Bab sembilan

6 0 0
                                    

Adit telah menyelesaikan semua kegiatan kampusnya, itu berarti dia harus segera kembali ke Jakarta. Namun, dirinya bingung dengan kembali ke Jakarta berarti dia akan berpisah dengan Inez.




Dia tidak mau sampai hal itu terjadi, Karena perasaan cintanya sudah begitu dalam. Apalagi hubungan keduanya sudah sangat jauh.



Teman-teman Adit, memutuskan untuk liburan satu hari lagi di sana, sebelum mereka kembali. Apalagi selama di sana tidak ada waktu untuk melakukan hal itu.


“Lo yakin tidak ikut?” tanya Romi.



“Gak, kalian aja,” jawab Adit.



“Baiklah, kalau begitu kita jalan dulu. Jangan menyesal nanti,” ucap Romi. Dia mengatakan hal itu sebelum dirinya pergi meninggalkan Adit.



Adit masih bermalas-malasan di atas tempat tidur, dia sengaja tidak ikut  karena ingin menghabiskan waktu dengan Inez. Sebelum mereka berdua bertemu, Adit masih mempunyai waktu untuk bersantai.



Inez merasa heran karena kali ini ibunya belanja hanya sedikit, hingga membuatnya bertanya-tanya.



“Bu, tumben sekali belanjanya sedikit?” tanya Inez. Karena rasa penasarannya yang besar, membuat dia berani menanyakan hal itu.



“Karena hari ini, terakhir kali ibu memasak untuk mereka,” jawab Nilam.



Inez terdiam sejenak sambil mencerna maksud perkataan ibunya, cukup lama hingga dia tersadar berarti itu tandanya ini terakhir Adit berada di sana.



“Berarti mereka akan segera pulang?” tanya Inez. Seketika badannya bergetar, memikirkan bagaimana kelanjutan dari kisah cinta antara dirinya dan Adit.



“Iya Neng, kenapa kamu kaget?” ucap Nilam. Tentu dirinya sadar mendengar nada bicara Inez yang seperti terkejut saat mendengar hal itu.


“Siapa yang kaget? Itu hanya perasaan ibu saja,” jawab Inez. Dia kembali fokus membersihkan sayuran, walau jauh di dalam hatinya begitu sangat sedih.



“Oh iya neng, nanti kamu bisa ke sana tidak?” tanya Nilam. Mengingat dirinya akan repot sekali.



“Memang ibu tidak ke sana?” jawab Inez.


“Ibu pasti ke sana, tapi selesaikan semua ini dulu. Apa kamu tidak masalah kalau duluan?” tanya Nilam.


“Iya Bu, nanti selesai ini,” jawab Inez.



“Nanti aja ibu yang selesaikan,” ucap Nilam. Yang langsung meraih sayuran dari tangan Inez.



“Kalau begitu, aku pergi dulu,” ujar Inez sambil beranjak dari duduknya.



“Kamu hati-hati,” jawab Nilam.



Inez hanya mengangguk sebagai jawaban.



Saat perjalanan menuju ke rumah yang Adit tempati, tidak sengaja dia bertemu dengan Dian. Karena sudah cukup lama tidak bertemu keduanya memutuskan untuk mengobrol sebentar.



“Kamu ke mana aja? Sudah lupa sama aku?” tanya Dian. Dia merasa kecewa karena Inez sudah lama tidak datang ke rumahnya, membuat dia berpikir kalau sahabatnya itu telah melupakannya.



“Kamu kenapa ngomong gitu? Aku sibuk membantu ibu,” jawab Inez.


“Apa sesibuk itu? Sampai tidak punya waktu untuk bermain?” tanya Dian.



Sebenarnya dia merasa heran dengan perubahan sikap Inez, bahkan merasa kalau sekarang sahabatnya itu telah banyak berubah.


“Maaf, lain kali aku janji. Akan datang ke rumah kamu,” ucap Inez.


“Janji iya,” jawab Dian.



“Iya, aku duluan. Nanti kita lanjut lagi,” pamit Inez. Dirinya harus bergegas pergi, apalagi ini kesempatan dia untuk bertemu dengan Adit.



Inez segera melangkah pergi dari sana, tanpa menunggu jawaban Dian terlebih dahulu. Tidak butuh waktu lama dia telah sampai di rumah yang di tempati Adit.


Sejenak dia terdiam di depan pekarangan rumah, sambil melihat sekeliling terlihat sangat sepi. Padahal ibunya bilang hari ini terakhir mereka di sana. Namun, Inez merasa heran karena seperti tidak ada orang di rumah itu.



Seketika rasa kecewa hinggap di hatinya, padahal dia bersemangat ingin bertemu Adit. Tetapi sampai di sana sepertinya mereka telah pergi, Inez mulai melangkah dengan langkah lunglai.



Adit yang hendak keluar dikagetkan dengan kehadiran Inez, dia tidak menyangka bahwa wanita yang begitu di rindukan kini telah datang ke sana.


“Ya ampun, kamu bikin kaget aja,’’ ucap Adit. Sembari memegangi dadanya karena kaget.



“Justru aku yang kaget,” sahut Inez. Yang tidak kalah kaget saat Adit tiba-tiba membuka pintu, padahal sebelumnya dia mengira tidak ada orang di sana.



Adit segera menetralkan jantungnya, dia segera melihat ke arah belakang Inez. Ada rasa heran karena tidak melihat sosok ibunya.



“Kamu sendirian?” tanya Adit. Dia ingin memastikan kembali.



“Iya, memangnya ada orang lagi selain aku?” kesal Inez.



Adit terkekeh geli mendengar jawaban Inez yang tampak kesal, di saat seperti itu membuatnya sangat  menggemaskan. Hingga membuat dirinya semakin jatuh cinta.


Melihat pria di hadapannya tertawa membuat Inez semakin kesal, padahal sekarang perasaannya sangat gusar memikirkan hubungan mereka tetapi sepertinya Adit tidak merasa seperti itu. Begitulah yang ada dalam pikirannya saat ini.


Inez langsung memasang wajah kesal, Adit yang sadar menghentikan tawanya. Dia tentu tidak ingin membuat Inez kesal, justru dia ingin hari ini menjadi hari bahagia sebelum dirinya kembali ke pulang.


“Jangan marah, aku minta maaf,” pinta Adit.



“Tentu aku marah, kamu malahan bercanda di saat seperti ini,” ucap Inez. Dia semakin merasa bahwa Adit tidak sedih sama sekali, padahal mereka akan segera berpisah.



“Aku minta maaf, udah jangan marah lagi,” bujuk Adit. Seraya menjewer kedua sendiri.








Cinta Terhalang RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang