Masa Lalu (5)

774 95 0
                                    

Disinilah Adis berakhir sekarang, duduk didepan warung kelontong pinggir jalan bersama dengan Tara yang sedang meluruskan kakinya yang telah dibalut perban.

Setelah terkena lemparan tas kura-kura ninja adis tadi, motor Tara oleng dan menabrak trotoar jalan. Untungnya kecepatan motor Tara rendah saat itu sehingga motornya tidak rusak parah walaupun kaca spion kiri motornya pecah.

" Sekali lagi maaf ya bang, aku kira abang begal yang ngikutin aku tadi. " Adis akhirnya mengeluarkan suaranya setelah curi-curi pandang meneliti wajah Tara setelah sepertinya tidak menunjukkan bahwa Tara kesal, marah, atau jengkel sedikitpun. Padahal kalaupun marah, Adis siap menerima dengan lapang dada, karna ya memang Adis yang menyebabkan Tara jadi terluka seperti ini.

Tapikan Tara juga yang membuat Adis jalan kaki dan membuat muncul pikiran negatif dibenak Adis.

" Udahlah dis gak papa namanya lagi apes. " Tara terkekeh mendengar Adis yang akhirnya mengeluarkan suara. Bukannya Tara tidak tahu kalau dari tadi tetangganya ini mencuri-curi pandang kepadanya seperti hendak mau mengatakan sesuatu.

" Lagian kamu kenapa sih pake lempar-lempar tas segala? Untung aja cuma abang yang kena coba kalo yang lain? " Mengarahkan pandangannya kejalan Tara melihat lagi jalan disini yang lumayan sepi, wajar saja jika Adis mencurigainya sebagai begal, salah Tara juga yang kelupaan dan akhirnya terlambat menjemput Adis disekolah yang pada akhirnya membuat tetangganya ini berjalan kaki melewati daerah ini.

" Ya kan adis pikir abang tuh begal tadi, lagian kalo tadi bukan abang udah pasti begal, "

" Eh tapi bang , Abang tau darimana Adis pulang lewat sini? " Imbuh Adis.

" Dari pak Adang , katanya kamu udah pulang jalan kaki lewat sini "

Adis sepertinya besok harus berterima kasih pada pak Adang, berkat pak Adang kaki Adis tidak jadi linu sana sini gara-gara jalan kaki, dan kelihatannya linu kakinya berganti ke Tara.

Melihat kaki Tara yang dibalut perban memunculkan satu pertanyaan dibenak Adis.

Apakah Tara masih sanggup bawa motor saat kakinya dalam keadaan luka begini?

Keadaan ini membuat Adis serba salah, jika Adis menawarkan diri untuk memboncengkan Tara, Adis masih amatir bawa motor. Tapi membiarkan Tara membawa motor, Adis jadi merasa tidak punya simpati dan empati karena membiarkan Tara membawa motor padahal dalam keadaan terluka.

Setelah banyak pertimbangan Adis akhirnya memutuskan untuk memilih pilihan pertama , setidaknya Adis akan basa-basi dulu menanyakan apakah dalam keadaan seperti ini Tara sanggup membawa motor, walaupun dalam hati Adis berdoa semoga tara menolak tawarannya tersebut

" Bang masih sanggup enggak bawa motornya, Adis aja ya bang yang bawa? "

Tara mengalihkan pandangannya yang semula menatap jalanan ke arah gadis disampingnya ini.

'Maksudnya Adis berniat membocengkan Tara begitu? ' tanya Tara dalam benaknya.

Tara mengangkat salah satu alisnya mendengar tawaran Adis, perasaan ragu menyelimuti benak Tara akan tawaran tersebut, karena sepanjang Tara mengenal Adis, Tak sekalipun Tara melihat Adis membawa motor. Sebenarnya Tara ingin menolak tawaran tetangganya ini, tapi melihat Adis yang entah mengapa saat ini terlihat lucu dimatanya, membuat Tara ingin mengerjai Adis sebentar saja.

" Oke gapapa deh , bentar abang ambilin motornya" Tara menahan senyum setelah mengucapkan kalimat itu, dia melihat wajah Adis yang sedikit terkejut dan bingung. tapi, dia tetap melanjutkan langkahnya kearah motor motornya dan menuntunnya mendekat de arah adis berdiri

Adis jadi makin panik ketika motor Tara sudah ada didepannya. Tara yang melihat raut panik Adis saat ini, seketika merasa nyeri dikakinya hilang berganti dengan nyeri lain didada Tara akibat luapan perasaan bagian yang dia tahan.

" Ayo dis ! kok malah bengong? "

" Eh iya bang "

Pertanyaan Tara membuat Adis perlahan menaiki jok bagian depan motor. Adis meyakinkan dirinya agar tetap percaya diri walaupun sebenarnya Adis sadar diri, tak lupa adis berdo'a agar setidaknya kalaupun Adis sampai terjatuh dari motor, paling tidak Tara jangan sampai lecet lagi.

Adis akhirnya mulai memencet tombol starter motor tara dan menarik pelan gas motor, tapi motor Tara tidak mau menyala.

Sekali lagi Adis mencoba menstrater motor Tara, tetap tidak bisa. Sementara tara yang berada di belakang Adis berusaha menahan tawa akan kepolosan Adis, tetapi kemudian dia merubah ekspresinya dan berpura-pura memainkan ponselnya ketika melihat Adis melirik nya lewat kaca spion motor.

" Bang kayaknya motornya ikutan mogok deh gara-gara jatoh tadi" ucap Adis akhirnya setelah beberapa kali gagal menyalakan motor Tara.

Melihat wajah Adis yang sudah terlihat lelah dan pasrah membuat Tara tak tega untuk melanjutkan rencananya menjahili adis. Tara kemudian menyusupkan tangan kanannya kedepan melewati tangan kanan adis yang waktu itu masih memegang stang motornya.

" Jelas mogok lah dis kuncinya aja belum dimasukin"

Tara tidak sadar tindakkanya itu membuat badannya sedikit menempel kepunggung Adis sedangkan kepalanya berada tepat disebelah kanan kepala adis, Adis reflek menoleh ke arah kanan dimana dari sisi ini wajah samping Tara dekat dengan wajahnya. sontak saja, Tara juga menoleh ke kiri kearah Adis dan kini mata keduanya saling bertemu.

Wajah yang jarang Tara tatap itu akhirnya terlihat jelas saat ini, mata Adis yang bulat, serta bola matanya yang berwarna hitam pekat, membuat Tara terbius dan tak mau mengalihkan pandangannya untuk saat ini. Kemudian Tara beralih melihat ke pipi Adis yang sedikit berwarna kemerahan mungkin karna sedari tadi terkena sinar matahari, lalu turun kearah bibir Adis dan...

Pemandangan wajah Adis tidak bisa Tara nikmati lebih lama karna Adis dengan cepat mengalihkan wajahnya kedepan.

Keduanya terlihat salah tingkah apalagi Tara yang niatnya mengerjai malah dia yang jadi linglung sendiri.

Adis pun menjadi canggung setelah melihat wajah tara yang berada didekatnya tadi apalagi punggungnya yang menempel dengan tubuh bagian depan Tara membuat keduanya terlihat seperti saling berpelukan dari belakang.

" Udah dis abang aja yang bawa, abang tau kok kamu gak bisa bawa motor"

Tak mau lama- lama menghadapi kecanggungan yang diciptakan nya sendiri tara kemudian turun dari motornya dan menepuk pundak adis yang masih berada diatas motornya. Menoleh sebentar ke arah tara yang tersenyum padanya tara segera beranjak dari motor tara.

" Hehe untung abang tau"

Keduanya akhirnya pulang dengan kebisuan setelah kejadian tatap menatap tadi sepertinya membuat sesuatu dalam diri mereka sedikit berbeda terutama Tara yang seperti saat ini berusaha fokus mengendarai motornya yang malah terganggu bayang-bayang wajah adis tadi.

Tara memang tau adis sejak adis masih berseragam merah putih, gadis cilik yang sering main kerumahnya untuk diajari PR itu memang memiliki wajah cantik sejak kecil tapi Tara tidak terlalu memperhatikan penampilan dan wajah adis dulu baginya adis sudah seperti adik perempuannya dan mungkin adis juga menganggap Tara sebagai kakak laki-lakinya walaupun setelah mereka sama-sama memasuki usia dewasa keduanya jarang bersama, dan hari ini sepertiny tara melihat sosok yang berbeda dari adis.

Adis bukan lagi anak kecil dengan model rambut dora seperti yang dikenalnya, memang selama ini Tara kemana saja sampai tidak menyadari perubahan pada tetangga itu ?

Tbc.

----------------------------
Bab ini ternyata dikit banget.. 🤣
Janji deh bab selanjutnya bakal lebih panjang lagi

Roda Yang Terhenti Where stories live. Discover now