THE OLDEST - 10

265 36 13
                                    


Masih ada waktu beberapa hari lagi sebelum Tita dan Sasti datang ke rumah Aksa untuk memperkenalkan sang putri kepada keluarga besarnya. Jadi selama beberapa hari itu pula Aksa terus berusaha untuk mendekatkan diri dengan Tita. Untuk keamanan dan kenyamanan bersama, Aksa secara pribadi meminta Sasti untuk tidak memberitahu Tita dulu soal statusnya sebagai ayah dari bocah cantik itu sebab dia ingin dirinya lah yang melakukan itu untuj sang putri.

Aksa sendiri sebenarnya merasa sedikit khawatir dengan reaksi seperti apa yang akan Tita berikan ketika gadis kecil tahu jika dia adalah ayahnya. Apakah Tita akan langsung menerimanya dengan tangan terbuka? Atau justru malah menolaknya karena dirinya baru bisa muncul setelah sekian lama terkurung dalam ketidaktahuan? Sungguh Aksa akan melakukan apa saja agar bisa diterima oleh Tita jika putrinya itu benar-benar menolaknya nanti.

"Sweetheart, it's time to sleep now."

Tita yang sedang asyik menggoreskan crayon di atas buku gambarnya pun langsung menghentikan kegiatannya itu secara otomatis. Aksa tersenyum menahan geli sembari mengusap kepala Tita lembut. Adegan itu sering kali tercipta di depan matanya hampir setiap malam dan Aksa masih sering takjub melihat betapa patuh dan penurutnya Tita pada perintah bundanya.

"Aksara aku nemenin Tita bersih-bersih dulu ya?" pamit Sasti pada Aksa yang kini sedang sibuk merapikan semua alat-alat menggambar sang putri. "Eh nggak usa, Sa! Biar aku aja yang beresin!"

"Nggak apa-apa, Asti." balas Aksa kalem seraya memasukkan buku gambar serta crayon milik Tita ke dalam laci. Setelahnya dia beralih ke dapur untuk mencuci semua piring dan gelas kotor yang masih menumpuk di sana.

Sasti tertegun selama beberapa detik seiring dengan sekelebat kenangan ketika dirinya masih menjadi istri Aksa dulu muncul di dalam kepalanya. Pemandangan ini adalah pemandangan yang sering ia lihat sewaktu mereka tinggal di Amerika dulu. Sasti yang akan memasak untuk mereka, dan Aksa akan mencuci semua peralatan makan mereka setelahnya. Benar-benar kenangan yang indah dan sangat menyenangkan sekali seandainya saja Aksa tidak menghancurkannya dengan kelabilannya sebagai laki-laki dulu.

Karena tidak mau lagi mengingat-ngingat masa lalunya bersama Aksa, Sasti memutuskan untuk segera membawa Tita masuk ke dalam kamarnya dan membantu gadis kecilnya itu bersih-bersih sebelum tidur.

"Gigi bagian dalam yang di atasnya juga disikat ya nak." ujar Sasti sembari memandangi Tita yang sedang menyikat giginya. Bocah itu meresponnya dengan anggukkan patuh yang mana hal itu membuat Sasti tak kuasa menahan gemas.

Setelah selesai sikat gigi dan memakai body lotion di kedua tangan dan kakinya, akhirnya Tita bisa berbaring dengan tenang di atas kasur. Sasti ikut berbaring di sebelahnya, menemaninya sampai sang putri jatuh ke alam mimpi. Sambil menunggu rasa kantuknya menyerang, Sasti mengajak Tita berbincang-bincang mengenai banyak hal mulai dari apa saja yang terjadi di sekolah hari ini, bagaimana proses seleksi lomba menggambarnya, hingga topik apa yang Tita bicarakan dengan Aksa sejak sore tadi.

"Om Aksa baik ya bunda?" ujar Tita tiba-tiba membuat Sasti terdiam selama beberapa detik. "Tadi aku dibeliin cookies yang dulu sering aku makan di Singapore! Enak banget deh!"

"Iya om Aksa emang baik banget nak." Sasti tersenyum penuh arti. "Kamu udah bilang terima kasih ke om Aksa kan tadi?"

"Udah kok bun."

"Good girl," Sasti mengecup dahi Tita dengan penuh sayang. "Titania, besok kita ke rumah ayah ya?"

"Ke rumah ayah?! Besok?!" Sepasang mata bulat Tita membesar secara otomatis tatkala dia mendengar 'rumah ayah' yang keluar dia mulut bundanya. "Ayah udah bisa ketemu sama aku ya?!"

THE OLDESTWhere stories live. Discover now