Bab 30

16 0 0
                                    

Nia membantu merawat Inez dan juga bayinya, mengingat dia hanya seorang diri bahkan ini pengalaman pertama baginya, walau tidak memiliki pengalaman. Namun, Nia telaten dalam mengurus bayi membuat Inez semakin kagum dengan sosoknya.



Tetapi di sisi lain Inez semakin merasa berhutang budi banyak kepada Nia, karena rela menutup tokonya sementara demi membantu dirinya.


“Mbak, terima kasih banyak. Maaf kalau aku jadi merepotkan,” ucap Inez.


“Kamu jangan ngomong gitu, aku senang bisa bantu kamu,” jawab Nia.


Dia langsung memberikan Devano kepada Inez untuk di beri asi, setelah semua selesai karena hari sudah sore Nia berniat untuk berpamitan karena dia harus segera pulang.


“Nez. Kamu gak apa-apa kalau aku tinggal?” tanya Nia.


“Iya Mbak,” jawab Inez.


Nia sekarang lebih tenang setelah mendapatkan jawaban seperti itu, dia langsung bersiap-siap tidak lupa menggendong Devano terlebih dahulu sebelum dirinya pulang.


Waktu terus berjalan tanpa terasa kini Devano berusia 6 bulan, Inez memberikan begitu banyak kasih sayang bagi putranya. Dia selalu berusaha kuat walau pada kenyataanya dirinya sangat rapuh.


Bukan hal mudah menjadi ibu muda yang membesarkan anaknya seorang diri, terlebih dia sudah memikirkan bagaimana jika kelak Devano tumbuh besar dan menanyakan siapa ayahnya. Apa yang harus dia katakan.


Setelah lama berhenti bekerja tentu saja Inez harus kembali mencari uang, mengingat tabungan dia sudah sangat menipis.


“Assalamualaikum Bu,” ucap Inez.


“Waalaikumsalam,” sahut Yenti. Yang langsung keluar dari warung.


“Bu apa di sini, ada yang bisa momong anak?” tanya Inez.


“Memang buat siapa Mbak?” tanya Yenti.


“Buat jaga Vano, Bu,” jawab Inez.


“Kenapa cari orang lain, biar nanti Vano di sini saja,” ucap Yenti seraya menyentuh pipi chubby  milik Vano.


Mendengar hal itu tentu membuat Inez cukup terkejut karena dia berniat mencari orang lain, tetapi kini malahan Bu Yenti sendiri yang menawarkan diri. Tanpa pikir panjang dia langsung setuju apalagi besok dirinya sudah mulai bekerja.


“Kalau untuk gajinya gimana Bu?” tanya Inez.



“Gaji?” jawab Yenti. Dia menatap penuh tanya  kepada Inez.


“Iya, soalnya saya gak tau. Kira-kira berapa Bu?” tanya Inez.


Yenti langsung tertawa kecil tentu saja dia tidak berniat menjadi pengasuh yang di bayar oleh Inez, terlebih dirinya dan suami belum di karunia buah hati membuat dia merasa senang bisa menjaga Vano.


Tidak henti Inez mengucap syukur karena di kelilingi orang-orang yang baik, dia mengucapkan terima kasih kepada Bu Yenti yang mau membantunya menjaga Vano.


Esok harinya sebelum berangkat kerja terlebih dahulu dia membawa Vano ke warung, tidak lupa membawa perlengkapan selama dia di tinggal. Walau hatinya berat meninggalkan putranya tetapi dia terpaksa melakukannya demi memenuhi kebutuhan mereka.


***
Pesta sedang berlangsung di salah satu gedung yang cukup megah, semua orang tampak bahagia terlebih kedua pasangan yang akan bertunangan malam ini.


Keyla dan Adit, tampak bahagia begitu pula dengan keluarga mereka, tidak lupa Adit mengundang teman-temannya untuk datang. Sebenarnya di antara mereka yang cukup kaget mendengar hal itu adalah Irwan. Bahkan dia masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini.


“Lo kenapa bengong?” tanya Romi, sambil melihat ke arah Irwan yang mematung.


“Ini serius?” ucap Irwan.


“Serius apa? Lo kalau ngomong yang jelas,” pinta Rama.


“Tau lo, ngomong itu jangan setengah-setengah. Bikin kita bingung,” sambung Romi.


Irwan langsung tersadar saat mendengar ucapan dari mereka, dia langsung menanyakan bahwa apa yang dilihatnya saat ini itu benaran terjadi. Karena sejujurnya dia masih tidak percaya salah satu dari mereka akan segera menikah.



Seperti biasa ucapan Irwan selalu membuat yang lainnya merasa kesal, dengan sabar Romi menyadarinya bahwa apa yang dia liat itu nyata jadi meminta Irwan untuk segera bangun dari mimpinya.



Tentu saja Irwan menjadi bahan ejekan mereka seperti biasa, dan lagi-lagi Irwan harus menahan rasa kesalnya mengingat itu bukan tempat yang tempat untuk berdebat.



Dari dalam gedung Adit melihat mereka telah datang, segera berpamitan kepada Keyla untuk menyambut teman-temannya, tetapi Keyla tidak ingin jauh dari Adit memaksa untuk ikut terlebih dia belum kenal semuanya.


Adit dan Keyla menghampiri mereka, tidak lupa Adit memperkenalkan calon istrinya. Tidak lupa satu persatu dari mereka mengucapkan selama kepada keduanya.


“Dit. Gimana kabar Inez?” celetuk Irwan.



Semua orang yang mendengarnya langsung menatap tidak percaya ke arah Irwan, begitu juga dengan Keyla begitu terkejut saat mendengar nama wanita lain.


“Siapa? Gue lupa,” ucap Adit. Dia yang merasa tidak enak apalagi saat melihat raut wajah Keyla, membuatnya terpaksa berbohong.



“Inez, gadis yang di desa waktu itu,” tutur Irwan.


Bahkan tatapan dari yang lainnya tidak membuat Irwan berhenti membicarakan Inez, tentu saja ini waktu  yang tepat untuk dia membalas Adit. Mengingat dulu bagaimana Adit menghalangi dirinya untuk dekat dengan Inez.


Adit tidak ingin acara pertunangannya berantakan gara-gara ocehan Irwan segera meminta Romi untuk membawanya segera masuk, tanpa menunggu lama Rama dan juga Romi segera menarik Irwan dari sana.


Walau berusaha memberontak tetapi semuanya sia-sia saja, hingga akhirnya Irwan hanya bisa pasrah saat di tarik keduanya. Adit segera mengajak Keyla masuk ke dalam untuk melanjutkan acara mereka.  Tetapi jauh di dalam hatinya Keyla masih penasaran dengan nama yang beberapa saat lalu di katakan oleh Irwan.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Terhalang RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang