Chapter 4

174 23 4
                                    

Semenjak perjalanan dari kastil terbengkalai itu. Alora tidak berhenti untuk bertanya-tanya tentang tempat ini. Apalagi dengan bahasa yang sekarang ini ia dengar sekarang. Karena sungguh, ini seperti bahasa yang benar-benar kuno. Tapi kenapa ia bisa mengerti apa yang mereka ucapkan?! Seakan-akan memang bahasa ini sudah ia pelajari sejak ia masih kecil. Ini aneh. Apalagi tatapan para makhluk itu membuat Alora sangat ingin menonjok wajah mereka. Sial, sepertinya Alora akan mati kali ini. Ia sudah pasrah. Lagipula, akan sangat sulit bagi dirinya untuk kabur.

Dan setelah berjalan cukup lama. Sekarang ini, Alora sudah berada di sebuah tempat yang bisa dilihat jika ini merupakan penjara bawah tanah. Sudah Alora tebak, jika ia dijemput oleh pasukan bersenjata lengkap seperti itu. Pasti ia akan di perlakukan dengan sangat tidak baik. Malah ia lebih diperlakukan seperti seorang penajahat buronan kelas kakap.

Ini sungguh menyebalkan, padahal ia baru saja menginjak umur 18 tahun dan belum ada sebulan semenjak ia lulus dari SMA. Masih banyak hal yang ingin ia lakukan di masa depan. Dan jika keadaanya seperti ini terus. Sepertinya ia benar-benar harus menyerah dengan hidupnya sekarang. Karena pasti ia akan mati cepat atau lambat.

Dengan langkah pelan dan sedikit pincang, Alora menatap kesekeliling lorong super gelap dan amis ini. Bercak darah yang sudah mengering tersebar luas di dinding-dinding batu nan kokoh itu. Dan saat ia berjalan di beberapa belokan. Alora dapat melihat puluhan penjara yang diisi oleh makhluk-makhluk yang begitu aneh. Walaupun ada beberala yang menyerupai manusia. Tapi Alora yakin jika mereka bukan manusia seperti dirinya. Bentuk dari makhluk-makhluk itu juga seakan berasal dari berbagai film fantasi yang pernah Alora tonton.

Okay, tenang Alora. Jangan panik. Kalau  panik nanti kamu cepet mati. Tenang sambil berpikir cara untuk hidup lebih lama, batin Alora.

Gadis itu mendesah pelan. Dengan tangan yang sudah terborgol oleh sebuah besi, manik mata hitan kelam milik Alora menatap rantai besi yang terhubung dari borgolnya kearah tangan seorang prajurit berbadan kekar di depannya. Prajurit itu sedari tadi menariknya untuk berjalan lebih cepat, hingga terkadang membuatnya hampir terjatuh beberapa kali. Dan tarikan itu juga membuat Alora sempat tersandung sesuatu hingga jatuh dengan begitu kerasnya. Kejadian itu juga yang membuat ia kini berjalan pincang. Sepertinya pergelangan kaki kanannya terkilir tanpa sengaja. Dan itu semua berkat prajurit sialan itu. Oh ayolah, dia prempuan. Seharusnya prajurit itu lebih gentlemen sedikit untuk memperlakukannya dengan baik.

Lalu, setelah berjalan cukup lama, beberapa menit kemudian. Langkah Alora terhenti tepat depan sebuah pintu besi. Pintu itu terlihat begitu kokoh hingga Alora tak yakin tentang apa yang akan terjadi dengannya di dalam nanti, melihat bagaimana pintu ini yang sengaja dibuat untuk menghalau apapun agar tidak bisa dirusak dengan mudah.

Krieeettt...

Suara decitan engsel pintu bergema memenuhi penjara bawah tanah yang amis ini. Tapi baru terbuka sedikit. Tubuh Alora sudah didorong masuk dengan begitu kasar. Tangannya yang di borgol juga ditarik dari sebuah rantai yang menempel di borgol itu.

Alora meringis pelan, tangannya sakit. Sungguh, borgol itu terasa seperi menyayat pergelangan tangannya. Di tambah dengan ruangan ini yang terasa sangat amat mencengkam. Apalagi bau amis di ruangan ini lebih kiat daripada lorong tadi. Semua ini membuat Alora tidak mau berharap lebih banyak lagi dengan hidupnya.

Ruangan ini sudah pasti tempat eksekusi.

"Semoga kemakmuran selalu menyertai kekaisaran Godswrell." Seru pengawal yang selalu menarik Alora dengan kasar. Dan suara itu juga yang membuat Alora yang sedari tadi menunduk untuk menatap tangannya kini mendongak. Menatap seseorang yang kini hanya berjarak kurang dari lima meter di hadapannya.

SELCOUTHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora