PROLOG

522 49 20
                                    

Kabut hitam berlayar diatas kepala gadis itu saat kakinya melangkah memasuki sebuah kastil tua yang terlihat sangat tidak asing lagi dimatanya. Dia memejamkan mata sepersekian detik saat merasakan udara yang dingin menerpa wajah cantiknya begitu saja.

Setitik demi titik air hujan mulai membasahi tanah dengan begitu lebat, yang mana langsung membuat gadis itu mengeratkan cardigan yang sedari tadi dipakainya. Ia lalu menaruh topi berwarna hitam yang sedari tadi menghalangi air hujan agar tidak mengenai wajahnya begitu saja ketanah. Langkahnya tertatih diantara celah-celah bebatuan kastil kuno, mencoba menyeimbangkan diri agar tidak terjatuh dengan begitu konyolnya.

Gadis itu masih saja melangkah kedalam kastil yang sangat-sangat kuno ini. Gelap. Sunyi. Di bebatuan kuno yang terasa keras nan lebab akibat hujan ini. Gadis itu masih mencoba untuk mencari sesuatu yang sudah lama ia lupakan.

Ia masih ingat dengan sangat jelas, walau itu sudah 4 tahun yang lalu. Sebuah waktu yang tak bisa dibilang singkat. Karena di tempat ini, ia masih bisa merasakan segala detail pada waktu itu, walaupun saat itu ia tak dapat percaya dengan kejadian itu. Karena itu sungguh benar-benar terjadi diluar logika manusia biasa.

Tiba-tiba saja. Suara lantunan pelan dari sebuah piano tua terdengar begitu saja, alunan yang sangat ia hafal betul, suara dengung aneh dari kastil ini. Serta terpaan angin dingin membuat suasana kastil ini semakin mencengkram. Tapi entah kenapa, gadis berambut hitam panjang itu tidak takut sama sekali walaupun hanya ada dia sendirian disini.

Manik mata hitam itu menatap lekat lorong-lorong kastil ini. Kaki ramping itu semakin liar berjalan cepat memasuki kastil terbengkalai ini, dedaunan dan akar-akar yang menjalar tak ia perdulikan. Tangannya bergetar dengan begitu hemat. Ia masih saja berlari ke sebuah lantai yang berada dipaling tinggi di kastil ini. Mencoba untuk berlari secepat mungkin. Ini belum terlambat. Karena ini adalah kesempatan terakhir setelah bertahun-tahun ia pergi.

Tempat ini semakin terasa familiar. Satu-satunya yang gadis itu ingat adalah piano besar hitam serta sebuah lemari kayu yang begitu kuno.

"Huft.. huft...huft..." Erang gadis itu. Ia lalu memutar mata kesekeliling tempat. Ini semakin tak berpetunjuk. Apa mungkin ia salah? Ditempat yang menjadi satu-satunya petunjuk agar ia dapat bertemu dengan dia?

Ting... ting... ting... ting...

Gadis itu membisu tapi jantungnya berdetak dengan begitu kencang. Senandung piano yang sedih nan memilukan itu masuk begitu saja di gendang telinganya. Berpadu dengan suara hujan yang begitu deras membasahi kastil tua ini. Ia langsung saja kembali berlari menuju arah sumber suara itu, suara bagai sebuah cahaya dalam kegelapan. Nada-nada itu semakin dekat dan dekat.

Ia tidak salah. Ia yakin jika ini benar-benar dia. Karena alunan piano ini adalah ciptaan gadis itu sendiri. Dan hanya ia dan dia saja yang tau lagu ini.

Apa gadis itu sudah menemukannya? Dengan cepat, ia memalingkan muka kesegala arah. Hingga manik mata hitam tertuju pada satu titik

Tak mungkin!, batin gadis itu menjerit!.

Seorang pria dewasa tengah terduduk sambil memainkan sebuah piano tua, Jari lentiknya berhenti tepat ketika mata mereka saling bertubrukan. Apalagi pria itu memandangi dirinya dengan raut wajah yang membuat ia ingin menangis sekarang juga. Sesuatu yang tak pernah berubah walaupun sudah 4 tahun berlalu.

Gadis itu membatu, tapi bukan takut. Ia hanya terlalu bahagia sampai tak tau apa yang harus di lakukan detik ini juga.

"Apakah kau...." gadis itu tercengang. Menatap wajah yang sudah membuat dirinya jatuh begitu dalam.

Pria itu menghela nafas berat, menggeleng dengan ekspresi yang sama seperti dirinya. Raut wajah yang tak percaya dengan kenyataan yang baru saja terjadi. Untuk sejenak, hanya suara rintikan hujan yang menghiasi keheningan panjang ini. Pria itu berdiri dengan tegak, dan mulai berjalan menuju kearah dimana gadis itu tengah berdiri mematung.

"Kenapa lama sekali?" ujarnya dengan raut yang tak bisa ditebak. Senang, tak percaya atau marah?. Tapi sorot matanya mengandung kesedihan yang tak bisa di teliti lebih jauh "Aku sudah menunggumu bertahun-tahun disini. sendirian."

Ia melangkah untuk semakin mendekati tubuh kokoh yang terlihat tak terawat itu. Nafasnya seketika berhenti dengan spontan. Benar saja. Tangan mungil itu langsung terangkat untuk mengelus wajah tampan yang tak berubah sama sekali

"Aiden?" panggil gadis itu dengan begitu parau. Ia berharap jika Aiden tidak marah setelah menunggu terlalu lama. Sangat lama.

Aiden tersenyum tipis sambil menatap gadis di hadapannya. Ia terlihat terkejut, tetapi tak lama.

"Alora?" Itu adalah kalimat pertamanya setelah 4 tahun ini. Alora begitu yakin jika Aiden sangat kecewa. "Kemana saja kau selama ini?"

"Maaf. Ingatanku terhapus begitu saja. Aku baru mengingatnya beberapa hari yang lalu. Dan sangat sulit untuk menemukan tempat ini."

Aiden lanjut mengelus tangan Alora yang berada dipipinya "Berjanjilah kepadaku. Jangan lagi meninggalkanku begitu saja. Ini terlalu sakit. Sakit sekali."

Darah Alora seketika berdesir. Ia tidak tau pasti, tapi melihat wajah pria yang paling ia cintai menjadi seperti ini. Benar-benar membuat dirinya merasa bersalah.

Aiden lalu mengengam tangan Alora erat. Dada gadis itu terasa panas. Lelehan air mata mulai berjatuhan. Seharusnya ia tau dari awal konsekuensinya. Tapi ia sudah bermain terlalu jauh. Dan pada akhirnya, ia luluh dengan makhluk mitos yang sedari tadi berdiri dihadapannya ini dengan begitu gagah.

"Maaf, tapi sekarang, sudah tidak ada yang dapat memisahkan kita lagi. Aku ikut dengan mu. Didunia para kaum immortal." Tegas Alora tak terbantahkan.

Aiden seketika tersenyum dengan bahagia "Sekarang. Mulai detik ini. Kau adalah milikku. Karena sampai kapanpun kau akan tetap menjadi mate-ku. Mine!"

▪︎▪︎▪︎

Hi!

Prolog sudah hadir untuk cerita ketigaku.

Dan untuk chapter 1 masih dalam coming soon. Aku nggak tau kapan akan update chapter 1. Tapi yang pasti dalam waktu dekat(*kayaknya) Tapi kalau kalian mendukung cerita ini dengan begitu semangat. Mungkin chapter 1 akan rilis dalam waktu yang benar-benar dekat.

Aku rilis cerita ini biar draf yang ada di akun ku kosong. Wkwk

Btw, apakah kalian suka dengan prolognya?

Bagaimana dengan cover novel ini?

Kira-kira, menurut kalian. Aiden itu makhluk immortal apa?

Dan tentu saja aku berharap kalian akan suka dengan ceritaku ini. Karena genrenya is always fantasy. Jadi aku harap kalian tidak bosen dengan dunia fantasy yang aku buat. (*authornya pecinta fantasy).

Tapi walaupun aku merilis cerita ini. Aku masih tetep menfokuskan diri pada cerita "IT WAS JUST A DREAM". Karena aku udah update cerita ini terlebih dahulu. Jadi aku harap kalian mengerti hehe

Jadi, selamat datang ke dunia fantasi ke tiga milikku. Semoga kalian semua menikmati perjalanan di dunia fantasy ini.

▪︎▪︎▪︎

▪︎▪︎▪︎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▪︎▪︎▪︎

"SELCOUTH"

IS COMING SOON!
A.S.A.P.

STAY TUNED!
-RYN

▪︎▪︎▪︎

SELCOUTHWhere stories live. Discover now