali menatap ke arah Bulan. "Otak kamu udah dicuci bersih sama dia. Jadi kamu ngga pernah sadar kalau selama ini dia hanya memanfaatkan kamu untuk kepentingannya. Kamu ngga pernah sadar kalau selama ini kamu kesulitan ya karena dia. Kamu susah payah cari uang, eh tiba-tiba uangnya habis gitu aja buat bawa dia berobat, apalagi kalau bukan kamu yang bodoh, Bulan. Sadar."

Bulan dan BintangWhere stories live. Discover now