014

1K 165 57
                                    

Hai reader's ku!!

Udah lama libur tapi aku baru libur hari ini
Jadi saya memutuskan untuk update
Sad, padahal tinggal seminggu hingga masuk sekolah

Oh iya, maaf tidak jadi up kemarin karena...wifi mati:(

Oke, happy reading

Warning!!⚠️
Chapter ini mengandung banyak
teori tidak masuk akal.
Harap untuk tidak mempercayai
apa yang ada didalamnya!
Tolong jangan terlalu memikirkannya
setelah membaca!
Saya tegaskan cerita ini dibuat hanya
untuk menghibur pembaca!!

R15+
Saya takut ada anak-anak yang akan salah mengartikan chapter ini. Yah, anda pasti paham maksud peringatan saya.

.<°•°>..<°•°>..<°•°>.

Chapter sebelumnya


"Bangkit!" Asap hitam mulai keluar dari patung zirah itu tepat setelah (Name) mengatakan kata kebangkitan.

[Peringatan!]

[Proses Pembangkitan Bayangan 'Gagal']

[Skill Dibatalkan]

[Sisa percobaan : 2]

"??HAH?!"

[Sejumlah konstelasi tertawa keras sekaligus merasa bingung]

Di sisi lain seorang wanita terkekeh melihat wajah shock gadis itu.

"Pfft-kau harus lebih teliti, kau melewatkan hal penting~"

.<°•°>.
Chapter 014
The Red Witch


"Sebenarnya, apa yang salah?"

Gadis itu merasa bingung, dirinya melihat sekeliling dan matanya terpaku pada peti mati yang sejak awal berada ditengah ruangan. Kakinya melangkah, entah kenapa dirinya merasa harus mendekati peti itu.

Tangan kanan (name) terangkat untuk mengelus peti mati itu. Dirinya jadi teringat ketika kedua orangtuanya yang meninggal saat dirinya masih kecil dan awal mula dari segalanya yang berubah menjadi kepedihan dunia.

"Sial! Kenapa aku harus teringat di saat seperti ini." Katanya kesal, dadanya terasa sesak namun dirinya tidak ingin menangis hanya karena teringat hal yang sudah berlalu.

Tiba-tiba bola kristal berwarna ruby diatas peti mati itu bersinar terang seolah ingin membutakan seseorang membuat (name) secara reflek mengangkat kedua tangannya untuk menutup mata.

'Apa itu??'

"Oh! Jadi itu kau, ya?"

(Name) menurunkan tangannya, spontan memasang sikap bertarung saat mendengar suara seorang wanita.

"Eh?" Gadis itu baru menyadari, dirinya tidak berada di ruangan klasik itu. Tempat dia berdiri saat ini adalah sebuah tempat tanpa ujung yang terang dan menenangkan seperti langit siang hari.

Kepalanya menoleh ke bawah, menyadari dirinya berdiri diatas air yang begitu tenang, air yang memantulkan pemandangan langit seolah itu adalah cermin.

Melihat pemandangan disekitarnya membuat emosi (name) perlahan menjadi stabil. Terlebih lagi wanita di depannya yang terus tersenyum ramah membuat (name) secara naluri menyadari bahwa wanita itu bukanlah ancaman.

Omniscient Reader's Viewpoint X Reader   [Fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang