bagian 20

52.1K 1.6K 2
                                    

Di sebuah kafe seorang wanita sedang duduk dengan men scroll ponsel yang ada ditangan nya untuk menghilangkan rasa bosan menunggu seseorang.

Memang menunggu adalah sesuatu yang sangat membosankan walau yang ditunggu datang dengan cepat tapi yang nama nya menunggu sangat melelahkan.

"Hay" ucap seseorang yang sedari tadi ditunggu-tunggu.

"Eh tante, aaaa aku kangen banget sama tante" ucap wanita itu berdiri dari duduknya dan memeluk wanita yang sedari tadi dia tunggu.

Ani, dia membalas pelukan dari wanita cantik di depannya untuk melepaskan rindu yang sudah sangat lama terpendam.

"Nadin, kamu makin cantik aja" puji ani menyentuh pipi wanita cantik di depannya.

"Ah tante bisa aja, tante juga makin cantik" jawabnya tersipu malu.

"Ayo duduk tante" ajaknya mempersilahkan ani untuk duduk.

"Gimana kabar kamu?" tanya ani setelah mendudukkan pinggul nya di kursi.

"Aku baik tante, kalo tante sendiri gimana" jawabnya ramah.

"Tante juga baik, orang tua kamu gak datang?" sahut ani menanyakan kedua orang tua gadis di hadapannya.

"Belum tante, mungkin bulan depan" jawabnya dengan senyuman merekah ketika mengingat seseorang yang menjadi alasan dirinya kembali ke negara ini.

"Hmm, kalo dia gimana tan?" tanya nadin.

Ani yang paham akan pertanyaan perempuan itu meneguk minuman yang ada dihadapan nya, minuman yang nadin pesan sebelum dia datang.

Setelahnya ani menarik nafas "dia sudah menikah" ucap ani yang berhasil membuat perempuan itu terdiam.

Tidak, tidak mungkin jika pria itu sudah menikah. dia sudah berjanji akan menikahi nadin saat dewasa seperti ini tapi kenapa dia mendapat kabar jika sang pujaan hati sudah menikah duluan?.

"Tante jangan bercanda" ucap nadin dengan nafas tercekat.

"Gak, tante gak bercanda" jawab ani menyentuh tangan perempuan itu yang ada di atas meja.

"Sama siapa?" ujarnya lagi, walau sakit tapi dia harus tau wanita mana yang beruntung dinikahi oleh pria mapan seperti Attar mahendra.

"Sama seorang gadis yang dijual oleh kedua orang tuanya pada Attar, gadis ini tak lebih hanya sebagai pemuas nafsu baginya, jadi kamu masih punya kesempatan" ucap ani menenangkan.

"Tante yakin?" ucapnya tak percaya.

"Iya, tante yakin. Attar pernah membawanya bertemu dengan keluarga, dan kamu tau apa yang Attar ucapkan saat akan mengajaknya pulang?" tanya melinda dengan senyuman berapi-api.

"Apa tan?" sahut nadin tidak sabaran.

"Attar bisikin dia gini 'aku ini tuan mu jadi kau harus patuh padaku' coba kamu pikir jika memang Attar mencintainya dia tidak akan mungkin berbicara seperti itu" kata ani dengan dengan senyuman di bibirnya.

Nadin yang mendengar berita ini tidak jadi patah hati, dia yakin jika Attar tidak mencintai istrinya dan hanya menjadikan wanita itu sebagai pelarian saat menunggunya pulang.

Mereka menghabiskan waktu dengan bergosip dan bercerita banyak hal, yang pasti bila membicarakan Tia dan Attar, ani selalu menjelek-jelek kan Tia di depan nadin.

Nadin adalah teman masa kecil Attar, dahulu mereka selalu menghabiskan waktu bersama.bermain bersama, mengerjakan PR, dan lain sebagainya.

Saat mereka lulus SD orang tua nadin harus pindah ke Spanyol untuk mengurus perusahaannya yang mengalami masalah saat itu.

°°°°°°°°

Pagi hari yang masih gelap ini Tia berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang terasa bergejolak.

Hoek

Hoek

Suara muntahan dari kamar mandi berhasil membangunkan Attar yang masih bergelung diselimut tebal miliknya.

"Tia" panggil Attar sambil meraba tempat disebelahnya dan tidak mendapati Tia disana.

Dengan berat Attar membuka mata dan mengedarkan pandangan menuju ke penjuru ruang kamar, dan matanya terpusat pada kamar mandi. Sepertinya Tia yang sedang muntah itu pikir Attar membatin.

Attar bangkit berdiri menuju kamar mandi dengan mata sayu, dan mendapati Tia sedang memuntahkan cairan bening dari perutnya.

"Hey kenapa?" tanya Attar menghampiri Tia, mengumpulkan rambut-rambut Tia kebelakang.

"Pusing banget" jawabnya berbalik menghadap Attar.

"Udah muntah nya?" tanyanya lagi, dan dibalas anggukan kepala oleh Tia. Attar memapah Tia berjalan keluar dari kamar mandi menuju ranjang tidurnya.

"Mau makan?" tawar Attar membantu Tia berbaring dikasur dan menarik selimut sampai menutupi dadanya.

Tia menggeleng kuat saat ini dia tidak mau makan, rasa mual sungguh sangat mendominasi dirinya saat ini. "Kalau gak makan nanti tambah sakit, makan ya sedikit aku suapin" bujuk Attar degan nada lembut nya.

Tia tetap menggeleng, saat ini dia memejamkan mata tidak sanggup melihat sekitar yang terasa berputar-putar.

"Yaudah tidur lagi aja, cuaca masih sangat dingin" putus Attar tak tega melihat sang istri yang memejamkan matanya.

"Kepala nya pusing?" tanya Attar menyentuh dahi Tia. Tangan kanan Attar tergerak untuk mengusap kepala Tia dan tangan kirinya bergerak mengusap perut rata sang istri guna untuk meredakan rasa tidak enak di perut.

°°°°°°°°

👋👋👋

pak CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang