13 | Pressure

326 33 10
                                    

oOo

"Ayah, mama, hati-hati di jalan! Semoga perjalanan kalian menyenangkan!"

Sarada berucap ceria seraya memeluk Naruto dan Sakura. Kedua orang tuanya membalas pelukannya. Terutama Naruto yang memasang wajah haru.

"Sarada, jangan membuat kami berat untuk pergi." Ucap Naruto.

Mendengar itu, Boruto memutar bola matanya malas. "Kau terlalu berlebihan, ayah." Ejeknya pada Naruto yang memasang wajah sebal.

"Awas kau!" Ancam Naruto. Akan tetapi Boruto memilih mengabaikan ayahnya.

Tak lama sebuah kurva ia lukiskan membuat pemuda itu tampak menawan. "Bersenang-senang lah disana." Katanya dengan tulus. Ia memeluk Sakura sekilas membuat wanita merah muda itu tersenyum. Sakura mengusap surai kuning milik Boruto.

"Kalian berdua jaga diri, ya." Ujar Sakura. Setelah itu, dirinya mengait lengan Naruto dan berjalan menuju area penerbangan. Mereka melambaikan tangan sekilas pada Boruto dan Sarada. Kedua insan itu kembali melengkungkan senyum serta melambaikan tangan mereka.

Setelah Naruto dan Sakura menghilang di tengah kerumunan orang, perlahan senyuman itu memudar. Suasanya canggung kembali tercipta.

Boruto berjalan beriringan dengan Sarada, namun tidak ada yang membuka mulut. Hening dan tentu saja canggung. Suara mereka seolah enggan keluar. Ramainya bandara seperti tidak memiliki arti.

Sarada meraih ponsel putih miliknya. Jemarinya dengan lihai mencari sebuah kontak. Setelah menemukannya, ia menekan ikon hijau dan menaruh benda pipih itu di telinganya. Tak lama, suara sambungan pun terdengar.

"Chouchou!"

"Ada apa, Sarada?"

"Ayo berangkat ke kampus bersama."

Boruto terkesiap. Sebegitu tidak inginnya 'kah Sarada bersamanya?

Di sebrang sana Chouchou mengernyit bingung, "Bukannya kau berangkat bersama Boruto?"

"Tidak, jemputlah aku di bandara." Titah gadis raven itu.

"Kenapa di bandara? Apa yang kau lakukan disana?"

"Sudah jangan banyak bertanya! Kumohon cepatlah kesini, Chouchou!" Kesal Sarada.

Setelah menutup telepon, Sarada berjalan dengan cepat mendahului Boruto yang masih terdiam. Gadis berkacamata merah itu bimbang. Apakah ia perlu pamit pada Boruto?

Sarada menggeleng. Ia kemudian berjalan dengan langkah lebar. Tidak memedulikan Boruto yang berada di belakangnya. Sarada berharap Boruto paham.

Sedangkan Boruto hanya menatap punggung gadis itu sendu. Ia tidak berkata sepatah katapun. Sebenarnya ia tidak ingin hal seperti ini terjadi, tetapi mau bagaimana lagi.

Sarada lah yang membangun dinding.

Sarada lah yang membangun dinding

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
What if.. [BoruSara]Where stories live. Discover now