Chapter 1

270 31 6
                                    

"Sumpah! Capek banget hari ini." Ricau seorang gadis berambut hitam panjang itu sambil menyenderkan tubuhnya di tembok.

Gadis berdarah Indonesia-Norwegia itu, baru saja sampai di tanah kelahiran sang Mamanya yang memang orang Norwegia asli. Ia baru saja mendarat setelah berjam-jam lamanya berada di dalam pesawat. Hingga kini, ia dan kedua kakak laki-lakinya itu masih saja berdiri di dekat jalan raya bandara, guna menunggu kedua orang tua mereka yang mana memang sudah berada di negara ini terlebih dahulu.

"Sama. Rencana mau holiday tapi malah capek kayak gini. Mana rumah Kakek jauh banget lagi dari pusat kota." Itu suara seorang laki-laki yang kini juga tengah menyenderkan tubuhnya di tembok. Dengan kaki yang sedari tadi menendang-nendang koper hitam besar miliknya.

Sedangkan seorang pria yang merupakan orang yang paling tua diantara dua orang tadi hanya bisa menghela nafas berat. Sebagai kakak tertua. Ini pasti akan menguras mental jika kedua adiknya sudah sefrekuensi seperti ini.

"Dari pada kalian ngomel terus. Mending salah satu dari kalian coba telfon Papa atau Mama. Ponselku mati soalnya" Kedua orang itu seketika langsung melirik satu sama lain.

"Kak Novan aja yang telfon. Aku lagi hemat baterai nih. Power bank-ku juga udah habis." Seru gadis itu sambil menyengol lengan sang Kakak

Tanpa menjawab. Novan langsung saja mengambil ponsel miliknya. Lalu mengibas-kibaskan ponsel itu di udara "Sayangnya baterai ponselku juga udah habis."

"Alora."

Gadis yang di panggil Alora itu seketika saja menatap kakak tertuanya dengan malas. "Sialan kalian berdua!"

Bukannya marah. Kedua laki-laki itu hanya terkekeh ringan. Lagipula, mana mungkin mereka marah dengan tingkah adik kecil mereka. Ya walaupun adik kecilnya itu sedikit bar-bar. Tapi tetap saja. Alora tetap adik kecil mereka.

"Nih. Kak Zaco telfon sendiri." Suruh gadis bermanik hitam kelam itu sambil menyerahkan benda pipih kepada kakak tertuanya.

Tanpa banya bicara. Zaco langsung saja mengambil ponsel tersebut lalu dengan cepat menelfon Papa-nya. Mereka bertiga sudah cukup lelah selama perjalanan ini. Dan mereka benar-benar butuh istirahat. Tapi baru saja ingin menekan tombol call. Sebuah mobil hitam kini terhenti tepat di depan mereka.

Dan tentu saja itu membuat Alora dan Novan yang sedari tadi saling mem-bully satu sama lain langsung menghentikan aksinya. Apalagi saat melihat seorang pria berumur keluar dari dalam mobil dengan senyuman bahagia.

Tanpa banyak bicara. Alora langsung saja mengambil ponsel yang berada di tangan Zaco dan masuk begitu saja kedalam mobil "Kak Zaco sama Kak Novan yang baik hati dan tidak sombong. Tolong masukin kopernya Alora, ya? hehe"

"Dasar bocil!" ujar Novan pelan yang mulai berjalan untuk menaruh koper-koper itu ke bagasi mobil

"Siapa yang bocil? Aku udah 18 tahun." Balas Alora tak terima. Kepala gadis itu keluar dari jendela mobil dan menatap Novan dengan tatapan tajam.

"Masih bocil, soalnya kamu lebih muda daripada aku."

"Elah, cuma beda 3 tahun doang!"

Novan yang sudah memasukan semua koper itu langsung berjalan kearah kursi penumpang "Itu sama aja. Dan sekarang masukin tuh kepala. Jangan lupa geser. Yang mau duduk disitu bukan kamu doang."

Karena malas berdebat. Alora dengan segera memperbaiki posisi duduk dan bergeser. Manik mata itu kemudian menatap ke kursi kemudi. Tepat dimana sang Papa yang udah duduk dengan sempurna. Tak lupa juga dengan Zaco yang juga sudah duduk di sebelah Papanya.

SELCOUTHWhere stories live. Discover now