THE OLDEST - 6

341 40 2
                                    


Ketika Sasti bilang bahwa dia memang telah jauh dari Tuhan tidak sepenuhnya salah.

Lahir sebagai anak bungsu dari 2 bersaudara dalam keluarga yang harmonis dan cukup berada, memiliki kecantikan murni yang tak hanya diakui oleh anggota keluarganya saja tapi juga oleh semua orang yang baru saja mengenalnya, otak yang pintar serta perilaku yang sangat baik nan santun, mustahil saja rasanya jika Sasti tidak merasa bangga dengan dirinya sendiri. Kebanggan itu tentunnya ia imbangi dengan rasa syukur yang teramat sangat karena dengan memiliki itu semua, jalan hidupnya terasa jauh lebih mudah dan penuh dengan kebahagiaan.

Dan kebahagiaan itu semakin bertambah dengan kehadiran Aksa. Pertemuan yang diawali dengan dirinya yang bertugas untuk menjadi seorang tutor bagi anak dari keluarga Gunadhya yang terkenal dengan kekayaan serta status mereka sebagai keluarga 'old money'. Tadinya Sasti sempat bingung kenapa guru mereka memintanya untuk menjadi tutor untuk Aksa karena dengan kekayaan yang keluarganya miliki, lelaki itu bisa saja mencari tempat les atau setidaknya guru terbaik untuk menjadi tutornya, namun karena sang guru tetap memintanya untuk melakukan itu, Sasti tak punya alasan yang cukup logis untuk menolaknya. Lagipula Aksa sendiri juga termasuk anak yang cukup pintar kok, hanya saja dia memiliki kelemahan di bidang hitung-menghitung terutama matematika dan fisika.

Awalnya Sasti berniat untuk fokus menjadi tutor saja tanpa melibatkan obrolan-obrolan santai sebagai teman karena meski dia berasal dari keluarga yang cukup berada, hal itu tidak bisa membuat level mereka setara. Dan rasa minder itu semakin membesar begitu dia diundang langsung ke rumah Aksa yang mewah dan megah untuk memulai sesi tutor mereka. Aksa sendiri juga tidak mengajak Sasti bicara secara kasual layaknya teman sekolah di tiga hari pertama mereka memulai sesi tutor itu. Lelaki itu benar-benar fokus memerhatikan penjelasan demi penjelasan yang keluar dari mulut Sasti dan hanya mengeluarkan suara ketika dia memiliki pertanyaan.

Terkadang Sasti juga harus menghimpun kesabaran yang luar biasa banyak saat Aksa tidak bisa mengerjakan beberapa soal fisika meski telah dijelaskan berkali-kali. Adakalanya Sasti hanya bisa menghela nafas berat begitu dia mendapati kesalahan-kesalahan yang Aksa buat di satu soal yang sama.


"Maaf ya."

Sasti yang baru saja meneguk es jeruk yang disediakan oleh asisten rumah tangga Aksa langsung menoleh ke arah lelaki itu.

"Maaf buat apa?" tanya Sasti bingung.

"Gue selalu bikin kesalahan berkali-kali di satu soal yang sama. Lo pasti capek ya harus ngoreksi dan ngejelasin ulang lagi." Aksa terlihat tidak enak hati dan dia menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Mendengar nada lirih yang muncul dari suaranya. Mau tak mau Sasti pun merasa sedikit bersalah juga. Sungguh dia sama sekali tidak bermaksud untuk membuat Aksa terlihat menyedihkan, namun yang namanya manusia pasti memiliki rasa lelah dan frustrasinya sendiri. Ditambah lagi dia juga bukan guru privat betulan yang memang di-setting untuk mengajar.

"Nggak apa-apa kok. Namanya manusia pasti sering juga bikin kesalahan," Sasti tersenyum hangat pada Aksa yang terlihat sama frustrasinya dengan dirinya. "Mau istirahat sebentar?"

"Boleh?" Aksa menengadahkan kepalanya untuk menatap Sasti dan dia sempat tertegun sejenak begitu melihat senyum dari perempuan cantik itu.

"Bolehlah. Kan dari tadi lo udah ngerjain banyak soal, wajar kalau otak lo capek."

Aksa balas tersenyum. "Thanks."

Selama beberapa saat baik Sasti maupun Aksa sama-sama terdiam. Sasti sibuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu rumah Aksa yang di desain dengan begitu mewah dan juga apik. Sasti melihat ada foto Aksa bersama keluarga intinya yang terpajang di salah satu dinding dan tanpa sadar langsung berdecak kagum melihat betapa cantik dan tampannya ibu, ayah serta ketiga adiknya.

THE OLDESTWhere stories live. Discover now