Let's go to >115 votes + >50 comments before we jump to the next chapter.
Selamat membaca!
.
.
.
M I R Z A
Beberapa hari ke belakang, telah terjadi fenomena gelombang kebencian yang dialamatkan kepada Beni. Awalnya hanya gelombang kecil akibat hembusan kabar angin akun gosip kesukaan netizen ahli neraka. Lama kelamaan gelombangnya membesar kayak tsunami, dalam sekejap mencederai reputasi baik Beni.
Setelah kabar burung tentang keputusannya memilih child free, akun gosip memancing netizen untuk mengomentari fisik Beni yang terlihat berbeda dengan keluarganya. Terus muncullah asumsi bahwa Beni adalah anak adopsi. Dan seolah semua sudah ada jadwalnya, beberapa hari kemudian muncullah anonim yang membocorkan identitas asli Beni. Bahkan dengan jahatnya menyebar rekaman percakapan Beni via telepon dengan seseorang yang diduga adalah saudara kandungnya.
Sebagai manusia yang sangat mengenal Beni, aku yakin bahwa perempuan dalam rekaman suara itu adalah Beni. Namun, sebagai manusia yang sangat mengenal Beni juga, aku yakin bahwa rekaman itu sudah dipotong-potong seenak udel sampai kabur dari konteks utamanya.
Tapi, para netizen pengangguran itu mana peduli? Mereka dengan passionate mengirimkan ujaran kebencian ke Beni, seolah-olah ngirim hate comment itu digaji. Mereka dengan semangat membara menghakimi Beni, seolah-olah mereka semua orang suci.
Waktu aku melihat kolom komentar di akun Instagram Beni, aku nyesek sendiri. Ditambah lagi berita-berita gosip yang menjamur beserta tanggapan netizen yang mengiringi. Astaghfirullah. Aku gak kuat ngeliatnya. Kalau itu kejadian di aku, mungkin aku udah gila.
Tapi enggak dengan Beni. Beberapa hari ke belakang, hampir nggak ada yang beda dari raut mukanya—mungkin karena ekspresi muka dia memang begitu-begitu aja. Yang beda dari Beni justru Kalei yang sekarang kemana-mana selalu membuntuti dia, bahkan ke kamar mandi pun sambil megangin tangan Beni.
Di hari saat rekamannya viral, aku coba mengajak Beni ngomong. Tapi istriku cuma jawab, "biarin aja, namanya juga netizen, tidak bisa dikendalikan. Tunggu saja beberapa minggu, pasti beritanya hilang sendiri."
"Nggak bisa gitu, dong, Ben!" bantahku lantang.
Beni dengan mata lelahnya menatapku. "Terus, harus gimana, Zai?"
Ditembak begitu, aku gelagapan. Ketahuan belum mikir solusi. Ya, gimana mau cari jalan keluar, wong aku masih penuh emosi. "Masih belum tahu, Ben. Kita cari solusinya bareng-bareng, yuk."
Beni hanya menggeleng singkat. "It's going to be okay."
"But you are not okay!" timpalku. Kemudian nggak ada tanggapan lagi dari Beni.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETyNU - Esai Tentang yang Nyaris Usai | GEMINI vol. 1
ChickLit"Saat kata pisah sudah di ujung lidah, pikirkan kembali masa saat semuanya masih indah." --- Setelah bertahun-tahun menikah tanpa keturunan, Mirza berharap Beni bersedia menjalani program kehamilan. Sementara Beni masih bersikukuh menunda momongan...