THE OLDEST - 12

240 37 10
                                    



"Tita nanti kita pulang jam 8 bareng sama tante Bina ya sayang?"

Tita menengadahkan kepalanya kaget namun tetap merespon ketika Sasti memakaikan jaket olahraga ke tubuhnya yang mungil. Ada raut sedih dan kekecewaan yang tergambar di wajahnya, Sasti bisa melihat itu, tapi Tita tetaplah Tita. Putrinya itu pasti akan menuruti semua perintahnya tanpa protes apalagi merengek. Dan melihat reaksinya itu, Sasti kembali teringat soal obrolannya dengan Aksa mengenai putri mereka yang selalu bersikap dewasa di usianya yang baru menginjak tujuh tahun.

"Iya bunda. Tapi aku boleh jalan pagi dulu sama opa kan?"

Sasti menggigit bibir bawahnya merasa tidak tega, namun dia tetap menganggukkan kepalanya. Tita tersenyum lebar lalu kemudian dia meminta izin untuk keluar dari kamar setelah selesai mengenakan pakaian olahraganya.

"Dia masih mau di sini lo, Sas," ujar Bina setelah memastikan bahwa Tita benar-benar sudah ada di luar kamar. "Lo nggak liat perubahan ekspresinya pas lo ngajakin dia pulang jam delapan nanti?"

"Gue liat kok Bin." jawab Sasti lelah.

"Dia nggak pernah keliatan sebahagia ini sebelumnya. Dia bahagia sama keluarganya Aksa sama kayak dia bahagia pas lagi bareng keluarga lo," Bina berjalan menghampiri Sasti yang sedang duduk dengan kepala tertunduk di atas kasur. "Saran gue, mendingan lo stay di sini aja sampe Tita puas main. Gue nggak masalah kok pulang sendiri. Beneran deh."

"Kalau misalnya gue ikut pulang sama lo aja gimana, Bin? Biar nanti Tita dianter pulang sama Aksa aja kalau udah selesai main di sini."

Bina berdecak. "Tita nggak akan mau, Sas. Kalau lo pulang, dia pasti bakalan ikut pulang juga. Apalagi dia juga masih dalam tahap PDKT sama keluarganya Aksa, belum deket-deket banget mereka tuh. Nggak usah macem-macem deh lo."

"Ya tapi kan—"

"Look, Prasasti. Di sini lo dikelilingi sama banyak orang. Lo nggak perlu sering-sering berinteraksi sama Aksa kalau emang itu yang bikin lo nggak mau stay lama-lama di sini. Ada Yeira, ada Ditya, ada Juna. Lo bisa memusatkan perhatian lo ke mereka bertiga aja jadi lo nggak perlu punya alasan buat ngobrol sama dia."

Sasti tidak mengatakan apa-apa namun dia membenarkan apa yang Bina bilang barusan. Walaupun hatinya masih terasa berat untuk menetap di sini bersama keluarga yang dulu merupakan bagian dari hidupnya, Sasti juga tidak bisa melihat kekecewaan dan kesedihan yang tergambar di wajah putrinya itu seperti tadi.

"Gue aja yang pulang sendiri jam delapan nanti ya? lo tetep di sini. Temenin Tita sampe dia puas main sama ayahnya."

Dan pada akhirnya, Sasti pun memilih untuk mengalah. Selama ini Tita sudah banyak 'mengalah' padanya jadi kali ini adalah gilirannya untuk memberikan kesempatan pada sang putri untuk bersenang-senang. Lagipula ini adalah pertama kalinya Tita dikelilingi banyak orang setelah sekian lama hidup hanya bertiga saja dengan dirinya dan juga Bina. Gadis kecilnya itu perlu memperdalam bonding-nya bersama keluarga Aksa agar semakin terbiasa.

Setelah Bina selesai rapi-rapi, dia dan Sasti segera keluar dari kamar dan mendapatkan sambutan hangat dari seluruh anggota keluarga Aksa yang anehnya sudah kompak berkumpul di ruang keluarga. Sasti melihat mantan ayah mertuanya, Aksa, Yeira, Juna bahkan Ditya sudah bersiap-siap dengan pakaian olahraga mereka masing dan sedang melakukan pemanasan, sementara mami sudah sibuk di dapur bersama beberapa asisten rumah tangganya untuk membuatkan sarapan. Sasti dan Bina saling pandang dengan takjub. Apakah keluarga Gunadhya memang selalu sekompak ini?

"Good morning ladies!" sapa mami ceria begitu melihat kehadiran Sasti dan Bina yang masih setia berdiri di dekat pintu kamar tamu. "Tsabina, tante dengar dari Aksa katanya kamu mau pulang pagi ini ya?"

THE OLDESTWhere stories live. Discover now