Chapter 5

178 16 2
                                    

Aiden menatap ketiga belas prajurit di hadapannya dengan tajam serta manik mata yang sudah berubah menjadi warna merah. Menandakan jika sang Kaisar itu tengah di selimuti oleh emosi.  "Siapa diantara kalian yang menyentuh gadis manusia itu?"

Pertanyaan tersebut langsung saja membuat para prajurit itu saling melirik satu sama lain. Merasa bingung dengan pertanyaan yang baru saja Aiden bicarakan. Tapi, tanpa bisa menghindar. Enam orang langsung keluar dari barisan. Berusaha menjadi prajurit yang setia dengan bersikap jujur kepada sang Kaisar.

Tapi sayang, tindakan tersebut malah membuat aura yang di keluarkan Aiden semakin mencengkam. Sungguh, sejujurnya Aiden sudah berusaha mati-matian untuk bersikap masa bodo dengan gadis manusia itu. Tapi saat melihat tubuh dari gadis itu yang terluka di beberapa sisi. Perasaan amarah sudah tidak dapat Aiden tahan lagi. Egonya memang sudah berusaha menolak untuk peduli. Tapi hatinya sangat tidak suka melihat gadis itu terluka. Gadis yang tak lain dan tak bukan adalah mate-nya sendiri.

"Yang Mulia. Apakah kami berbuat salah?"

Aiden terdiam. Tak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan bodoh itu "Selain enam prajurit dihadapanku ini. Kalian semua boleh pergi."

Tanpa banyak bicara dan membantah. Para prajurit tersebut berbalik badan dan pergi dengan begitu rapinya. Tak ada satupun diantara mereka yang berani menolak ataupun bertanya tentang apa yang terjadi. Maka dari itu, mereka pergi meninggalkan teman sesama prajuritnya dengan pikiran yang bertanya-tanya tentang kesalahan apa yang telah diperbuat hingga sang Kaisar tiran itu terlihat begitu marah besar. Dan sepeninggal prajurit tadi. Kini, ruangan itu entah kenapa terasa semakin mencekam. Apalagi Aiden hanya terdiam di tempat dengan rahang yang sudah mengetat serta urat yang tampak menonjol di dahi.

Hingga beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja salah satu dari ke-enam prajurit itu melayang dan jatuh tepat di kaki Aiden dengan begitu kerasnya. Prajurit ini memiliki badan yang lebih besar dan berotot daripada para prajurit yang lain. Sehingga Aiden merasa terusik saat membayangkan jika prajurit ini dengan begitu leluasanya menyakiti gadis manusia itu.

"Ya-yang Mu-mulia.... A-apa salah sa-saya?" Dengan posisi yang masih berada di lantai tepat di bawah kaki Aiden. Prajurit itu membungkuk dengan begitu takut saat merasakan aura yang Aiden keluarkan. Sebagai prajurit yang telah melalui berbagai macam peperangan, ia paham betul tentang aura yang di keluarkan oleh Aiden. Ini aura membunuh yang sangat luar biasa.

"Tidak ada."

"Ya-yang Mulia, Ha—"

Ucapan itu seketika terpotong saat Aiden dengan kurang ajarnya menginjak kepala prajurit itu hingga menyentuh tanah yang kotor ini. Kaki itu menekan dengan begitu kuatnya kepala prajurit itu, begitu kuat sampai prajurit itu meringis pelan saat merasa jika saja kepalanya bisa pecah jika sang Kaisar menambah kekuatan pada tekanan kakinya itu.

"Apa yang kau lakukan dengan gadis manusia itu?" Aiden bertanda dengan tangan yang tiba-tiba saja mengeluarkan asap berwarna ungu kehitaman. Lalu sedetik kemudian, tangan itu kini sudah terdapat sebuah pedang yang terlihat begitu tajam serta mematikan "Kau harus berhati-hati dengan ucapanmu. Karena jika kau salah bicara satu kata saja. Pedang ini akan menembus kulitmu dalam hitungan detik."

"Sa-saya hanya..." Prajurit itu meneguk ludahnya dengan kasar saat merasakan jika tengorokannya terasa begitu kering. Apalagi penjara bawah tanah ini begitu penggap dan memiliki bau yang sangat anyir. Hingga membuat suasana hatinya menjadi tak karuan. "Ya-yang Mulia. Ma-maafkan saya.  To-tolong ampuni sa—"

Slash!

Suara perpaduan antara pedang dengan daging itu memenuhi ruangan yang terasa sunyi ini. Apalagi para prajurit yang masih berbaris di depan Kaisar itu langsung tersentak saat kepala dari temannya itu sudah putus dan mengelinding karena sang Kaisar dengan santainya menedang kepala itu kearah mereka.

SELCOUTHWhere stories live. Discover now