2. Tim belajar

18 22 6
                                    


Siang ini mereka tengah duduk melingkar dimeja bundar perpustakaan. Mereka tengah serius dengan buku masing- masing, tapi tidak untuk Sea anak itu lebih memilih tidur melengkung di pojokan dengan earphone yang menyumpal kedua telinganya.  Jangan lupakan dia si Pangeran Tidur

Mereka diberikan dispensasi untuk belajar diperpus guna mengikuti OSK, Kening Akar mengerut dalam saat ia membuka ponsel dan membaca pesan yang tertera. “Bakal ada anak baru di tim belajar kita, dari 10 G.” Semua atensi teralih pada Akar, tatapan tanya terlempar dari sorot masing- masing.

“Buka hp kalian.”

“Ahh mager, tinggal bilang juga.” Keluh Dirga sembari menggelosorkan kepalanya pada meja. Sedangkan akar hanya melirik Tirta.

Tirta menghela nafas “Namanya Bumantera Agia Gayatri, dia baru masuk setelah pertengahan semester 2. “ Meskipun jutek Tirta selalu menjadi pusat informasi untuk mereka, maklumlah ia anak inti dari club jurnalistik semesta dan pakar literasi bagi mereka yang kudet.

“Tumben betul ini sekolah mau masukin murid di pertengahan semester, biasanya sampe lima bangku kosong melompong susah buat nerima murid.” Gaha  berbicara tanpa meengalihkan pandangannya dari novel terbaru Akar yang sudah ia baca sejak lima hari yang lalu.

“Karna bapaknya si Tera ini tajir.” Jawab Dirga asal- asalan.

“Kalian tau kalo mau masuk semesta seleksinya ribet. Yang pasti bukan Cuma nilai.” Tirta melirik arloji ditangannya. “15 menit lagi bel.”

“Bangsat sialan!” Gaha menggerutu setelah melempar pelan novel yang ditulis Akar.

“Kenapa lo?” Akar terkekeh pelan karna ia sudah menebak jawabannya.

“Lo yang bener aja kalo ngetik.” Protes Gaha seraya mengemasi barangnya.

“Bukannya udah ngga kaget?” Alis Akar terangkat sebelah, Akar selalu menulis cerita dengan sad ending dan Gaha selalu menjadi pembaca setia kala novel miliknya terbit bahkan dari sebelum mereka kenal satu sama lain.  Waktu itu Gaha sangat excited untuk berkenalan dengan Akar, ia bahkan sempat meminta tanda tangan dibuku bersampul putih kesayangannya.

“Sesekali kek happy ending buat gue.”

“Suka- suka gue lah!” Akar bangkit saat mendapat lirikan mata dari Geo untuk menghampiri Sea yang setia melengkung di pojokan.

“Se, bangun Se udah bel ni. Lo mau nginep apa.”  Sea mengerjapkan matanya yang terasa kesat saat merasakan ada yang mengguncang pundaknya. Ia beranjak dari posisinya, memakai hoodie hitam yang sempat menjadi bantal untuknya tidur.

“Gue duluan ada urusan.” Geo memakai tas punggungnya dan melenggang keluar saat dipersilahkan oleh teman- temannya.

“Gue minta tolong.” Sea mendekati meja tempat mereka belajar.

“Kenapa?” Dirga dan Akar menyahut bersamaan.

“Gaga.” Sea menatap Gaha saja membuat Dirga dan Akar tidak jadi menuntut jawaban. Entah apa yang akan mereka berdua lakukan Dirga dan Akar tak boleh terlalu kepo.

“Oke Brou" Gaha berdiri terlebih dahulu. “Kuy lah cabut, parkiran dah sepi.”

“Tirta! TIRTAAAAA.” Teriakan itu terdengar nyaring saat mereka berjalan di koridor kelas 12. Tirta menoleh kebelakang dan mendapati kakak kelasnya bernama Aliya, Tirta tau karna Aliya selalu menempel pada Geo. Tirta menyuruh teman- temannya untuk berjalan duluan.

“Tirta Geo mana?” Kata gadis itu setelah berhadapan dengan Tirta.

“Geo udah cabut.”

“Kemana Ta?” Tirta menggeleng.

“Yahh… gimana si Geo! Katanya mau temenin ke gramedia.” Kesuhnya.

“Dia nggak ngabarin lo?” Kemudian Aliya segera membuka ponselnya.

“Nggak ada.”

“Sama gue ayo.”
 
“Eh? Lo nggak les Ta?”  Tanya Aliya ragu.

“Nggak.”

“Nggak usah deh, nanti si Dirga marahnya sama gue lagi karna dia berangkat les sendiri.”

“Jum'at libur, jadi sante aja.”  Kata Tirta.

“Gue hapal jadwal les lo ya! Senin selasa sepulang sekolah sampai jam 8, rabu kamis juga sama, jum'at sabtu jam 5 sampai jam 9. Iya kan?” Aliya tersenyum jumawa karena berhasil mengingat semuanya, entah alasan apa yang membuat dirinya menghafal detail jadwal les si kembar.
 
“hmm, tapi hari ini gue capek belajar dan mau nemenin lo.”
 
“Mending lo istirahat aja kalo beneran nggak berangkat, nah kalo mau besok minggu aja temenin gue cari buku sama hunting makanan seharian!!”

“Bisa.”

“Oke makasih Ta.”

“Iya, lo pulang naik apa?”

“Nunggu di jemput.” Aliya melihat arloji hijau toscanya.

“Lama, sama gue aja ayo"

“Nggak usah, kita nggak searah.” Tolaknya.

“Nggak papa, sekalian—” ucapannya terpotong saat ponsel miliknya bergetar, Dirga rupanya. Tirta melihat jam ditangannya kemudian menghela napas.

“Ya udah, hati- hati ya Al. Gue duluan.” Aliya melambaikan tangannya.

****

“Kenapa masih di sini?” Dirga berbalik badan saat suara Tirta merangsang telinganya.

“Sengaja mau liat kisah cinta bertebuk sebelah tangan.” Dirga terkekeh saat mengejek adik kembarnya.

“Sialan.”

“Gue laporin si Alan mampus lu.” Tirta melihat Dirga tanpa minat.

“Dia bokap lo bodoh.” Geram Tirta.

“Bokap lo juga!”

“Gue ngggak mau ke tempat les.” Kata Tirta.

“Bapak lo ngamuk mampus.” Dirga memakai helm full facenya.

“Ya lo nggak usah laporan.”  Decak Tirta

“Mana pernah si gue laporan, mata dia banyak. Tuh para bodyguard gemoy udah pada nunggu kita keluar. Lo si pake ketawan suka balapan liar. ” Dirga menggerakan dagunya ke depan, mengisyaratkan bahwa diluar sekolah ada anak buah dari ayahnya.

“Ahhh sial!” Gerutu Tirta. Hari ini ia sangat lelah untuk kembali menghadap buku.

“Udah ayo! Lo ditungguin malah nungguin.” Dirga menyalakan mesin motornya, mau tak mau Tirta mengikuti kemudian keluar dari gerbang sekolah menuju tempat bimbel yang sudah dijadwalkan oleh ayah mereka.

***

yourobunn!!!
eummm tolong jangan menirukan tutur kata yang nggak baik dan kekurang ajaran mereka🙏

mari jadi readers yang bijak, ambil yang baik tinggalkan yang buruk.

koreksi typo dan tinggalkan jejak! thankyou♡

Semesta dan RahasiaWhere stories live. Discover now